Sahabat Wirausaha, kita tentu sepakat bahwa pandemi Covid-19 memang cukup memukul kondisi perekonomian banyak pihak termasuk pemerintahan negeri ini. Namun setelah hampir dua tahun tertatih, perubahan ke arah yang lebih baik dalam hal ekonomi negara, tampaknya mulai terlihat pada 2022 ini. Bahkan pada Maret 2022 kemarin, Indonesia mencatat peningkatan nilai ekspor tertinggi sepanjang sejarah negeri ini.

Dilansir CNBC Indonesia, BPS (Badan Pusat Statistik) melaporkan kalau nilai ekspor Indonesia mencapai US$26,5 miliar yang artinya meningkat 44,36% dibandingkan periode yang sama tahun 2021. Fakta ini terjadi karena naiknya harga sejumlah komoditas ekspor unggulan Indonesia di lingkup global seperti ICP (minyak mentah), CPO (minyak kelapa sawit mentah), karet, timah, tembaga hingga batu bara.

Raihan nilai ekspor dan semakin optimmisnya kinerja perekonomian tahun ini, membuat pemerintahan di sejumlah daerah mulai mendorong komoditas-komoditas unggulan mereka untuk bisa merambah pasar ekspor. Termasuk dengan dua wilayah paling timur negeri ini yakni Maluku dan Papua yang rupanya menyimpan potensi pasar ekspor menjanjikan. Seperti apa? Sahabat Wirausaha simak terus ulasan artikel berikut ini hingga usai.

Baca Juga: Kesuksesan Ekspor Hitara Black Garlic Menciptakan Nilai Keunggulan pada Bawang


Komoditas Ekspor Unggulan Koridor Ekonomi Maluku dan Papua

Sebagai wilayah paling timur, tak ada yang menampik betapa luar biasa indahnya panorama Maluku dan Papua. Namun tak hanya memesona secara visual, Maluku dan Papua juga punya berbagai potensi produk ekspor unggulan bagi Indonesia. Sekadar informasi, kedua wilayah ini terdiri dari tujuh provinsi yakni Maluku dan Maluku Utara dalam area Kepulauan Maluku, lalu ada provinsi Papua, Papua Barat, Papua Pegunungan, Papua Selatan dan Papua Tengah di pulau Papua.

Untuk memaksimalkan potensi perekonomiannya, pemerintah mengusulkan Koridor Ekonomi Papua dan Kepulauan Maluku ini sebagai Pusat Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi dan Pertambangan Nasional. Dilansir situs resmi BPKM Provinsi Maluku Utara, demi mendukung program tersebut, sudah ada tiga proyek MP3EI (Rencana Utama Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) yang melakukan groundbreaking sejak tahun 2011.

Baca Juga: Potensi Impor ASEAN

Berikut adalah lima komoditas unggulan utama di Koridor Ekonomi Papua dan Kepulauan Maluku:

1. Pertanian Pangan

Sumber: Abigail Lynn/UNSPLASH

Sebagai negara kepulauan dengan luas yang luar biasa besar dan dominasi perairan, Indonesia memang punya strategi sendiri untuk melakukan pemerataan ekonomi dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Salah satunya adalah dengan menetapkan wilayah-wilayah yang bisa menjadi lumbung pangan dan energi. Untuk wilayah Indonesia Timur, Merauke yang merupakan ibukota provinsi Papua Selatan dipilih demi mengantisipasi krisis pangan dan energi karena punya lahan datar yang subur.

Untuk menggenjot potensi Merauke, pemerintah mengembangkan proyek MIFEE (Merauke Integrated Food & Energy Estate). MIFEE ini sendiri adalah kegiatan usaha budidaya tanaman skala besar dengan konsep pertanian, sebagai sistem industrial yang berbasis IPTEK dalam hal modal, organisasi dan manajemen modern. Setidaknya ada 1,2 juta hektare lahan dalam pengembangan MIFEE yang terdiri dari 10 KSPP (Klaster Sentra Produksi Pertanian).

Baca Juga: Tren Ekspor-Impor (B2B) Indonesia dalam Era New Normal

Dalam MIFEE jangka panjang yakni kurun waktu 2020-2030, produksi pertanian tanaman pangan, holtikultura, peternakan, perkebunan dan perikanan menjadi fokusnya. Beberapa tanaman di kawasan MIFEE seperti padi, jagung, kedelai, sorgum, gandum, sayur dan buah-buahan. Sedangkan untuk tanaman non pangan adalah tebu, karet dan kelapa sawit yang merupakan salah satu komoditas ekspor teratas negeri ini.

2. Perikanan

Seperti yang sudah Sahabat Wirausaha ketahui, Indonesia masuk dalam jajaran produsen makanan laut terbesar di Asia Tenggara berkat luasnya wilayah perairan yang dimiliki. Jika melihat sebaran produksi perikanan negeri ini, Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku rupanya menempati posisi kelima sebagai penghasil perikanan laut Tanah Air. Melihat kondisi geografisnya, provinsi Maluku pun ditetapkan sebagai kawasan lumbung ikan nasional.

Baca Juga: Cost and Freight (CFR)

Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Maluku menyimpan potensi perikanan di laut Banda, laut Seram dan laut Arafura yang disebut golden fishing ground. Tak heran kalau KKP sampai membangun simpul pengolahan industri perikanan Maluku di Tual, Ambon dan Seram.

3. Nikel

Apakah Sahabat Wirausaha tahu kalau Indonesia merupakan produsen nikel keempat terbesar di dunia? Bahkan hal ini menjadikan Indonesia memiliki delapan persen cadangan nikel dunia sehingga menjadikan logam yang satu ini sebagai komoditi ekspor menjanjikan. Maluku dan Papua menyimpan potensi tambang nikel terbesar di Halmahera, Maluku Utara.

Baca Juga: Cost, Insurance, dan Freight (CIF)

Setidaknya 90% cadangan nikel negeri ini tersebar di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara. Sejak tahun 2021, Presiden Jokowi menetapkan pelarangan ekspor bahan mentah nikel Indonesia karena pemerintah ingin mengembangkan hilirisasi dan industrialisasi dari bahan mentah.

4. Tembaga

Dalam waktu 2004-2009 lalu, tercatat bahwa ekspor tembaga Indonesia mengalami peningkatan yang membuat logam ini begitu diperhatikan sebagai komoditas ekspor. Bahkan dalam laporan BPS di Maret 2022 lalu, tembaga menjadi salah satu produk ekspor unggulan negeri. Papua sendiri memang menjadi sorotan karena menjadi wilayah di mana 45% cadangan tembaga nasional berada. Hingga saat ini pusat eksporlasi dan pengolahan tembaga Tanah Air berpusat di Timika, provinsi Papua.

5. Minyak dan Gas Bumi

Sumber: Zachary Theodore/UNSPLASH

Selain tembaga, komoditas ekspor teratas negeri ini adalah minyak dan gas bumi (migas). Bahkan sudah sejak lama jika migas dianggap sebagai penopang perekonomian Indonesia. Disamping batu bara, produksi migas di Indonesia memegang porsi separuh dari produksi energi fosil di Tanah Air. Dalam Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku, Papua memiliki cadangan migas yang luar biasa besar terutama di kawasan Sorong, Semai dan Teluk Bintuni (Papua Barat) serta Pantai Barat (Papua).

Baca Juga: Mengenal Ragam Standar Produk Ekspor

Bahkan menurut Lasmini selaku Koordinator Fungsi Statistik Distribusi BPS Papua Barat, sektor migas begitu dominan dalam perkembangan ekspor di wilayah Papua. Dilansir Republika, migas sampai mengambil porsi 98% dari total ekspor atau mencapai US$245,75 juta pada periode Mei 2022. Sekadar informasi, realisasi nilai ekspor provinsi Papua Barat di periode itu menyentuh US$250,09 juta sehingga meningkat 78,46% secara year to year (yoy).

Dengan berbagai potensi komoditas ekspor yang dimiliki, tentu pada dasarnya peluang pasar untuk bisa diterima di lingkup global sangatlah terbuka lebar. Bahkan beberapa produk memiliki minat yang cukup tinggi di beberapa belahan dunia. Seperti apa? Simak ulasan kami selanjutnya di artikel ini.


Peluang Pasar Produk-Produk Ekspor Maluku dan Papua

Melimpahnya sumber daya alam di Kepulauan Maluku dan tanah Papua memang memiliki kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia. Bahkan Indonesia berada di posisi ke-24 sebagai negara ekonomi ekspor terbesar di Bumi. Dalam lingkup wilayah dalam negeri, Maluku dan Papua memang boleh bernagga karena mencatat pertumbuhan ekonomi tertinggi sepanjang 2021. Dilansir Kontan, pertumbuhan ekonomi kedua wilayah itu mencapai 10,09%.

Baca Juga: Apa itu Bill of Lading?

Cukup mengejutkan karena menurut Margo Yuwono selaku Kepala BPS, meskipun share hanya 2,49%, justru Maluku dan Papua meraih pertumbuhan tertinggi bahkan sekalipun dibandingkan dengan wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali sampai Nusa Tenggara.

Lantas ke manakah komoditas terbesar Koridor Ekonomi Papua dan Kepulauan Maluku ini diekspor?

1. Pala Maluku ke Belanda dan China

Sumber: Herusutimbul/Wikipedia

Sahabat Wirausaha tentu ingat bahwa Maluku begitu populer di seluruh dunia bahkan sejak era kolonial atau mungkin sebelumnya, sebagai penghasil rempah-rempah seperti pala. Dan pala itu rupanya sampai sekarang tetap menjadi komoditas ekspor yang begitu menjanjikan. Tidak tanggung-tanggung, pada Januari 2022 kemarin Maluku mengekspor pala organik sebanyak 8,5 ton langsung ke Belanda, seperti dilansir Antara.

Baca Juga: Jitu Membidik Peluang Pasar dan Target Negara Ekspor

Ekspor pala itu dikemas dari satu kontainer dengan nilai Rp1,8 miliar dari Pelabuhan Yos Sudarso, Ambon ke Pelabuhan Rotterdam, Belanda. Tak hanya ke Belanda, setahun sebelumnya sekitar Maret 2021, Maluku juga sudah mengekspor sekitar 28 ton biji pala ke China, seperti dilansir Kompas. Yang menarik, ekspor pala ke China senilai US$215 juta itu adalah pengiriman perdana langsung dari Maluku karena sebelumnya harus melalui Surabaya, alih-alih Ambon.

2. Olahan Ikan Maluku Menuju Jepang dan Amerika Serikat

Status Maluku Utara sebagai provinsi kepulauan dengan 1.474 pulau yang 76,28% wilayahnya adalah perairan, membuat potensi perikanannya menyentuh 517 ribu ton per tahun, seperti dilansir website resmi Bea Cukai Ternate. Karena itulah, kini ekspor ikan sejak tahun 2017 dilakukan langsung dari wilayah Maluku Utara.

Dimana saat itu Pelabuhan Tobelo di Halmahera Utara bertanggung jawab mengirimkan produk olahan ikan cakalang ke Jepang. Lalu dilanjutkan dengan Pelabuhan Ahmad Yani di Ternate yang mengekspor olahan ikan tuna ekor kuning beku ke Amerika Serikat. Kini lima tahun sejak ekspor ikan perdana langsung, Sakti Wahyu Trenggono selaku Menteri KKP menyebutkan jika potensi hasil laut perairan Maluku-Papua yang berada di Zona Tiga mencapai 3,9 juta ton dengan nilai Rp117 triliun.

Baca Juga: Mengenal Harga Patokan Ekspor

Dilansir Berita Satu, setidaknya pasar perikanan dan kelautan dunia pada tahun 2020 mencapai US$150 miliar. Indonesia sendiri baru mencatat nilai ekspor di sektor ini pada kisaran US$5,2 miliar atau 3,5% saja, yang berarti peluang pasar ikan-ikan di wilayah Maluku dan Papua masih sangat terbuka lebar. Sejauh ini komoditas perikanan di kawasan Indonesia bagian timur adalah udang, tuna, tongkol, cakalang, cumi, gurita, kepiting, rajungan, lobster dan rumput laut.

3. Tiongkok, Negara Tujuan Ekspor Utama Papua

Berbeda dengan Maluku, Tiongkok rupanya menjadi importir terbesar untuk komoditas ekspor asal Papua. Hal ini diungkapkan BPS Provinsi Papua Barat pada Januari 2022 lalu, seperti dilansir Klik Papua. Di mana pada November 2021, nilai ekspor Papua Barat mencapai US$191,3 juta atau naik 14,49% dari bulan sebelumnya. Kenaikan ini sendiri dipicu oleh meningkatnya permintaan bahan bakar mineral (HS27).

Sekadar informasi, HS27 atau bahan bakar fosil adalah sumber daya alam yang mengandung hidrokarbon seperti minyak bumi, gas alam dan batu bara. Seperti yang sudah Sahabat Wirausaha ketahui, migas merupakan satu dari lima peluang pasar ekspor terbesar dari wilayah Maluku dan Papua. HS27 ini. Dalam laporan BPS pada pertengahan Juni 2022, bahan bakar mineral berada di posisi teratas dalam total ekspor barang selama Januari-Mei.

Tak hanya pada awal tahun ini saja, Tiongkok tetap jadi tujuan ekspor terbesar Papua Barat selama Mei 2022 dengan nilai US$145,08 juta (58,01% dari total ekspor). Negara kedua yang terbesar adalah Jepang sebanyak US$87,60 juta (35,03%) dan Korea Selatan dengan nilai realisasi US$13,48 juta (5,39%). Selain ketiga negara Asia Timur itu, ada juga dua negara Asia lain yakni Taiwan dan Singapura sedangkan sisanya tercatat pula ekspor ke Amerika Serikat.

Baca Juga: Potensi UMKM Purbalingga Menembus Pasar Ekspor

Meskipun tampak cukup menjanjikan peluang pasar Maluku dan Papua dalam sumbangsihnya terhadap perekonomian Indonesia, tetap ada sejumlah kendala. Kendala-kendala ini bahkan terjadi tak hanya untuk komoditas bernilai ekspor, melainkan juga penjualan domestik.


Hambatan Peningkatan Ekonomi Maluku dan Papua

Seperti yang sudah Sahabat Wirausaha ketahui, Maluku dan Papua yang berada di kawasan paling timur Indonesia memang cukup jauh dari pusat ibukota negeri ini. Padahal lepas dari letak geografis, laju pertumbuhan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dari Koridor Ekonomi Papua dan Maluku ini sebetulnya cukup tinggi. Berikut beberapa hal yang bisa dibilang cukup menghambat pertumbuhan pasar perekonomian wilayah tersebut:

Sumber: CHUTTERSNAP/UNSPLASH

  • Jika dibandingkan dengan Maluku, keberadan investor dengan tujuan Papua memang tidak cukup menggembirakan lantaran tingginya risiko berbisnis dan tingkat kepastian usaha. Hal ini dipicu oleh kondisi geografis wilayah yang sebelumnya dikenal dengan nama Irian Jaya itu
  • Kondisi geografis Papua yang sebagian besar pegunungan dan dataran tinggi sementara Maluku adalah ribuan pulau dan perairan, menjadikan infrastruktur yang mendukung pembangunan ekonomi cukup terbatas. Kondisi ini bahkan juga ‘diperparah’ dengan kepadatan populasi di sejumlah provinsi yang sangat rendah jika dibandingkan rata-rata kepadatan populasi nasional
  • Belum meratanya pengetahuan pelaku bisnis di Maluku dan Papua dalam memahami kualitas produk ekonomi unggulan mereka. Sehingga hasil-hasil dari sektor pertanian dan perikanan masih belum mencapai level ekspor, termasuk juga bersaing di tingkat nasional
  • Sulitnya memperoleh modal usaha dari perbankan dari pelaku usaha kecil di Maluku serta Papua, yang membuat kebutuhan dan kualitas produksi sampai pemasaran tak maksimal
  • Sentra-sentra perekonomian di masyarakat banyak yang belum terintegrasi dengan pemerintah setempat, sehingga produk yang dihasilkan tak bisa mencapai target pasar
  • Lagi-lagi karena posisi Maluku dan Papua yang cukup jauh dari pusat perekonomian negeri, membuat proses kegiata eksplorasi dan bisnis yang berdampak ekonomi menjadi terhambat. Mulai dari penerbitan izin usaha sampai dengan peminjaman lahan kepada pemerintah setempat
  • Minimnya sosialisasi perekonomian berkelanjutan dari pemerintah setempat kepada para pelaku bisnis, sehingga usaha yang mereka lakukan cenderung merusak lingkungan. Jika dibiarkan, sumber daya Maluku dan Papua yang memiliki nilai ekonomis tinggi akan berakhir dan tak bisa diperbaharui

Tentunya dengan sejumlah hambatan di atas, masih dibutuhkan usaha dan integrasi yang lebih aktif dari pemerintah pusat dan daerah agar perekonomian wilayah Maluku dan Papua semakin meningkat. Dengan peluang pasar yang sangat menjanjikan hingga di tingkat global, bukan tak mungkin kalau kedua wilayah tertimur negeri ini itu berpotensi menjadi ‘tambang Rupiah’.

Baca Juga: Peluang Pasar Apparel

Hanya saja menurut laporan RIza Annisa Pujarama seperti dilansir Alinea, pada dasarnya pertumbuhan ekonomi Maluku dan Papua mempunyai kesamaan yakni masih ditopang oleh pertanian dan pertambahan secara umum. Sektor industri pengolahan yang belum berkembang dengan baik mengindikasikan jika wilayah ini masih tergantung pada komoditas-komoditas tanpa nilai tambah.

Apa kaitannya? Perekonomiannya masih menempatkan nasib pada ketersediaan sumberdaya alam dan harga komoditas. Bukan kabar yang baik karena harga komoditas ini sangat dipicu oleh banyak faktor yang begitu fluktuatif di level internasional seperti perang dagang, wabah penyakit sampai masalah geopolitik. Tak heran kalau akhirnya peningkatan kualitas pendidikan dan keahlian adalah solusi utama untuk memaksimalkan peluang pasar Maluku dan Papua.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.