Jeremy Bezanger

Sahabat Wirausaha, media sosial telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat secara umum di era digital saat ini. Sebagai pelaku usaha yang memiliki bisnis online, Sahabat Wirausaha juga tentu membutuhkan media sosial untuk menjangkau banyak pelanggan, bukan?. Oleh sebab itu, pengelolaan media sosial sangat penting untuk diperhatikan dan tidak bisa dianggap sepele.

Salah satu kiat mengelola media sosial bisnis adalah dengan menerapkan prinsip 3S yaitu Saring Sebelum Sharing,di setiap kanal digital dari bisnis yang tengah kita jalankan. Selain untuk menjaga kesehatan konten, prinsip 3S (Saring Sebelum Sharing) ini perlu diterapkan guna menjaga reputasi sebuah bisnis secara online dan offline. Lalu, apa saja yang perlu dilakukan untuk menerapkan prinsip 3S tersebut? Simak ulasannya berikut ini.

Baca Juga: Media Sosial

Baca Juga: 8 Hal yang Wajib Dilakukan Untuk Menjamin Keamanan Transaksi Digital

1. Manage Your Digital Footprints

Langkah pertama dalam menerapkan prinsip 3S adalah mengelola jejak digital dengan baik dan aman. Hal ini penting karena jejak digital dapat bermanfaat tapi juga membahayakan reputasi sebuah bisnis, baik di masa kini maupun di masa mendatang. Mengapa dikatakan ‘membahayakan’?

Karena dengan kecanggihan teknologi, segala sesuatu yang telah diunggah ke internet dapat dimunculkan kembali meskipun telah dihapus oleh penggunanya. Pastikan bahwa konten yang dibagikan dapat memberikan keuntungan bagi bisnis di masa mendatang, bukan sebaliknya.

Selain itu, demi menjaga keamanan akun media sosial sebuah bisnis dari peretas iseng, maka pengaturan privasi akun perlu diatur dan dikontrol dengan baik. Jangan pernah membagikan password akun dengan sembarang orang ya.

Baca Juga: Jenis-Jenis Konten yang Efektif di Media Sosial

Nah, apabila reputasi bisnis Sahabat Wirausaha terjaga dengan baik, maka tidak menutup kemungkinan bahwa bisnis yang sedang dijalankan saat ini dapat berjalan dengan baik juga, dan para pelanggan pun tetap setia menggunakan produk bisnis milik Sahabat Wirausaha. Menarik, bukan?

2. Think Before You Post!

Bukan hanya di dunia nyata, etika saat berkomunikasi dengan pelanggan pun harus dijaga di dalam ruang digital. Apakah Sahabat Wirausaha pernah mendengar ungkapan: “before you speak, think!”? Nah, bila diterapkan di dalam ruang digital, maka ungkapan tersebut berubah menjadi seperti ini: “before you post, think!”.

Kata “think” bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia artinya yaitu ‘berpikir’. Sehingga Sahabat Wirausaha perlu berpikir sebelum mengunggah sesuatu ke ruang digital, baik media sosial maupun laman website.

Langkah kedua ini berkaitan dengan cara yang pertama, namun memiliki penjelasan yang lebih luas. Lantas, apa saja yang harus dipikirkan? Terdapat beberapa hal yang harus dipikirkan yaitu sebagai berikut.

Baca Juga: Komponen Konten Pemasaran

  • T (True) – “Is it true?”

Apakah konten yang dibagikan di media sosial maupun laman website adalah sesuatu yang dapat dibuktikan kebenarannya? Misalnya, informasi tentang produk dan bisnis atau pun informasi yang memiliki kaitan dengan bisnis yang sedang dijalankan.

Hal ini penting untuk menghindari penyebaran hoaks atau (berita bohong). Apabila konten yang dibagikan tersebut ternyata tidak dapat dibuktikan kebenarannya, maka pembuat konten dapat dihukum karena melanggar UU ITE (Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik).

  • H (Helpful) – “Is it helpful?”

Apakah konten yang dibagikan di media sosial maupun laman website dapat bermanfaat bagi pelanggan atau pengguna media sosial secara umum? Apakah konten tersebut sudah dapat memberikan informasi yang cukup bagi pelanggan? Apabila konten yang ditampilkan tidak sesuai dengan harapan pelanggan dan tidak memuaskan maka mereka mungkin akan berhenti menjadi pengikut (followers) di media sosial maupun laman website.

Baca Juga: Membuat Konten Interaktif Dengan Mengoptimalkan Fitur Instagram dan Facebook

  • I (Inspiring) – “Is it inspiring?”

Apakah konten yang dibagikan di media sosial maupun laman website dapat menginspirasi para pelanggan? Misalnya pada bisnis fashion, konten yang dibagikan dapat berupa foto gaya OOTD (Outfit of The Day) dari para model di dalam negeri maupun luar negeri. Konten seperti ini tentu dapat menginspirasi para pelanggan dalam hal berbusana. Contoh lainnya, untuk bisnis furniture, konten dapat berupa foto contoh penataan ruang kerja, kamar tidur, maupun dapur.

Nah, Sahabat Wirausaha dapat mencari referensi gambar yang sesuai dengan produk bisnis yang sedang dijalankan saat ini melalui aplikasi Pinterest. Jika mengunggah gambar dari pinterest, jangan lupa untuk selalu mencantumkan link atau keterangan sumber gambar yang diperoleh.

  • N (Necessary) – “Is it necessary?”

Apakah konten yang dibagikan di media sosial maupun laman website benar-benar diperlukan? Jangan sampai informasi dalam konten tersebut bukanlah hal yang penting untuk disampaikan kepada para pelanggan. Memang sah-sah saja bila Sahabat Wirausaha ingin membagikan opini, ide, maupun pandangan tentang sebuah topik namun perlu diperhatikan agar konten yang dibagikan memiliki motivasi yang baik dan benar.

Jika hanya berupa konten iseng atau omong kosong belaka, tentu hal ini akan membuat konten tersebut menjadi tidak menarik. Beberapa ide konten yang dapat dibagikan selain foto-foto produk misalnya kutipan-kutipan yang menginspirasi dan memotivasi pebisnis, hingga video testimoni dari para pelanggan.

  • K (Kind) – “Is it kind?”

Apakah konten yang dibagikan di media sosial maupun laman website memuat kata-kata yang baik seperti kata-kata yang bukan merupakan ujaran kebencian dan penghinaan, yang tidak menyinggung suatu suku maupun ras, maupun kata-kata yang tidak pantas lainnya.

Baca Juga: Fenomena Conscious Consumption (Kemelekan Konsumsi) yang Perlu Dimanfaatkan UMKM

Baca Juga: Strategi Mengunggah Konten di Instagram

Selain itu, sebagai pelaku usaha, Sahabat Wirausaha perlu menghargai hak setiap pengguna media sosial untuk berkomentar di setiap unggahan konten yang dibagikan. Respon yang diberikan haruslah diberikan dengan menggunakan kata-kata yang baik meskipun komentar yang diperoleh tidak begitu baik. Hal ini tentu akan memikat hati para pelanggan maupun pengguna media sosial secara umum.

Dalam ruang digital, bukan hanya kesehatan sebuah konten yang perlu dijaga melainkan kesehatan mental seseorang pun perlu dijaga dengan baik. Jika konten yang dibagikan merupakan konten yang baik, inspiratif, dan dapat memotivasi maka konten tersebut dapat menyehatkan mental pengguna media sosial lainnya. Ini merupakan langkah kecil yang sangat berarti.

Baca Juga: Strategi Branding Mendapatkan Konsumen Loyal

Ibarat menabur satu kebaikan kecil demi menuai beribu kebaikan di masa mendatang, maka Sahabat Wirausaha tidak perlu ragu dalam membagikan konten-konten yang baik dan inspiratif bagi para pelanggan karena hal tersebut dapat memberikan keuntungan bagi bisnis yang sedang dijalankan oleh Sahabat Wirausaha, di masa mendatang. Bukan hanya produk laris manis terjual, namun pelanggan menjadi betah dan tetap loyal menggunakan produk bisnis milik Sahabat Wirausaha loh.

Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, benahi ruang digital sejak dini sehingga tercipta konten-konten yang sehat. Nah, semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi Sahabat Wirausaha yah.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.