Free photo two muslim women buying food from a pastry shop while traveling

Potensi Pasar Halal Dunia - Penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam merupakan potensi besar bagi perkembangan sektor ekonomi Islam. Sektor yang menyediakan produk dan jasa halal untuk segmen konsumen muslim tersebut dipertimbangkan sebagai sektor bisnis yang diprediksi menjadi salah satu sektor ekonomi terbesar di dunia.

Sebagai negara dengan jumlah populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia merupakan pasar halal yang potensial, baik sebagai konsumen maupun produsen. Diperkirakan ada 229 juta orang muslim di Indonesia atau 87,2 % dari total penduduk. Ini berarti 13% populasi muslim yang ada di dunia menetap di Indonesia. The State of Global Islamic Economy bahkan mencatat bahwa Indonesia merupakan konsumen terbesar produk makanan halal di dunia dengan nilai konsumsi sebesar US$ 144 Miliar.

Lantas, bagaimana posisi Indonesia di pasar halal global? Mari kita simak selengkapnya pada artikel ini.


Potensi Pasar Halal Dunia, Meninjau Positioning Indonesia

Pangsa pasar domestik yang luas tidak serta merta menjadikan Indonesia sebagai negara produsen produk halal terbesar. Indonesia justru mengimpor produk makanan halal dari negara lain seperti Amerika Serikat dan Argentina. Di samping itu, performa ekspor produk halal Indonesia ke luar negeri pun masih relatif rendah yaitu baru mencapai 3,8% dari total pasar halal dunia.

Padahal Indonesia sendiri punya potensi besar untuk mengembangkan produk dan jasa halal domestik. Dengan jumlah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dari beragam sektor yang mencapai 64 juta usaha, peluang untuk mengembangkan sektor produk dan jasa halal terbuka sangat lebar.

Jika ditinjau dari pertumbuhan sektor halal secara menyeluruh, Indonesia tercatat menempati rangking keempat dari 15 negara dengan skor Global Islamic Economy Indicator (GIEI). Skor ini mengukur ekosistem perkembangan sektor Ekonomi Islam di setiap negara yang meliputi ukuran pasar, izin usaha, kesadaran publik, dan dampak sosialnya.

Baca Juga: Peluang Pasar: Membangun Usaha Jasa Rutin Pendukung Kehidupan

Sebagai perbandingan, negara Malaysia yang pangsa pasar halal dan jumlah UMKM-nya tidak sebesar di Indonesia justru menempati peringkat pertama untuk skor GIEI dan produsen terbesar produk dan jasa halal. Malaysia unggul sebagai produsen di beberapa sektor seperti makanan halal, keuangan syariah, travel ramah muslim, serta obat dan kosmetik halal.

Indonesia mulai menaruh perhatian pada sektor produk dan jasa halal sejak tahun 2018. Untuk mendukung perkembangannya, pemerintah Indonesia melakukan berbagai strategi kebijakan yang bertujuan mendorong peningkatan produktivitas usaha produk dan jasa halal.

Sederhananya, pasar halal didefinisikan sebagai pasar tempat bertemunya konsumen dan produsen produk dan jasa halal. Pasar tidak selalu berwujud fisik, tetapi bisa berupa sistem yang memfasilitasi permintaan dan penawaran produk dan jasa. Nah, kalau berbicara pasar halal global, jangkauannya lebih luas lagi. Konsumen dan produsennya berasal dari berbagai negara di seluruh dunia yang berinteraksi melalui perdagangan internasional atau ekspor-impor.

Global State Islamic Report menerbitkan laporan tahunan yang memantau dan mencatat perkembangan sektor halal dunia sejak tahun 2013, serta mengukur indikator perkembangan dan peluang sektor halal di sejumlah negara sebagai gambaran mana negara dengan perkembangan sektor halal terdepan.


Seberapa Menguntungkan Pasar Halal Global?

Saat ini tercatat ada 1,9 Miliar muslim di seluruh dunia yang merupakan potensi pasar produk dan jasa halal. Dikutip dari viva.co.id, jumlah populasi muslim itu tersebar di berbagai negara khususnya Indonesia (231 juta), Pakistan (202 juta), India (195 juta), Bangladesh (153 juta), Nigeria (103 juta), Mesir (90 juta), Iran (82,5 juta), Turki (74 juta), Algeria (41 juta) dan Irak (38 juta). Ini belum termasuk jumlah penduduk muslim di benua Eropa dan Amerika yang jumlahnya terus bertambah selama 20 tahun terakhir.

Baca Juga: Modal UKM Berbasis Musyarakah: Ringan dan Menguntungkan

Menerapkan gaya hidup halal tidak bisa dipisahkan dari kehidupan muslim karena mengonsumsi produk halal merupakan kewajiban dalam tuntunan Islam seperti halnya ibadah sholat, puasa, dan zakat. Selama ada penerapan nilai-nilai Islam, selama itu pula produk dan jasa halal dibutuhkan.

Tabel 1. Sektor Halal dan Nilai Islam

Sektor Halal

Nilai Islam

Makanan, Obat, dan Kosmetik

Hukum Islam memberikan pandangan yang konkrit tentang definisi halal dan haram. Bahan baku pembuatan makanan, obat, dan kosmetik halal tidak boleh mengandung unsur babi, bangkai, darah dan produk turunannya.

Demikian juga dengan cara pembuatan dan proses produksinya, harus dipastikan tidak terkontaminasi dengan unsur yang haram.

Keuangan Islam

Al Quran dan Al Hadits juga memberikan panduan terkait dengan sistem bisnis dan keuangan yang adil, salah satunya dengan mendorong kegiatan perdagangan dan melarang praktik riba.

Fesyen

Hukum Islam juga memberi panduan berpakaian untuk laki-laki dan perempuan sehingga mempengaruhi preferensi muslim untuk memilih pakaian yang dikenakan.

Busana muslim, hijab, aksesoris, baju koko, sarung, peralatan sholat merupakan contoh produk fesyen yang populer.

Media, Perjalanan, dan Wisata

Ajaran Islam juga menganjurkan agar seorang muslim memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dan menghindari aktivitas yang tidak bermanfaat dan merugikan diri sendiri seperti berjudi dan mabuk. Nilai ini mempengaruhi muslim dalam memilih jenis hiburan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Tahun 2020 lalu, Global State Islamic Report mencatat pengeluaran untuk gaya hidup halal muslim mencapai US$ 2,2 Triliun atau setara dengan 260 Trilyar Rupiah, yang meliputi belanja di sektor makanan, obat, kosmetik, fesyen, perjalanan dan wisata, serta media. Pengeluaran tersebut mengalami kenaikan secara konsisten dari tahun ke tahun dan diprediksi nilai konsumsinya bisa mencapai US$ 2,4 Triliun pada tahun 2024 mendatang sebagai akibat pertambahan jumlah populasi muslim dan meningkatnya kesadaran muslim untuk menerapkan nilai-nilai Islam.

Baca Juga: Poin-Poin Penting Dalam Mudharabah

Konektivitas digital merupakan faktor penting lainnya yang mempengaruhi perkembangan sektor halal. Akses digital semakin memudahkan muslim untuk belajar Islam dan memudahkan mereka untuk tergabung dengan komunitas muslim yang mendorong semakin meningkatnya kesadaran untuk menerapkan nilai-nilai Islam. Di samping itu, konektivitas digital juga memudahkan konsumen untuk mengakses produk dan jasa melalui e-commerce, website, dan media sosial sehingga mendorong terjadinya transaksi jual beli.

Faktor lainnya adalah semakin meningkatnya kesadaran untuk menerapkan konsumsi beretika. Nilai-nilai Islam bersifat universal dan masuk akal bagi penerapan konsumsi beretika. Saat ini semakin banyak konsumen yang makin tertarik dengan brand yang menerapkan produksi berkelanjutan dan beretika. Tidak hanya muslim, brand produk halal kini semakin diminati juga oleh non-muslim karena proses produksinya yang beretika.

Pandemi berimbas bagi pertumbuhan semua sektor dalam perekonomian, tidak terkecuali sektor halal. Selama tahun 2020, keenam sektor halal mengalami pertumbuhan negatif dimana sektor perjalanan dan wisata mengalami dampak paling parah atau mengalami penurunan hingga -70% sebagai dampak pembatasan sosial di sejumlah negara. Pandemi juga berimbas pada sektor makanan, obat-obatan, kosmetik, fesyen dan media, tetapi penurunannya tidak begitu siginifikan sektor lainnya.

Baca Juga: Unit Usaha Syariah

Tabel 2. Dampak Pandemi Terhadap Sektor Halal

No.

Sektor Halal

Pertumbuhan (%)

1

Sektor Makanan

-0,2%

2

Sektor Kosmetik

-2,5%

3

Sektor Fesyen

-2,9%

4

Sektor Media

-3,7%

5

Sektor Obat-obatan

-6,9%

6

Sektor Perjalanan & Wisata

-70 %

Sumber: Global State Islamic Report 2020

Meski mengalami penurunan hampir di semua sektor, nilai transaksi di masing-masing sektor halal masih relatif tinggi dan peluang Indonesia untuk masuk ke sektor ini masih terbuka lebar. Secara berturut-turut nilai sektor halal tertinggi pada tahun 2020 adalah makanan (US$ 1,16 Triliun), Fesyen (US$ 268 Miliar), Media (US$ 214 Miliar), Obat (US$ 87 Miliar), Kosmetik (US$ 64 Miliar), serta Perjalanan dan Wisata (US$ 58 Miliar). Sektor wisata pertumbuhannya menurun drastis dari US$ 194 Miliar pada 2019.

Tabel 3. Sektor Halal dan Nilai Transaksi Ekonomi yang Dihasilkan

Sektor Halal

2019

2020

2024*

Makanan

US$ 1,17 Triliun

US$ 1,16 Triliun

US$ 1,38 Triliun

Fesyen

US$ 277 Miliar

US$ 268 Miliar

US$ 311 Miliar

Media

US$ 222 Miliar

US$ 214 Miliar

US$ 270 Miliar

Obat

US$ 94 Miliar

US$ 87 Miliar

US$ 105 Miliar

Kosmetik

US$ 66 Miliar

US$ 64 Miliar

US$ 76 Miliar

Perjalanan dan Wisata

US$ 194 Miliar

US$ 58 Miliar

-

*) nilai estimasi

Sumber: Global State Islamic Report 2020

Jumlah populasi muslim yang besar di Indonesia menjadikan negara kita sebagai salah satu pasar halal terbesar. Permintaan produk halal relatif tinggi terutama untuk produk makanan halal. Namun kondisi itu tidak serta merta mendorong Indonesia menjadi negara produsen produk halal terbesar.

Baca Juga: Muamalah

Di sektor makanan halal contohnya, belanja produk makanan halal masyarakat Indonesia mencapai US$ 144 Miliar, namun kita masih mengimpor makanan halal berupa daging dan makanan olahan dari Amerika Serikat dan Argentina. Menangkap peluang ini, beberapa negara seperti Jepang dan Korea Selatan berupaya masuk ke segmen pasar makanan halal di Indonesia dengan memproduksi makanan bersertifikasi halal.

Tabel 4. Lima Besar Negara Eksportir dan Lima Besar Negara Konsumen Makanan Halal

Lima Besar Negara Eksportir

Lima Besar Negara Konsumen Makanan Halal

Brazil (US$ 16,2 Miliar)

Indonesia (US$ 144 Miliar)

India (US$ 14,4 Miliar)

Bangladesh (US$ 107 Miliar)

Amerika Serikat (US$ 13,8 Miliar)

Mesir (US$ 95 Miliar)

Rusia (US$ 11,9 Miliar)

Nigeria (US$ 83 Miliar)

Argentina (US$ 10,2 Miliar)

Pakistan (US$ 82 Miliar)

Sumber : Global State Islamic Report 2020

Di sektor fesyen, Tiongkok menjadi eksportir utama produk fesyen ke negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dengan nilai transaksi yang cukup besar yaitu US$ 11,5 Miliar. Tiongkok mengekspor produk fesyen halal ke sejumlah negara seperti Arab Saudi, Bangladesh, dan juga Indonesia. Di urutan lima besar negara konsumen fesyen muslim, Indonesia masuk ke lima besar dengan jumlah transaksi mencapai US$ 16 Miliar.

Tabel 5. Lima Besar Negara Eksportir dan Lima Besar Negara Konsumen Fesyen

Lima Besar Negara Eksportir

Lima Besar Negara
Konsumen Fesyen

Tiongkok (US$ 11,5 Miliar)

Iran (US$ 53 Miliar)

Turki (US$ 3 Miliar)

Turki (US$ 28 Miliar)

India (US$ 2,8 Miliar)

Arab Saudi (US$ 21 Miliar)

Uni Emirat Arab (US$ 1,5 Miliar)

Pakistan (US$ 20 Miliar)

Bangladesh (US$ 1,4 Miliar)

Indonesia (US$ 16 Miliar)

Sumber: Global State Islamic Report 2020

Perkembangan media halal cukup pesat seiring dengan perkembangan infrastruktur digital. Peluang pasar yang besar untuk media halal ditangkap oleh Tiongkok, Jepang, Thailand, Korea Selatan, dan Jerman untuk mengekspor beragam jenis media hiburan ke negara dengan konsumen media halal seperti Turki, Indonesia, Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Pakistan.

Baca Juga: Ba'i Al-Dayn

Tabel 6. Lima Besar Negara Eksportir dan Lima Besar Negara Konsumen Media Halal

Lima Besar Negara Eksportir

Lima Besar Negara Konsumen Media Halal

Tiongkok (US$ 5,2 Miliar)

Turki (US$ 26 Miliar)

Jepang (US$ 2,1 Miliar)

Indonesia (US$ 22 Miliar)

Thailand (US$ 2 Miliar)

Amerika Serikat (US$ 22 Miliar)

Korea Selatan (US$ 1,6 Miliar)

Arab Saudi (US$ 11 Miliar)

Jerman (US$ 900 Juta)

Pakistan (US$ 11 Miliar)

Sumber: Global State Islamic Report 2020

Permintaan obat halal di sejumlah negara relatif besar. Peluang bisnis obat halal cukup menjanjikan di Indonesia dengan nilai transaksi ekonomi selama tahun 2019 sebesar US$ 5,4 Miliar. Yang menarik, negara-negara seperti Jerman, Prancis, dan Swiss pun turut mengembangkan obat halal untuk memenuhi permintaan di negara-negara mayoritas muslim.

Tabel 7. Lima Besar Negara Eksportir dan Lima Besar Negara Konsumen Obat Halal

Lima Besar Negara Eksportir

Lima Besar Negara
Konsumen Obat Halal

Jerman (US$ 5,2 Miliar)

Turki (US$ 10 Miliar)

Prancis (US$ 4,6 Miliar)

Arab Saudi (US$ 8,1 Miliar)

Swiss (US$ 3,3 Miliar)

Indonesia (US$ 5,4 Miliar)

Amerika Serikat (US$ 3,4 Miliar)

Amerika Serikat (US$ 7,3 Miliar)

India (US$ 2,5 Miliar)

Algeria (US$ 3,9 Miliar)

Sumber: Global State Islamic Report 2020

Industri kosmetik halal pun semakin berkembang seiring dengan meningkatnya kesadaran para wanita Muslimah untuk memilih kosmetik tidak sekedar mementingkan brand, tetapi juga mementingkan unsur yang terkandung dalam kosmetik tersebut. Sertifikasi halal kini tidak hanya wajib untuk makanan dan obat, tetapi juga kosmetik. Indonesia pun merupakan pasar untuk produk kosmetik halal dengan nilai transaksi sebesar US$ 4 Miliar yang mana nilai konsumsinya setara dengan Malaysia, Rusia, dan Turki.

Baca Juga: Hiwalah

Tabel 8. Lima Besar Negara Eksportir dan Lima Besar Negara Konsumen Kosmetik Halal

Lima Besar Negara Eksportir

Lima Besar Negara Konsumen Kosmetik Halal

Prancis (US$ 2,5 Miliar)

India (US$ 6 Miliar)

Uni Emirat Arab (US$ 1,8 Miliar)

Indonesia (US$ 4 Miliar)

Jerman (US$ 1 Miliar)

Malaysia (US$ 4 Miliar)

India (US$ 940 Juta)

Rusia (US$ 4 Miliar)

Amerika Serikat (US$ 840 Juta)

Turki (US$ 4 Miliar)

Sumber: Global State Islamic Report 2020

Sebelum pandemi, sektor perjalanan dan wisata halal mengalami perkembangan yang signifikan. Sektor ini mencakup nilai transaksi di sektor transportasi, akomodasi, restoran, dan sektor lainnya yang bergerak di industri pariwisata. Pada tahun 2019, negara Turki, Uni Emirat Arab, Rusia, Prancis, dan Malaysia menjadi tujuan favorit wisata halal muslim dari seluruh dunia.

Tabel 6. Lima Besar Negara Eksportir dan Lima Besar Negara Perjalanan dan Wisata Halal

Lima Besar Negara Tujuan Wisata Halal

Lima Besar Negara Dengan Pengeluaran Untuk Wisata Halal

Turki (US$ 6,4 Miliar)

Arab Saudi (US$ 24,3 Miliar)

Uni Emirat Arab (US$ 6,2 Miliar)

Uni Emirat Arab (US$ 17,2 Miliar)

Rusia (US$ 5,6 Miliar)

Qatar (US$ 14,2 Miliar)

Prancis (US$ 5 Miliar)

Kuwait (US$ 13 Miliar)

Malaysia (US$ 4,8 Miliar)

Indonesia (US$ 11,2 Miliar)

Sumber: Global State Islamic Report 2020

Berdasarkan data nilai ekonomi di keenam sektor halal, Indonesia merupakan negara lima teratas untuk pangsa pasar produk halal. Permintaan akan produk dan jasa halal di Indonesia memiliki peluang yang besar untuk dijajaki.


Nah itulah pembahasan di artikel Bedah Kasus ini Sahabat Wirausaha. Intinya dari artikel ini, Indonesia saat ini masih menjadi pasar dominan dalam bisnis Halal. Mengapa kita tidak menjadi pemain eksportir utama pula? Malah jika kita lihat, negara-negara non-muslim yang mampu menjadi eksportir produk halal dan negara tujuan wisata halal.

Kondisi inilah yang harus kita perbaiki. Kita sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia haruslah tidak menjadi pasar saja, tapi juga menjadi supplier terbesar. Sebetulnya potensi ekspor dan wisata halal ini sangatlah besar. Meskipun menjadi pusat halal dunia 2024 masih cukup terasa jauh, namun kami yakin Sahabat Wirausaha bisa melakukan ekspor untuk produk-produk halal. Yuk saatnya UKM Go Global!

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.