Sayuran Organik Merbabu - Saat ini, semakin sedikit generasi muda yang bekerja di bidang pertanian, khususnya sayuran organik. Mayoritas dari mereka memilih pindah ke kota untuk mencari pekerjaan. Mereka cenderung ragu untuk menjadi petani di desa yang tidak memiliki potensi dan malah terkadang merugi.

Namun Sofyan Adi Cahyono (27), petani muda asal lereng Gunung Merbabu, ingin mengubah persepsi tersebut. Menurutnya, bertani adalah pekerjaan yang santai dan juga tidak membosankan.

Seperti kebanyakan anak muda, Sofyan awalnya tidak tertarik pada bidang pertanian. Namun ketika ia kuliah di Fakultas Bisnis dan Pertanian Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), ia menemukan industri pertanian memiliki banyak potensi. Dari hal inilah Sofyan akhirnya mendirikan unit usaha budidaya sayuran dan pemasaran sayuran organik.


Apa Itu Sebenarnya Pertanian Organik?

Pertanian organik adalah sistem produksi tanaman yang mengandalkan proses biologis dan alami untuk menjaga kesehatan tanah, ekosistem, dan manusia. Pertanian organik mengintegrasikan kreativitas, tradisi, dan ilmu pengetahuan untuk membantu lingkungan dan membina hubungan positif. 

Pelabelan “Organik” menunjukkan bahwa produk tersebut diproduksi sesuai dengan prinsip sistem pertanian organik dan telah disertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Organik yang berwenang. Pertanian organik didasarkan pada penggunaan input eksternal yang minimal dan tidak menggunakan pupuk atau pestisida sintetis (SNI 6729:2016). 

Pertanian organik juga memiliki berbagai batasan, termasuk tidak menggunakan pupuk kimia sintetis, pestisida, atau varietas sayuran hasil rekayasa genetika (GMO), dan menjaga tanah bebas dari residu bahan kimia sintetis.

Baca Juga: Rintis Bisnis dari Halaman Rumah, Begini Kisah Ale Garden Memulai dan Mengembangkan Bisnis Bonsai


Motivasi Awal Menjadi Petani Sayuran Organik

Sofyan lahir dari keluarga agraris. Ayahnya memulai usaha sayur pada tahun 2007, namun dibatasi oleh kondisi pasar. Oleh karena itu, ketika ia memulai semester kedua kuliahnya, ia mendaftar di program kewirausahaan di kampusnya. Pada saat itu Sofyan mengangkat topik pemasaran sayuran organik.

“Jadi dulu sebelum menggunakan sosial media, hasil pertanian organik yang kami tanam kami jual ke tengkulak. Karena melewati perantara tersebut, penetapan harga terkadang bagus, namun juga terkadang tidak. Justru sering dipermainkan harganya.”

“Lalu pada saat itu, sayuran organik hanya bisa didapatkan di supermarket dengan harga mahal, sehingga saya mulai memutus banyak rantai distribusi supaya sayur organik lebih mudah dipasok ke konsumen dengan harga yang lebih murah,” jelasnya.

Pada saat itu Sofyan mengaku mengambil inisiatif untuk membangun sistem pasar dan merek dagangnya sendiri. Kemudian memberi nama merek tersebut ‘Sayur Organik Merbabu atau yang disingkat (SOM).  


Enaknya Jadi Petani Sayuran Organik, Manfaatkan Media Sosial untuk Pemasaran

Menurut Sofyan, bertani saat ini memang lebih mudah dan menyenangkan dibandingkan bertani pada zaman dulu. Para petani kini terbantu dengan kemudahan internet yang menyediakan berbagai cara bercocok tanam. Selain itu, hidup sebagai petani lebih bebas karena tidak terkendala oleh waktu.

"Jadi petani itu menyenangkan. Ada berbagai aktivitas yang bisa kita lakukan setiap harinya. Jadi prosesnya tidak membosankan atau monoton,” jelas Sofyan.

Mengelola usaha sayuran organik, Sofyan mulai memanfaatkan media sosial. Menurutnya media sosial tidak hanya untuk mengobrol dengan teman saja, namun juga bisa digunakan untuk berjualan, dalam arti sarana promosi. Sofyan sendiri menggunakan platform media sosial Instagram untuk mengembangkan bisnisnya.

"Mengapa menggunakan Instagram? Karena dengan media sosial, kita bisa menampilkan hasil kebun kita, serta proses penanaman, perawatan, dan pemanenannya, sehingga konsumen yakin bahwa tanaman tersebut ditanam secara organik dan sehat,” jelas Sofyan.

Baca Juga: Semakin Diminati Konsumen, Ini Dia 9 Cara Memulai Bisnis Sayuran Organik


Omzet Ratusan Juta Setiap Bulannya

Dulu sebelum berjualan secara online, Sofyan biasa berjualan dengan berkeliling dari rumah ke rumah, dan pendapatan bulanannya hanya sebesar Rp 300.000. Namun sejak memanfaatkan media sosial, penghasilannya terus meningkat, bahkan omzet bulanannya kini bisa mencapai ratusan juta.

Walaupun berjualan secara online, Sofyan tetap mengantarkan pesanan sayuran organik ke pelanggannya. Hanya saja pelanggan harus memesan sayur minimal satu hari sebelumnya.

Dalam Usaha Pertanian Organik, Sofyan mengusung konsep pertanian keluarga. Ia sendiri bertanggung jawab atas branding produk di perusahaan tersebut. Sedangkan ayahnya bertugas di bidang produksi, pengendalian pola tanam dan produktivitas, serta menjadi penasehat kelompok tani. Sementara itu, ibunya mengawasi bagian persediaan dan pascapanen, seperti menerima pesanan dan menyiapkan sayuran sebelum diantar ke konsumen.


Memberdayakan Pemuda Indonesia

Dengan melakukan branding di Sosial Media, Sayuran Organik Merbabu ini sangat diuntungkan. Menurut Sofyan, branding bisa digunakan untuk mengedukasi konsumen. Selain itu, branding dapat meningkatkan loyalitas konsumen sehingga pendapatan bisnis bisa meningkat.

“Dari segi pengemasan juga kami kemas dengan rapi, baik, sehingga menarik konsumen untuk membeli produk tersebut,” jelas Sofyan.

Sofyan tidak bisa bekerja sendirian di ladang sayur mayurnya yang luas. Alhasil, ia mengajak pemuda lain dari daerahnya untuk bekerja secara bersama.

Seiring berjalannya waktu, puluhan pemuda sudah bekerja di usaha Pertanian Sayuran Organik Merbabu. Organisasi muda tersebut dinamai Kelompok Tani Citra Muda. Kelompok ini terlibat dalam berbagai kegiatan, khususnya yang berkaitan dengan pertanian.

“Aktivitas kami berkisar dari membuat pupuk dan pestisida bersama-sama hingga menanam berbagai sayuran. Kami semua bangga menjadi petani muda karena bisa menyediakan bahan pangan sekaligus menjaga kesehatan semua orang,” kata Sofyan.

Baca Juga: Strategi Pengembangan Bisnis eFishery, Meningkatkan Produktivitas Petani Ikan Lewat Teknologi


Mengelola Usahanya dengan 3 Prinsip Organik

Di lahan seluas 10 hektar, Sayuran Organik Merbabu menanam lebih dari 50 jenis sayuran organik. Termasuk sayuran hijau, bunga, buah, umbi-umbian, salad sayuran, dan herba yang telah bersertifikat organik dan Halal oleh MUI.

Sesuai branding usahanya, Sofyan menanam sayuran tanpa menggunakan pupuk kimia atau pestisida. Karena pupuk dan insektisida diproduksi sendiri, maka kelompok ini mendapat label kelompok tani mandiri. Namun, fasilitas manufaktur ini bukan untuk komersial.

Untuk menjamin ketahanan pangan, Sayuran Organik Merbabu kini telah menerapkan "Strategi Organik 3.0". Strategi tersebut dilakukan dengan memadukan praktek pertanian modern dan tradisional dengan mengacu pada budaya kearifan lokal.

Pihaknya terus mengembangkan teknik budidaya hingga pemasaran guna memperoleh cara terbaik yang ramah lingkungan, menjamin mutu produk organik secara transparan dan terpercaya, sehingga tidak harus melalui pihak ketiga.

Pertanian organik ini dilakukan pada lahan yang tidak pernah terkena bahan kimia. Apabila masih terdapat sisa pupuk dan pestisida maka harus dilakukan proses konversi, antara lain pembersihan terlebih dahulu dengan pupuk alami (pupuk organik dan hayati). 

Selain itu, SOM sendiri menerapkan 3 prinsip pada bisnisnya. Diantaranya adalah:

  1. Sesuai dengan asas kesehatan, pertanian organik harus mampu melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia, dan lingkungan hidup.
  2. Menurut konsep ekologi, pertanian organik harus melibatkan proses alam dan siklus hidup dengan bekerja, meniru, dan berupaya melestarikannya.
  3. Sesuai dengan gagasan keadilan, pertanian organik harus menjalin hubungan yang mampu menjamin keadilan lingkungan dan ekonomi. Petani mendapatkan keuntungan dengan memasarkan produk organik, sementara pelanggan mendapatkan keuntungan dari harga produk organik yang terjangkau.
  4. Menjaga lingkungan, pertanian organik mengelola dengan penuh perhatian dan tanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan di masa yang akan datang.

Penutup

Tujuan utama Sofyan dan keluarga menjadi pionir pertanian organik sejak tahun 2007 bukan karena harga jual sayur mayur yang tinggi, namun agar keluarganya sehat. “Sayuran yang ditanam sehat sehingga bisa menyehatkan banyak orang, dan lahan yang dikelola juga sehat sehingga bisa diwariskan ke generasi berikutnya,” tutupnya.

Sofyan dan keluarganya mengelola pertanian organik di Desa Kopeng, Distrik Getasan, Kab Semarang. Ia berharap dengan semakin dikenalnya produk SOM, maka pasarnya pun semakin luas. Dengan begitu, semakin banyak pula petani yang ikut terlibat dalam kegiatan produksi sayuran organik.

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.