brown and pink heart shaped cookies

Sumber gambar : Unsplash

Di masa-masa mendekati hari raya Lebaran, Natal, dan bahkan Tahun Baru, peluang bisnis di sektor kue kering punya daya tarik tersendiri. Sudah jadi rahasia umum di kalangan UKM bahwa pundi-pundi yang dihasilkan selalu menjanjikan. Di tahun 2020, penjualan kue kering memang merosot tajam akibat pandemi. Namun, dilansir dari Republika.co.id, di tahun 2021 permintaan pasar akan produk ini kembali mengalami kenaikan hingga 80% menjelang Lebaran. Di pasar tradisional, kue kering dibandrol dengan harga 160 ribu hingga 180 ribu rupiah per kilo, tergantung jenisnya. Kenaikan permintaan selama pandemi juga terlihat di pasar online.

Nah, seberapa besar tepatnya keuntungan yang bisa didapat dari penjualan kue kering via kanal penjualan online? Dan jenis kue apa yang paling banyak meraup cuan di e-commerce? Banyak Sahabat Wirausaha tidak mengetahui hal ini dan meloloskan kesempatan penjualan besar di pasar online. Compas.co.id, sebuah website yang mengumpulkan data-data penjualan di online marketplace, membagi apa yang mereka punya lewat penjelasan berikut ini.


Maraknya Bisnis Kue Kering Menjelang Lebaran

Seperti kategori makanan praktis lainnya, kue kering juga mengalami lonjakan penjualan secara daring. Website Katadata dalam Databooks mencatat kenaikan dalam pembelian kue dan pai secara online sejak awal pandemi. Berdasarkan data yang mereka miliki di tahun 2020, pemesanan kue kering dan pai secara online meningkat sebanyak 5% dibandingkan sebelum pandemi. Hal ini paling banyak terjadi di waktu-waktu menjelang libur hari raya dan menandakan perubahan perilaku masyarakat dalam berbelanja menjelang hari raya. Tahun 2021 pun diprediksi tidak akan jauh berbeda.

Baca Juga : Tips Jitu Kembangkan Bisnis Kue Rumahan

Menjelang Ramadhan, Sahabat Wirausaha yang berbisnis di bidang kue kering tentu sudah bersiap-siap menjemput cuan. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Compas.co.id, dua minggu sebelum dan dua minggu setelah tahun baru, adalah masa kue-kue kering laku keras. Tim mereka mengumpulkan data ini dalam waktu sebulan, yaitu periode 15 Desember 2020 hingga 15 Januari 2021. Hasilnya, terlihat kenaikan signifikan dalam penjualan kue kering. Menurut Narendrata, Data-data ini bisa diproyeksikan untuk memprediksi penjualan kue kering menjelang hari raya Lebaran beberapa bulan setelahnya. Pada waktu-waktu tersebut, produk kategori Kue Kering mencatat penjualan sebanyak 10,44 miliar rupiah di platform online. Sementara jumlah produk yang terjual mencapai lebih dari 322 ribu.

Menariknya, transaksi jual-beli produk Kue Kering tersebut lebih banyak dilakukan di e-commerce Tokopedia, dibandingkan Shopee. Tokopedia berhasil menguasai marketshare hingga 61,8 persen, sedangkan Shopee kebagian 38,2 persen. Meski begitu, bukan berarti Shopee hanya sedikit. Dengan jumlah penjualan mencapai 322 ribu, 38,2 persen sudah merupakan jumlah yang besar untuk penjualan online. Dari data ini, sedikit banyak kita bisa menyimpulkan bahwa kedua platform tersebut lebih ramai oleh pembeli kue online dibandingkan kanal lainnya.


Apa saja produk yang paling laku di kategori ini?

Di kala libur Natal dan Tahun Baru, ternyata produk hampers dan cookies menjadi dua barang yang paling cepat ludes terjual. Data yang dikumpulkan oleh Compas.co.id memperlihatkan tren penjualan berikut ini :

1. Hampers

Hampers yang dimaksud terdiri dari sehimpunan kue kering, seperti kastangel, nastar, dan lidah kucing yang dijadikan dalam satu packaging berupa keranjang, kotak, maupun kemasan cantik lainnya. Menjelang hari raya, biasanya masyarakat bersiap menyambut tamu yang datang untuk bersilaturahmi dengan menghidangkan ragam kue kering. Di masa pandemi, kebiasaan ini berubah. Batasan untuk bepergian membuat orang-orang lebih memilih berkirim hadiah untuk menjaga silaturahmi. Salah satunya adalah dengan mengirimkan hampers. Penjualan produk dengan keywords “Hampers” dilansir mencapai 1, 75 miliar rupiah dengan jumlah produk terjual mencapai 13 ribu produk dalam satu bulan.

Baca Juga : Koekis Keren, Manisnya Kue Kering Gula Aren

Jelas bahwa potensi pasar bagi produk ini sangat besar di e-commerce dan bisa jadi peluang bisnis yang bagus untuk Sahabat Wirausaha. Dari segi modal, bisnis Hampers juga terbilang ramah di kantong karena kita bisa menerapkan sistem pre-order, yang artinya penjual hanya perlu menyiapkan produk saat ada pesanan masuk.

Dalam daftar produk hampers terlaris, di posisi tiga besar diisi oleh penjual yang menggunakan keywords berisi hari-hari besar untuk nama produk mereka. Contohnya : “Paket Christmas Hampers Kue Kering” atau “Parsel Natal Kue Kering” atau “Paket Hampers Imlek Premium”. Empat besar produk Hampers dalam list di atas berisi kue kering berupa cookies, bukan kastangel ataupun nastar. Kisaran harga hampers tertinggi adalah 525 ribu rupiah untuk 3 toples kue.

2. Cookies

Sementara di tempat kedua ada produk soft cookies. Memang, berbagai jenis cookies saat ini lebih diminati dibandingkan kue-kue kering tradsional seperti lidah kucing atau putri salju. Nah, berapa penjualan cookies di akhir tahun lalu hingga awal tahun ini?

Sebagai yang penjualannya kedua terbaik setelah produk Hampers, kategori Cookies mencatatkan nilai penjualan di e-commerce sebesar 2,4 miliar rupiah. Jumlah produk yang terjual pun mencapai 78 ribu produk. Cukup dominan. Ada Oatmeal Cookies, Tropicana Slim, dan Endorphin merupakan beberapa brand yang menguasai medan ini. Menariknya, produk cookies dengan keyword “gluten free”, “slim cookies”, ataupun “sugar free” merupakan beberapa yang paling laku dibandingkan produk kukis biasa. Nampaknya, sasaran produk ini adalah mereka yang tetap ingin langsing meskipun banyak makan kukis enak di hari raya. Dan strategi mereka jelas berhasil.

Baca Juga : Ina Cookies, Berawal dari Bisnis Kue Rumahan, Kini Punya Pabrik Lima Lantai


Lalu Bagaimana Dengan Kue Musiman Lainnya?

Meski kukis dan hampers kukis lebih populer penjualannya di e-commerce, namun jangan sangka bahwa kue-kue kering lainnya mati begitu saja. Contohnya saja, penjualan online kue kering dengan keyword “Nastar” mencapai angka 922 juta rupiah dalam periode Natal dan Tahun Baru tadi. Jumlah produk yang terjual mencapai 17 ribu produk. Ini bisa dikatakan lumayan besar.

Sementara untuk kue kering Putri Salju nilai penjualannya masih lebih kecil, yaitu sebanyak 75 juta rupiah dengan jumlah yang terjual hanya sebanyak seribu produk. Kue kering Kastangel justru lebih kecil lagi, yaitu sebesar 41 juta rupiah dengan jumlah penjualan produk hanya mencapai 729 buah. Padahal, Kastangel banyak diklaim sebagai kue khas Lebaran. Meski begitu, ia lemah penjualannya di arena e-commerce.

Kurang populernya penjualan kue-kue kering khas Lebaran di e-commerce kemungkinan besar disebabkan oleh masyarakat yang sudah terlanjur setia memesannya dari penjual-penjual offline. Biasanya, penjual offline tersebut adalah tetangga atau kawan yang dari tahun-ke tahun memang sudah rutin membuat dan menjual kue-kue kering setiap tahunnya di event-event seperti Natal dan Lebaran. Adanya e-commerce justru membuka kesempatan penjualan bagi produk-produk kue kering baru seperti kukis dibanding keu-kue tradisional.

Baca Juga: Lima Alasan Kenapa Budaya Inovasi Penting Bagi UMKM

Persiapan apa sih yang perlu kita lakukan untuk melipatgandakan keuntungan lewat data?

1. Menyatukan SKU di akun produk penjualan

Salah satu data yang paling menonjol adalah penjualan produk Chips Chat oleh akun dagang @lexleybaby menjadi pemenang dalam kategori kukis. Di Shopee, akun tersebut memiliki penjualan teratas, mengalahkan merk-merk ternama seperti Tropicana Slim dan Endorphin. Apa yang membuatnya begitu laku?

Jika teman-teman masuk ke halaman utama di aplikasi Shopee dan mengetik “kue kering” atau “soft bake cookies” di kolom pencarian. Otomatis, teman-teman akan lihat bahwa produk Chips Chat Soft Bake Cookies muncul di halaman pertama hasil pencarian. Inilah salah satu kelebihannya.

Jika dilihat dari cara si pelapak menjual dan memajang kukis dagangannya pun, kita bisa belajar beberapa hal untuk menyederhanakan proses pembelian oleh konsumen. Pertama, saat si pelapak ini memajang kue dagangannya yang memiliki banyak varian, ia tidak menaruhnya terpisah-pisah, melainkan dalam satu SKU untuk beberapa varian. Contohnya, saat menjual produk Soft Bake Cookies, mereka hanya memajangnya dalam satu SKU, dan untuk variannya diletakkan di dalam eberapa pilihan dalam SKU tersebut. Apa keuntungan hal ini?

Jika dipisah-pisah, penjualan nantinya tidak tersebar, tidak cepat naik. Semakin cepat naik suatu produk dalam marketplace, semakin baik tempatnya di halaman marketplace dan bisa jadi selalu diletakkan pada halaman pertama. Tak hanya satu SKU, gambar yang dipajang juga memuat semua varian rasa dan warna yang ada. Hal ini merupakan nilai lebih, karena calon pembeli jadi lebih mudah melihat varian yang ada dan menentukan pilihan.

Baca Juga : Memilih Berbisnis Lewat E-Commerce di Era Digital

2. Selalu sasar rating review yang tinggi

Ditambah lagi, rating review yang mereka miliki sangat bagus. Hal ini penting, karena rating review yang bagus akan menentukan algoritma pencarian dari produk tersebut. Jarang kita temukan, penjual dengan rating review rendah ada di halaman pertama, kecuali jika dia menggunakan fitur Ads alias iklan. Dan harganya pun affordable, masih dianggap normal dan pantas untuk dibeli oleh rata-rata konsumen Shopee.

Pertama-tama, hal ini bisa dimulai dengan orang-orang terdekat kita, seperti keluarga dan sahabat. Selain itu, jika teman-teman memang sudah memiliki pelanggan tetap, namun sistem pemesanannya masih lewat WhatsApp atau pesan langsung, para pelanggan tersebut bisa dibujuk untuk memesan lewat e-commerce. Ya, tawarkan harga yang sama untuk memesan via e-commerce. Saat mereka memberikan review bagus, algoritma kita turut menjadi bagus. Feedback positif adalah nilai berharga yang menambah nilai produk sehingga UKM juga bisa menyuplai keinginan pelanggan.

Untuk meningkatkan rating review dan jumlah pembelian bagi produk baru, Sahabat Wirausaha juga bisa menggunakan strategi memberikan promo di awal. Dengan adanya promo, meskipun pembeli masih ragu karena angka penjualan masih rendah, namun harga yang ditawarkan bisa menarik hati. Jika sudah ada pembelinya, maka akan menarik pula pembeli-pembeli lain. Semakin banyak produk yang sudah terjual dengan rating bagus, maka akan semakin meningkat pula kepercayaan calon pembeli. Berikan harga khusus, masukkan ke budget marketing. Ini lebih efektif ketimbang memasang iklan di platform tersebut. Mengontak loyal konsumen juga penting untuk meningkatkan rating.

Baca Juga: Cara Mendorong Kreativitas Dalam Berbisnis

3. Ciptakan kemasan yang unik dan berbeda

Buat pula packaging alias pengemasan yang baik dan unik, terutama untuk produk hampers. Dengan feedback yang baik, kita bisa memanfaatkan pelanggan sebagai micro influencer terdekat guna memperluas jangkauan secara organik. Kita bisa melakukannya dengan mengumpulkan review-review terbaik, menyatukannya, dan meletakkannya di akun sosial media dagangan kita. Contohnya, meletakkannya di story Instagram ataupun Facebook. Pastikan teman-teman identifikasi loyal customer yang memang bisa merekomendasikan produk kita ke teman-teman mereka yang punya kesukaan yang sama.


4. Terus Ikuti Tren dan Jangan Takut Curi Start

Meskipun Ramadhan belum dimulai, namun ada beberapa toko online yang sudah mulai menayangkan produk-produk bernuansa Lebaran. Mereka menyuguhkan hampers dan parcel dengan isi beragam dan bahkan custom untuk dipesan sebelum hari raya. Sahabat Wirausaha pun tidak perlu takut untuk melakukan ini, karena kenyataannya, para calon pembeli memang banyak yang memulai persiapan Lebaran dari jauh-jauh hari. Dengan begini, ada dua keuntungan : pertama, kita memberi pilihan lebih awal kepada calon pembeli dan kedua, jika produknya laku sebelum hari raya, produk kita bisa memiliki rating yang bagus saat pelanggan banyak bermunculan di waktu-waktu dekat Lebaran. Dengan begini, kepercayaan pelanggan juga makin kuat untuk membeli.

Baca Juga: Marketing Campaign, Seberapa Efektif Meningkatkan Penjualan?


Manisnya Ramadhan Jika Bisnis Kue Kering Tepat Sasaran

Selain itu, teman-teman UKM yang bukan pembuat kue bisa memulai bisnis kue kering dengan menjadi reseller terlebih dulu. Artinya, kita membeli produk dari produsen kue kering dan menjualnya di platform e-commerce milik kita. Berdasarkan data Compas.co.id, ada satu produk Kue Pie Susu dari Bali yang memiliki reseller di Jabodetabek dan nyatanya, usaha reseller ini laku keras. Mengapa laku? Faktor ongkos kirim sangat berpengaruh di sini. Ongkos kirim di toko Jabodetabek jauh lebih murah dibandingkan dengan dari toko aslinya di Bali. Hal ini menjadi nilai tambah sendiri di mata konsumen yang ingin coba produk khas Bali tersebut dengan ongkos lebih murah dan harga yang sama dengan toko aslinya.

Tren kue kering saat ini memang lebih ke produk-produk unik yang sebelumnya tidak pernah populer dan dihadirkan dengan tampilan baru. Masyarakat nampaknya mulai beralih dari kue-kue kering tradisional yang itu-itu saja. Fenomena ini menyebabkan kukis dan hampers lebih laku di e-commerce, yang kebanyakan penggunanya memang orang-orang muda dan ibu-ibu muda. Fenomena ini bisa jadi ajang bagi pegiat UMKM untuk mengembangkan diri sembari mengikuti tren yang ada. Jangan takut untuk berinovasi dengan memanfaatkan data yang ada. Sebab, sudah saatnya UKM Naik Kelas!

Baca Juga : Mengenal Berbagai Jenis Platform E-Commerce Untuk UKM


Referensi :

Webinar Pojok Pasar Online bertajuk “Raih Kemenangan Bisnis Kue Kering Saat Ramadhan” yang ditayangkan di kanal YouTube UKM Indonesia (17 Juni 2021).

https://www.republika.co.id/berita/qss134283/jelan...

https://compas.co.id/article/penjualan-bolu-vs-kue...

https://katadata.co.id/dinihariyanti/berita/608c24...

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/0...