Strategi adalah salah satu hal yang sangat penting untuk kita rencanakan dalam menjalankan sebuah usaha. Hal ini layaknya pepatah yang sering kita dengar, yaitu “jika kita gagal membuat rencana, maka sama saja kita merencanakan untuk gagal”. Ya sahabat UKM, sepenting itu memang strategi untuk bisnis kita.
Lantas, strategi apa saja yang perlu disiapkan? Tentu banyak sekali jawabannya, namun salah satunya adalah strategi pemasaran, karena seorang konsumen yang pada akhirnya membeli produk kita tentu telah melewati berbagai tahapan. Hal ini biasa kita sebut dengan funneling.
Baca Juga: Naruna Ceramic: Strategi Survive di Saat Pandemi
Yang menarik dari funneling saat ini adalah berubahnya proses pembelian seiring dengan berkembangnya digital. Di era digital seperti saat ini, digital marketing (pemasaran online) sudah menjadi kebutuhan bagi pelaku usaha untuk membantu menaikkan omzetnya.
Sayangnya, pemanfaatan industri digital di Indonesia saat ini masih terendah dibanding 19 negara lain yang disorot. Meskipun demikian, kondisi ini merupakan peluang besar yang harus dioptimalkan. Nah sahabat UKM, bagaimana strategi funneling dalam digital marketing yang efektif agar omzet kita berlipat ganda?
Dengan munculnya digital, maka funneling ini pun pada akhirnya juga makin penting dilakukan dengan perkembangan teknologi yang ada. Sebelum kita masuk membahas mengenai tahapan funneling di era digital, mari kita bahas terlebih dahulu apa itu digital marketing.
Pengertian dan Pentingnya Digital Marketing
Pengertian sederhana dari digital marketing adalah kegiatan pemasaran yang memanfaatkan internet. Banyaknya interaksi yang kita lakukan di dunia internet, membuat kita dan pelanggan kita tentunya, tidak bisa jauh-jauh dari internet.
Semua kalangan dan hampir semua profesi membutuhkan internet untuk dapat menunjang aktivitas sehari-hari, mulai dari pekerjaan hingga membeli keperluan sehari-hari. Peluang inilah yang dapat sahabat UKM optimalkan. Sahabat UKM dapat mengenalkan dan memasarkan produknya melalui internet. Selain itu, ada berbagai keunggulan yang akan sahabat UKM dapat jika mengoptimalkan digital marketing, di antaranya sebagai berikut.
1. Akses luas dan tanpa batas geografis
Sahabat UKM pernah bermimpi kalau produk yang kita jual bisa diketahui oleh negara tetangga, seperti Singapura, Thailand, bahkan Amerika Serikat sekalipun yang jaraknya cukup jauh? Jika iya, maka internet adalah satu-satunya media yang mampu melakukannya.
Sahabat UKM dapat beriklan di media online sehingga siapapun yang memiliki akses internet, sejauh apapun geografisnya, dapat membaca dan mengetahui produk yang kita iklankan.
Baca Juga: Strategi Optimalisasi Digital Marketing & CRM Untuk Meningkatkan Penjualan
Gambar 1. Contoh UKM yang telah menjual produknya ke mancanegara
Sumber: instagram Alif Kurma n Friends
2. Memudahkan menjangkau pelanggan spesifik
Dalam digital marketing, kita dimungkinkan untuk menjangkau calon pelanggan yang lebih spesifik, yaitu pelanggan potensial yang memiliki minat dengan produk yang kita tawarkan. Hal ini penting karena dapat meningkatkan peluang terjadinya pembelian.
Jika dibandingkan dengan pemasaran offline, seperti menyebar brosur, membuat spanduk, atau datang ke rumah secara random, hal ini tentu memiliki peluang yang lebih kecil terkait terjadinya pembelian.
3. Mampu mengontrol efektivitas strategi pemasaran yang dilakukan
Melalui digital marketing, teman-teman dapat menarget sekaligus mengontrol berapa jumlah pengunjung atau pelanggan yang datang ke toko online atau website kita. Data tersebut akan terdokumentasi dengan baik dan dapat kita jadikan alat kontrol untuk evaluasi strategi pemasaran yang telah kita lakukan.
Berbeda dengan toko offline, dimana kita tidak memiliki data yang terdokumentasi dengan baik terkait jumlah pelanggan yang datang, kapan saja jam ramai dan sepinya, apakah ada event tertentu yang membuat toko kita ramai, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, mengontrol seberapa besar efektivitas pemasaran offline yang telah dilakukan menjadi sulit dilakukan.
4. Biaya yang lebih murah
Banyak pelaku usaha yang menggunakan digital marketing sebagai strategi untuk mendapatkan biaya yang lebih murah, atau biasa kita sebut dengan cost cutting. Bahkan, sahabat UKM dapat mengoptimalkan digital marketing secara gratis.
Sebut saja penggunaan media sosial seperti Facebook dan Instagram. Sahabat UKM hanya perlu memiliki kuota internet. Selebihnya, sahabat UKM dapat mem-posting foto dan informasi produk yang ditawarkan secara gratis dan mudah.
Baca Juga: Kemitraan, Strategi Bisnis UMKM Dalam Meningkatkan Omzet Penjualan
Jikapun berbayar, secara umum biaya yang digunakan untuk beriklan via digital lebih murah dibandingkan pemasaran konvensional. Sebut saja televisi, radio, atau media cetak yang dulu biasa digunakan untuk media promosi.
Puluhan juta bahkan mungkin ratusan juta dibutuhkan untuk dapat tayang di media tersebut. Hal ini tentu menjadi kendala tersendiri bagi para pebisnis yang skala usahanya masih tergolong kecil.
Untuk itu, kita dapat memanfaatkan iklan di digital marketing. Dengan biaya Rp 50.000 sehari, kita dapat melakukan promosi melalui Facebook Ads, Google Ads, dan Instagram Ads. Biayanya lebih terjangkau bukan? (sumber foto : fiverr.com).
Bagaimana sahabat UKM, banyak sekali bukan keuntungan yang bisa kita dapatkan melalui digital marketing? Tapi tentu hal ini tidak datang begitu saja. Kita tetap harus melakukan perencanaan strategi terlebih dahulu agar program digital marketing dapat berjalan efektif dan efisien.
Apakah setelah sahabat UKM memiliki media digital marketing, seperti website misalnya, lantas pelanggan yang mengunjungi website pasti membeli produk yang ditawarkan? Jawabannya belum tentu, bisa iya bisa juga tidak.
Seperti yang telah diulas sebelumnya mengenai funneling, dimana ada beberapa tahapan yang akan dilalui oleh seorang calon pelanggan ketika mengunjungi toko online hingga akhirnya Ia menjadi pelanggan kita. Yuk kita simak tahapan apa saja yang akan dilalui konsumen dalam digital marketing.
Tahapan Strategi Funneling dalam Digital Marketing
AIDA adalah kata yang perlu sahabat UKM ingat jika berbicara terkait dasar tahapan funneling. Ini bukan nama orang ya, melainkan sebuah singkatan dari Awareness, Interest, Desire, dan Action. Model ini menjelaskan proses bagaimana seorang konsumen mengambil keputusan dalam membeli sebuah produk.
Baca Juga: Mengenal Strategi dan Konten Promosi Serta Evaluasi Efektifitasnya
Dari yang awalnya mereka mengetahui keberadaan sebuah produk (aware), lalu mulai tertarik dengan produk tersebut (interest), memiliki keinginan atau hasrat untuk membeli produk tersebut (desire), hingga akhirnya konsumen tersebut benar-benar membeli produk yang diinginkan (action). Ya, inilah dasar tahapan funneling yang biasa digunakan dalam pemasaran. Yuk, kita bahas masing-masing tahapan secara rinci.
1. Tahap Pertama (Awareness)
Layaknya sebuah pasar, tentu di dalamnya ada banyak sekali toko dan penjual. Kecenderungan kita adalah datang ke toko atau penjual yang sudah kita ketahui, kenal, atau familiar sebelumnya. Betul begitu kan? Begitu juga dengan digital marketing.
Di dunia internet, tentu banyak sekali toko online, baik berupa website, social media seperti Instagram dan Facebook, maupun toko di platform e-commerce/marketplace seperti Tokopedia, Lazada, Bukalapak, Shopee, dan lain sebagainya.
Sahabat UKM harus melakukan edukasi terlebih dahulu kepada calon pelanggan potensial bahwa kita memiliki toko online tersebut. Edukasi ini bisa melalui iklan atau campaign jika memiliki modal.
Bisa juga sahabat UKM lakukan ini secara gratis dengan broadcast ke jejaring via Whatsapp, update informasi melalui akun sosial media sahabat UKM, atau penyebaran info melalui email.
Ketika calon pelanggan tersebut mengunjungi toko online kita, maka status calon pelanggan tersebut sudah berubah dari audience (pemirsa) menjadi visitor (pengunjung). Jadi, kata kunci utama dalam tahap pertama ini adalah edukasi agar calon pelanggan mengetahui toko online yang sahabat UKM miliki. Karena ingat, calon pelanggan akan mendatangi toko atau penjual yang telah kita diketahui atau familiar sebelumnya.
2. Tahap Kedua (Interest)
Apakah sahabat UKM pernah mendatangi sebuah toko lalu memutuskan untuk tidak membeli apapun dan akhirnya keluar lagi dari toko tersebut? Apa biasanya yang membuat sahabat UKM mengambil keputusan seperti itu? Ya, bisa jadi karena produknya tidak menarik, tidak berbeda dengan produk milik pesaing, atau bisa juga karena suasana tokonya yang tidak nyaman, proses pembayaran yang berbelit-belit, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Strategi Branding Mendapatkan Konsumen Loyal
Begitu juga yang dapat terjadi di toko online. Setelah sahabat UKM mampu mengubah audience menjadi visitor dengan mengunjungi toko online kita yang dimiliki, belum tentu visitor ini melakukan pembelian. Sahabat UKM harus mampu meyakinkan visitor tersebut agar tertarik dengan produk-produk yang kita tawarkan.
Kita harus mampu menjelaskan dengan baik apa keunggulan produk kita yang menonjol dibanding produk sejenis yang dimiliki pesaing. Berikan konten-konten yang dirasa relevan dan dibutuhkan oleh visitor. Yang tidak kalah penting, sajikan konten-konten tersebut dengan visualisasi yang menarik, seperti gambar, video tutorial atau infografik.
Selain itu, kenyamanan toko online juga sangat penting. Hal ini bisa sahabat UKM lakukan dengan membuat tampilan website yang simple dan user friendly atau mudah digunakan. Kriteria user friendly dalam toko online mencakup nama domain yang mudah diingat, tampilan konsisten dan dapat dipindai, desain responsive dan kompatibel, waktu loading yang relatif cepat atau fast loading speed, dan bahasa konten yang sederhana.
3. Tahap Ketiga (Desire)
Setelah visitor menunjukkan ketertarikan dengan produk yang kita tampilkan, maka kini saatnya kita melakukan follow up (menindaklanjuti). Ya, ini penting dilakukan karena visitor yang tertarik belum tentu langsung melakukan pembelian. Follow up seperti apa yang sahabat UKM dapat lakukan?
Baca Juga: Tips Iklan Efektif dengan Pemasangan Target Konsumen yang Spesifik
Sahabat UKM dapat melakukan follow up dengan menawarkan promo-promo menarik, seperti potongan harga, free ongkos kirim, atau memberikan gift tertentu. Selain itu, sahabat UKM juga dapat menambahkan informasi terkait testimoni yang diberikan oleh pelanggan yang selama ini telah menggunakan produk sahabat UKM.
Testimoni ini sangat penting untuk menambah trust (kepercayaan) dan keyakinan visitor kita. Yang sebelumnya sudah mulai tertarik, visitor dapat lebih yakin hingga akhirnya membantu mengambil keputusan pembelian.
4. Tahap Keempat (Action)
Ketika visitor tersebut telah membeli produk kita, maka statusnya sudah berubah dari yang awalnya calon pelanggan menjadi pelanggan. Layaknya sebuah pertemanan yang awalnya tidak kenal menjadi kenal, tentu sahabat UKM harus membina hubungan pertemanan tersebut bukan? Begitu pula dengan pelanggan kita.
Dalam tahap yang terakhir ini, sahabat UKM perlu menjaga hubungan baik dengan para pelanggan. Tumbuhkan rasa memiliki dalam diri pelanggan terhadap produk kita. Sahabat UKM dapat membuat program loyalitas pelanggan, sehingga dapat meningkatkan kuantitas pembelian produk, ataupun menciptakan referral program, sehingga pelanggan tersebut akan mempromosikan produk kita dan mengajak jejaringnya untuk ikut menggunakan produk yang kita tawarkan.
Baca Juga: 7 Strategi Mengelola Hubungan Baik Dengan Konsumen
Program-program seperti ini dapat meningkatkan keterikatan dan rasa memiliki pelanggan. Secara tidak langsung, pelanggan-pelanggan tersebut juga menjadi marketer dari usaha kita.
Namun yang perlu diingat, pelanggan akan bersedia menawarkan produk kita ke jejaringnya hanya jika Ia yakin bahwa kualitas produk kita memang tidak perlu diragukan lagi. Oleh karena itu, penting sekali bagi sahabat UKM untuk selalu melakukan evaluasi produk dan memberikan pelayanan prima.
Sahabat UKM juga dapat mengajak para pelanggan untuk berkontribusi aktif memberikan masukan membangun. Lagi-lagi, hal ini akan mampu meningkatkan keterikatan dan rasa memiliki pelanggan. Menarik bukan.
Evaluasi Strategi Funneling
Sahabat UKM, setiap strategi pemasaran yang dilakukan, tentu memiliki tujuan atau objektif, sehingga pada akhirnya tujuan ini dapat kita evaluasi apakah tercapai atau tidak, apakah strategi pemasaran yang kita lakukan sesuai dengan tujuan yang ingin dituju.
Begitu pula dengan digital marketing, khususnya pada strategi funneling. Sahabat UKM harus mampu melakukan evaluasi apakah program campaign atau iklan yang dilakukan melalui online telah mampu mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
Evaluasi yang dilakukan dapat berupa mengukur pertumbuhan audience, engagement rate, dan lead generation funnel. Agar lebih mudah, mari kita bahas satu-persatu.
1. Mengukur Pertumbuhan Audience
Kita perlu mengukur pertumbuhan atau kenaikan audience (pemirsa) pada toko online kita. Dalam hal ini, yang perlu sahabat UKM perhatikan adalah platform apa yang digunakan, karena cara mengukur pertumbuhan audience berbeda untuk setiap platform nya.
Untuk mengukur pertumbuhan pada website, kita bisa menggunakan Google Analytics. Sedangkan pada e-commerce/marketplace, biasanya masing-masing platform menyediakan alat bantu analisis tersendiri.
Bagi sahabat UKM yang sering menjual produk melalui media sosial. Yuk kita bahas penjelasannya untuk masing-masing media sosial sebagai berikut.
- Youtube
Jika sahabat UKM biasa menggunakan saluran Youtube dalam mengiklankan produknya, maka untuk dapat mengukur jumlah pertumbuhan audience, sahabat UKM dapat mencatat berapa jumlah viewer (penonton) dari setiap video yang ditayangkan dan berapa subscriber (pengikut) pada periode waktu tertentu.
Apakah ada penambahan subscriber setelah kita upload video terbaru kita, atau apakah ada penambahan jumlah viewer dari video sebelumnya.
Baca Juga: Strategi Mengunggah Konten di Instagram
- Twitter dan Instagram
Melalui dua platform ini, sahabat UKM dapat melihat berapa jumlah follower yang mengikuti akun kita. Bandingkan jumlah follower tersebut dari waktu ke waktu tertentu, apakah stagnan, meningkat, atau justru menurun. Baca juga artikel lengkapnya mengenai bagaimana cara meningkatkan basis follower Instagram, klik disini.
- Facebook Fanpage
Di Facebook Fanpage, sahabat UKM dapat mencatat jumlah fans pada halaman produknya. Setelah melakukan campaign, sahabat UKM dapat menghitung berapa jumlah teman Facebook yang mulai menjadi fans pada halaman produk kita.
2. Mengukur Engagement Rate
Maksud dari engagement rate adalah berapa besar audience yang berinteraksi dengan produk kita. Layaknya mengukur pertumbuhan audience, cara mengukur engagement rate juga berbeda untuk setiap platform nya.
Sama seperti sebelumnya, untuk mengukur engagement rate pada website, kita bisa menggunakan Google Analytics. Sedangkan pada e-commerce/marketplace, biasanya masing-masing platform menyediakan alat bantu analisis tersendiri.
Sedangkan pengukuran engagement rate bagi penggunaan media sosial, mari kita simak penjelasannya berikut ini.
- Youtube
Untuk mengetahui berapa besar audience yang berinteraksi dengan kita, sahabat UKM dapat memperhatikan jumlah komentar yang diberikan di video kita, berapa kali video atau konten tersebut dishare, dan jumlah rate (like or dislike – suka atau tidak suka) pada video tersebut.
Untuk Twitter, sahabat UKM juga dapat menghitung seberapa besar jumlah follower yang me-retweet atau me-reply pesan yang kita posting, menggunakan hashtag yang kita gunakan, dan mengirim pesan pribadi secara langsung atau direct message.
Sedangkan untuk Instagram, sahabat UKM dapat melihat seberapa besar engagement atau keterlibatan audience dengan setiap postingan kita dengan menghitung jumlah like, komentar, share konten yang kita buat ke instagram story, serta direct message yang dikirim ke akun kita. Agar mudah dalam mengumpulkan data, sebaiknya sahabat UKM mengganti profil akun Instagramnya menjadi profil akun bisnis.
Dengan menjadi profil akun bisnis, sahabat UKM akan dapat insight menarik terkait berapa banyak audience yang mengunjungi akun kita, bagaimana profil respondennya, seberapa besar interaksi yang dilakukan, dan lain sebagainya. Baca artikel lengkapnya terkait mengukur efektivitas Instagram lainnya, klik disini.
Baca Juga: Strategi Komunikasi Efektif Menjangkau Peluang Pasar Global
- Facebook Fanpage
Di Facebook Fanpage, sahabat UKM dapat menghitung berapa jumlah klik, komentar, dan jumlah share terkait postingan kita.
3. Mengukur Lead Generation Funnel
Lead generation funnel bisa diartikan sebagai jumlah konversi dari yang mengetahui produk menjadi melakukan transaksi. Untuk dapat mengevaluasinya, sahabat UKM harus mampu menghitung Return on Investment atau biasa kita sebut dengan ROI. Bagi seorang pelaku bisnis, menghitung ROI penting dilakukan agar apa yang telah sahabat UKM investasikan sebagai modal tidak terbuang secara sia-sia.
Dalam investasi ke strategi digital marketing, jenis ROI yang secara umum dapat sahabat UKM gunakan sebagai bahan evaluasi adalah profit atau laba, yaitu dengan menghitung berapa keuntungan bersih setiap penjualan atau setiap transaksi, berapa jumlah rata-rata pembeli yang didapat dari sebuah campaign, dan berapa total profit harian, mingguan, bahkan bulanan.
Sebagai contoh, jika sahabat UKM mengeluarkan modal Rp 2.000.000 setiap bulannya untuk program campaign atau iklan, lalu keuntungan per produk sebesar Rp 25.000, maka dibutuhkan minimal 80 kali transaksi untuk balik modal. Sehingga, jika setiap hari bisa mendapat 3 transaksi saja, maka sudah bisa mendapat keuntungan disini.
Baca Juga: Pentingnya Investasi Iklan di Digital Marketing Agar Bisnis Anda Bertumbuh
Sekian pembahasan kita kali ini. Yuk kita rangkum lagi pembahasan mengenai tahapan dan evaluasi strategi funneling dibawah ini.
Bagaimana teman-teman, strategi funneling dalam digital marketing itu menarik, banyak manfaatnya, dan caranya tidak terlalu sulit bukan? Yuk mulai sekarang kita coba pelajari platform apa saja yang biasa digunakan dalam digital marketing, persiapkan strategi funneling yang akan dilakukan, apa tujuan funneling yang diinginkan, dan bagaimana cara mengukurnya nanti. Semoga bermanfaat dan selamat mencoba.
Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.
Referensi:
- Dewaweb.com: 5 Kriteria User Friendly Website.
- DHA Digital (2020): Menentukan Return of Investment (ROI) dari Hasil Digital Marketing.
- Fathya (2019): 4 Cara Menentukan Marketing Metrics dalam Kesuksesan Pemasaran Melalui Media Sosial.
- Nabila (2016): Pemanfaatan Industri Digital di Indonesia Masih Rendah, Tahun 2025 Bisa Sentuh Angka $150 Miliar.