
Sang Pemercepat Bisnis: Accelerator
Beberapa pelaku usaha mungkin tidak memiliki jaringan yang luas seperti pihak lainnya. Tak jarang pula mereka tidak memiliki investor yang dapat menyuntikkan dana untuk memperluas bisnisnya. Apalagi mentor yang dapat membimbingnya ke jalan yang lebih tepat untuk mengembangkan bisnisnya. Oleh karenanya adanya accelerator sebagai pihak yang dapat mempercepat pengembangan sebuah usaha. Sebuah accelerator bisnis umumnya memberikan akses kepada pelaku usaha terhadap pementoran, investor, dan dukungan lainnya yang dapat membantu para pelaku usaha dalam memajukan bisnisnya. Biasanya, bisnis yang banyak membutuhkan accelerator adalah start-up atau perusahaan rintisan. Accelerator juga biasanya berperan sebagai penghubung jembatan antara para investor dan perusahaan rintisan. Seorang investor dapat mempercayakan uangnya untuk membiayai para perusahaan rintisan yang telah dibina oleh para accelerator ini.
Accelerator kerap kali disamakan dengan inkubator. Namun, mereka berdua memiliki sedikit perbedaan. Di mana, sebuah inkubator adalah pihak yang membantu para wirausaha untuk mempercantik dan mematangkan ide bisnisnya serta membangun perusahaannya dari peletakan batu pertama atau dari awal sekali. Sedangkan, accelerator berperan bagi perusahaan yang sudah memasuki tahap-tahap awal sebuah perusahaan, ditandai dengan adanya minimum viable product (MVP) dengan pelatihan, sumber daya serta pementoran yang dapat mempercepat pertumbuhan mereka dari tahunan menjadi dalam hitungan bulan saja. Kendati demikian, kedua pihak tersebut memiliki tujuan yang berbeda dan target yang berbeda untuk masing-masing perusahaan rintisan.
Accelerator memiliki beberapa manfaat bagi para bisnis rintisan. Pertama, memberikan jaringan dan sumber daya yang luar. Para perusahaan rintisan dapat mendapatkan sumber daya untuk mengembangkan bisnisnya yang masih kecil itu. Kedua, bimbingan dan arahan personal dari para investor dan pendiri lainnya. Para accelerator ini bekerja sama dengan para pemilik dana dan dapat memberikan saran-saran yang baik bagi perusahaan. Ketiga, kolaborasi dan kemitraan dengan perusahaan rintisan lainnya. Para accelerator biasanya bekerja sama dengan beberapa atau banyak perusahaan rintisan yang memiliki tantangan yang sedikit sama sehingga para pemilik bisnis rintisan dapat mendapatkan diskusi dan juga tukar pikiran mengenai tantangan yang mungkin saja telah terjadi sebelumnya di perusahaan rintisan lain.
Lantas siapakah yang menjadi target accelerator? Jawabannya adalah mereka yang sudah memiliki MVP dan memiliki kesulitan untuk berkembang akibat kurangnya koneksi dan pendanaan. Dengan begitu accelerator dapat memberikan bantuannya. Namun, accelerator butuh bukti dan sebuah model bisnis yang kuat untuk mendapatkan bantuannya. Untuk mendapatkan bantuan tersebut biasanya para accelerator melakukan beberapa proses penyeleksian seperti pemberian pemberkasan, penilaian, wawancara, evaluasi, dan penerimaan.
Menarik sekali, bukan? Ternyata sebuah bisnis rintisan dapat memiliki sebuah partner jika memang sudah memiliki sebuah konsep yang matang dan bukti bawah idenya dapat diterima masyarakat.
https://masschallenge.org/article/accelerators-vs-incubators
*** Dewi Sukma, Kontributor Penulis Tetap ukmindonesia.id