Halo Sahabat Wirausaha! Seperti yang kita ketahui bersama, dalam menjalankan bisnis itu tentunya tidak mudah dan membutuhkan proses untuk mencapai kesuksesan. Dalam proses tersebut, tentunya kita perlu orang lain atau partner untuk diajak berdiskusi – atau bahkan bekerja sama dalam mengembangkan bisnis. Biasanya partner ini bisa kita pilih berdasarkan orang dekat dan bisa “dipercaya”, seperti keluarga ataupun teman. Saat ini, bisnis bersama teman biasanya lebih disukai karena bisa menjadi langkah untuk mempererat persahabatan, serta cenderung mendorong keterbukaan satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama. 

Meski begitu, sama seperti berbisnis dengan keluarga, berbisnis dengan teman juga tidak luput dari risiko. Ada beberapa risiko khusus yang dapat muncul ketika berbisnis bersama teman, sehingga kita perlu mengidentifikasi risiko tersebut dan mengantisipasinya dengan bijak. Kira-kira, apa saja ya risiko bisnis yang dimaksud? Simak pembahasan lengkapnya dalam artikel ini. 


Persiapan Sebelum Memulai Bisnis dengan Teman

Sebelum memulai bisnis dengan teman atau sahabat, sebaiknya kita mempersiapkan diri dengan menguraikan berbagai macam kegiatan yang “umum” dilakukan dalam berbisnis. Pada dasarnya terdapat 4 (empat) area yang menjadi lingkup kegiatan bisnis, yaitu:

  • Finance (keuangan), 
  • Operation (operasional/produksi) 
  • Marketing (pemasaran), dan 
  • People development atau membangun tim SDM yang kompak untuk mengembangkan bisnis.

Nah, banyak dari kita mungkin hanya menguasai satu atau dua bidang dari keempat bidang di atas. Maka, kita membutuhkan partner untuk menangani bidang lainnya dalam departemen atau divisi tertentu untuk melengkapi keempat lingkup kegiatan bisnis tersebut. 

Baca Juga: 7 Cara Memilih Partner Bisnis yang Tepat, Kunci Keberhasilan Kolaborasi Bisnis

Dalam praktiknya, kita juga bisa mengajak lebih dari satu teman atau partner supaya prosesnya bisa lebih efisien dan praktis. Misalnya, teman kita bisa fokus kepada pengelolaan SDM/karyawan, sedangkan kita fokus ke bidang marketing untuk branding bisnis, dan salah satu partner lainnya bisa fokus di bidang produksi. 

Jika sudah mempersiapkan hal-hal di atas, keempat hal tadi bisa membantu kita dalam mempercepat pertumbuhan dan kegiatan bisnis, lho! Namun, kita perlu memperhatikan kembali bagaimana treatment atau perilaku terhadap teman kita tersebut. Jangan sampai saat di tengah-tengah bisnis sedang berjalan, tiba-tiba mereka memutuskan untuk “pecah kongsi” atau retak di tengah jalan. 


Risiko Berbisnis Bareng Teman dan Cara Mengatasinya

Setelah kita melakukan persiapan di atas, selanjutnya kita perlu mempelajari beberapa risiko yang mungkin terjadi jika berbisnis bareng teman atau sahabat. Selain itu, kita juga perlu mengetahui bagaimana cara mengatasi risiko tersebut agar bisnis bisa dijalankan secara berkelanjutan atau dalam jangka panjang. Adapun beberapa risiko bisnis tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Rasa Persahabatan yang Terlalu Mendominasi Dalam Keputusan Bisnis

Salah satu risiko utama ketika berbisnis bersama teman adalah rasa persahabatan yang terlalu mendominasi dalam pengambilan keputusan. Perasaan ini sebenarnya sah-sah saja dalam sebuah hubungan pertemanan, namun dapat menghambat proses bisnis dan cenderung tidak optimal untuk perkembangan perusahaan.

Adapun untuk cara mengatasi risiko ini adalah sebagai berikut:

  • Menetapkan peran dan tanggung jawab (job description) masing-masing anggota tim bisnis dengan jelas. Termasuk dengan teman sekalipun, kita perlu sepakati bagaimana bisnis akan dijalankan oleh setiap individunya. Jangan sampai ada pihak yang merasa dirugikan pada saat penetapan tersebut. Misalnya, kita fokus pada bidang pemasaran dan partner bisa fokus di bidang lainnya seperti pengelolaan produksi.
  • Menerapkan prinsip transparansi dan komunikasi terbuka dalam pengambilan keputusan. Misalnya dengan melakukan diskusi, duduk bersama di waktu tertentu, atau lainnya. Pastikan agar keputusan akhirnya menjadi “solusi”/jawaban atas suatu masalah atau case tertentu.
  • Pisahkan keputusan bisnis dari hubungan pribadi, dan berfokus pada kepentingan perusahaan. Hal ini diperlukan untuk menjaga kredibilitas dan boundaries antara hubungan pertemanan terhadap kegiatan bisnis yang dijalankan.

Baca Juga: Membangun Optimisme Tim di Saat Kondisi Bisnis Memburuk

2. Perbedaan Visi dan Tujuan Bisnis

Pada awalnya, mungkin kita dan teman-teman lainnya memiliki visi yang sama saat memulai bisnis. Tetapi, seiring berjalannya waktu, perbedaan visi dan tujuan bisnis dapat muncul karena dinamika yang dihadapi. Jika tidak ditangani dengan baik, perbedaan ini bisa menjadi sumber konflik dan dapat mengancam keberlanjutan bisnis yang dijalankan.

Adapun untuk cara mengatasi risiko ini adalah sebagai berikut:

  • Membuat rencana bisnis yang jelas dan terperinci yang mencakup visi, misi, dan tujuan bisnis dalam jangka panjang. Tentunya, buatlah rencana ini bersama dengan teman-teman ya! Ajak mereka juga untuk berdiskusi, menyamakan persepsi, serta mengutarakan pendapat mereka terhadap rencana tersebut, sehingga visi, misi, tujuan, bahkan prinsip bisnis bisa disepakati oleh seluruh pihak.
  • Adakan pertemuan rutin untuk pembahasan evaluasi kinerja bisnis yang dijalankan, misalnya per bulan, kuartal, atau lainnya. Pastikan juga agar setiap anggota tim memiliki kesempatan untuk berkontribusi, termasuk teman kita. Evaluasi ini bermanfaat untuk mengukur sejauh mana visi, misi, dan tujuan tadi dapat diwujudkan pada periode tertentu, sehingga bisa menjadi bahan perbaikan untuk periode selanjutnya.
  • Jika terdapat perbedaan pendapat atau prinsip yang “muncul” di saat bisnis tengah dijalankan, ajak mereka untuk mencari solusinya dengan berkompromi agar dapat memenuhi kebutuhan semua pihak. Hal ini diperlukan agar tercipta hasil yang “win-win solution”.

3. Persoalan Keuangan dan Pembagian Laba yang “Dianggap” Tidak Merata

Kemudian, faktor keuangan akan selalu menjadi hal yang sangat sensitif dalam dunia bisnis, apalagi jika melibatkan teman dekat. Pembagian laba dan keuangan seringkali menjadi sumber konflik dalam kegiatan bisnis yang melibatkan perasaan “subjektif” terhadap teman tadi. Jika tidak ada kesepakatan yang jelas, hal ini dapat mengarah pada ketidakpuasan dan merusak hubungan pertemanan kita.

Adapun untuk cara mengatasi risiko ini adalah sebagai berikut:

  • Menetapkan perjanjian tertulis yang jelas mengenai pembagian laba, investasi, dan tanggung jawab keuangan. Jadi, sebelum merekrut atau melakukan kerja sama dengan teman dalam berbisnis, diskusikan juga mengenai persenan yang akan mereka dapatkan. Catat dan tuliskan semuanya dengan bukti tertentu sebagai bukti pengesahan (misalnya dilakukan bersama notaris) agar dokumen tersebut menjadi acuan yang sah dan legal di mata hukum dalam menjalankan bisnis.
  • Menentukan metode pengambilan keputusan terkait keuangan tadi (pembagian laba, laporan keuangan/finansial, dan lainnya), dan pastikan semua anggota tim memahaminya. Misalnya, pembagian laba ingin dilakukan dalam waktu tertentu berdasarkan omzet per hari, atau dibagikan per bulan/kuartal agar sekaligus dengan pembahasan evaluasi kinerja bisnis. 
  • Melakukan audit keuangan secara teratur untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas. Jika diperlukan, kita juga bisa melibatkan auditor supaya lebih objektif dan seluruh laporan keuangan bisa didapatkan secara detail dan jelas. Tentunya, ini juga bisa membantu dalam pengambilan keputusan bisnis ke depannya lho!

Baca Juga: 5 Inspirasi dari Kisah Pendiri Astra International Untuk Pelaku UMKM, Mindset Penting untuk Bangun Bisnis Besar!

4. Bergantung pada Hubungan Pertemanan dalam Kegiatan Bisnis

Terakhir, sama seperti poin no. 1 sebelumnya, ketergantungan yang terlalu besar yang melibatkan hubungan pribadi dapat menjadi risiko yang sangat mempengaruhi bisnis. Jika salah satu anggota tim mengalami masalah pribadi (termasuk teman kita sendiri), maka hal tersebut dapat berdampak negatif pada kinerja bisnis. Jadi, kita (atau bahkan mereka) jadi membawa soal “pertemanan” pada bisnis yang dijalankan.

Adapun untuk cara mengatasi risiko ini adalah sebagai berikut: 

  • Menetapkan batasan yang jelas antara kehidupan pribadi dan bisnis. Sama seperti boundaries sebelumnya, tekankan bahwa kegiatan bisnis yang dijalankan benar-benar ditujukan untuk menghasilkan keuntungan, bukan menghasilkan “permusuhan”.
  • Membangun komitmen untuk seluruh pihak yang terlibat, agar kegiatan bisnis dapat dilakukan secara profesional dan optimal. 
  • Fokus pada masalah yang akan diselesaikan. Jika ada teman kita yang punya masalah terhadap bisnis kita dan mengaitkannya dengan urusan pertemanan, coba ajak mereka untuk mengobrol secara intens, dengarkan apa yang menjadi masalah mereka, dan tawarkan solusi terbaik yang objektif dengan sikap profesional supaya mereka yakin dan percaya terhadap solusi tersebut.

Nah Sahabat Wirausaha, membangun dan menjalankan bisnis bersama teman memang memiliki tantangan tersendiri melalui risiko yang mungkin ditimbulkan. Namun, dengan komunikasi yang baik, pemahaman peran yang jelas, dan kesepakatan tertulis yang kuat, risiko dan tantangan yang dihadapi akan semakin mudah untuk dilewati. Maka, kita perlu memprioritaskan kepentingan bisnis di atas kepentingan pribadi, demi mencapai keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang. Semoga sukses ya!

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM. 

Referensi : https://www.youtube.com/watch?v=IwjvAkKN4AU