Cara Malaysia Mengembangkan UMKM – Keberadaan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) memberi sumbangsih yang besar terhadap perolehan pendapatan nasional dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Sebab itulah UMKM menjadi tulang punggung perekonomian di hampir semua negara, termasuk Malaysia. 

Negeri Jiran ini terus berupaya mengembangkan UMKM agar memiliki daya saing dan menembus pasar internasional. Dilansir dari CNBC Indonesia, tingkat ekspor UMKM Malaysia mengalami pertumbuhan hingga 17,3%, mengalahkan Indonesia yang pertumbuhannya 15,65%. Cukup ironis mengingat jumlah UMKM di Indonesia lebih banyak, yaitu 65,47 juta. Sementara di Malaysia hanya berjumlah 1,23 juta (Katadata, 2021). 

Bagaimana cara Malaysia dalam mengembangkan UMKM di negaranya hingga bisa memacu angka ekspor? Yuk, simak selengkapnya dalam artikel ini. 


Cara Malaysia Mengembangkan UMKM 

Globalisasi dan liberalisasi menimbulkan tantangan dan hambatan bagi UMKM Malaysia. Masuknya produk-produk UMKM dari berbagai negara lain seperti China, India, dan Indonesia seolah menggerus eksistensi produk-produk UMKM dalam negeri Malaysia sendiri. Produk-produk dalam negeri Malaysia ‘babak belur’ menghadapi gencarnya produk-produk luar yang masuk ke pasar domestiknya. 

Sebab itulah, pemerintah Malaysia bertekad untuk membangun UMKM yang kompetitif dan berdaya saing tinggi. Hal ini sesuai dengan visi yang diusung dalam pengembangan UMKM yakni meningkatkan daya saing dan kemampuan menghadapi gempuran produk asing. Berikut cara-cara yang berhasil diterapkan Malaysia : 

1. Memberikan Edukasi pada UMKM

Secara umum, inovasi produk-produk UMKM Malaysia tergolong masih rendah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya tenaga kerja yang terampil dan berbakat, sehingga berpengaruh pada kualitas produksi, produktivitas, dan efisiensi. Selain itu, kemampuan manajerial dan akses terhadap manajemen serta teknologi juga masih kurang. 

Berbagai faktor tersebut, membuat pemerintah Malaysia merasa perlu untuk memberikan edukasi dan penyuluhan melalui perwakilan UMKM di seluruh negara bagian. Mereka meningkatkan jumlah pusat pembinaan UMKM yang menawarkan layanan konsultasi yang diampu oleh orang-orang yang berkompeten dan ahli di bidangnya. Dalam pembinaan UMKM, pemerintah Malaysia melibatkan banyak ahli di bidang lain seperti perencanaan keuangan, pemasaran, IT (Information Technology).

Dengan adanya pusat pembinaan, pelaku UMKM dapat memiliki akses terhadap informasi yang berkaitan dengan upaya mengembangkan bisnisnya. Pemberian edukasi dan pembinaan ini bertujuan untuk mendorong pelaku UMKM membuat produk yang unggul dan inovatif. 

Baca Juga: Dulu Tinggal di Kontrakan Bekas Tsunami, Kisah Shella Saukia Crazy Rich Asal Aceh yang Sukses dengan Bisnis Skincare

2. Memberikan Kredit Bunga Ringan

Permodalan yang terbatas menjadi salah satu permasalahan klasik yang dihadapi oleh pelaku UMKM di Malaysia. Hal ini menyebabkan pengembangan usaha menjadi terhambat, di mana produktivitas rendah karena akses untuk pengadaan peralatan produksi yang mengadopsi teknologi terkini belum terjangkau. 

Berkenaan dengan masalah itu, pemerintah Malaysia memberikan fasilitas pembiayaan kredit dengan tingkat bunga ringan kepada pelaku UMKM. Di sini, pemerintah Malaysia memberikan keringanan dalam bentuk insentif atau potongan bunga sebesar 2%. Artinya, beban bunga yang dikenakan atas pembiayaan kredit usaha yang diberlakukan oleh pihak bank akan dipotong sebesar 2%. 

Potongan bunga kredit usaha sebesar 2% bukan berarti ditiadakan, melainkan tagihannya dialihkan ke pemerintah. Contoh bank mengenakan bunga kredit usaha sebesar 6%, maka pelaku UMKM hanya menanggung bunga kredit sebesar 4% saja, sedangkan 2% sisanya disubsidi oleh pemerintah. 

Dalam pemberian kredit usaha ini, pemerintah Malaysia bekerja sama dengan perbankan, di mana skema pinjaman yang ditawarkan kepada pelaku UMKM sangatlah beragam. Pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar RM 500 juta (1,67 triliun rupiah) sebagai dana pembiayaan kredit bagi UMKM yang siap bersaing baik di pasar lokal maupun internasional. 

3. Memberikan Insentif

Pemberian insentif menjadi salah satu cara yang dilakukan pemerintah Malaysia dalam upaya mengembangkan UMKM. Insentif diberikan sebagai dorongan bagi para pelaku UMKM agar terpacu untuk menghasilkan produk yang lebih banyak dan berkualitas. Bentuk insentif yang diberikan cukup beragam, seperti subsidi bunga kredit dan biaya konsultasi bisnis yang terjangkau. 

Cara ini dilakukan agar dunia usaha di Malaysia semakin hidup dan produktif, sehingga mampu menghasilkan produk-produk unggulan yang kompetitif sehingga bisa bersaing dengan produk-produk asing yang membanjiri pasar Malaysia. Harapannya pemberian insentif ini dapat memotivasi pelaku UMKM untuk turut aktif dan peduli pada kesuksesan dan kelangsungan UMKM di negeri Jiran ini. 

Baca Juga: Catat! Inilah Komitmen Capres Cawapres 2024 untuk UMKM di Indonesia

Sayangnya, pemberian insentif ini pun tidak lepas dari masalah. Pemerintah yang memberikan insentif melalui banyak saluran seperti balai pelatihan dan pusat pembinaan, dalam implementasinya di lapangan justru menimbulkan kebingungan diantara pelaku UMKM. Selain itu, cara ini juga membuka peluang penyimpangan yang dilakukan oleh oknum yang menjadi pihak ketiga, misalnya seorang konsultan atau agen. Pihak ketiga ini memanfaatkan insentif dengan bertindak sebagai mediator antara UMKM dengan pemerintah. Hal ini menjadikan insentif yang sedianya untuk para pelaku UMKM menjadi tidak tepat sasaran. 

Tak tinggal diam, pemerintah Malaysia pun segera bertindak dengan membatasi pemberian insentif melalui agen-agen. Selain itu, pemerintah juga menghapus prosedur birokrasi yang menyebabkan inefisiensi. Dengan demikian, pemberian insentif akan menjadi tepat sasaran sehingga lebih efektif dan efisien. 

4. Mendorong UMKM Lokal Menjadi Vendor Industri

UMKM sulit untuk berkembang dan naik kelas tanpa ada kemitraan untuk pemenuhan kebutuhan industri. Dilansir dari Katadata, jumlah UMKM Malaysia yang telah dalam rantai pasok global mencapai 46,2%, jauh melebihi Indonesia yang hanya 4,1% saja. Data ini menunjukkan keberhasilan pemerintah Malaysia dalam mengembangkan UMKM dan mendorongnya menjadi vendor industri. 

Pemerintah Malaysia menjalin kemitraan antara UMKM dengan pemerintah dan perusahaan-perusahaan multinasional terkait pemenuhan kebutuhan industri. UMKM didorong untuk tidak bekerja sendiri, tetapi menjadi bagian dari industri. 

Pengembangan UMKM oleh pemerintah Malaysia didasarkan pada tiga tujuan utama yang menjadi rencana strategisnya, yaitu:

  • Aktif dalam memperkuat infrastruktur usaha
  • Mengembangkan kapasitas dan kemampuan UMKM domestik
  • Meningkatkan akses pembiayaan

Sebab itu, penting bagi pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pelaku UMKM melalui pemberian pengetahuan dan pelatihan dalam upaya mengembangkan UMKM. Hal ini diwujudkan dengan pemberian program pelatihan dan bantuan teknis untuk mendorong pertumbuhan bisnis dan pengembangan usaha.  

Baca Juga: Mengenal Website Alibaba, E-Commerce yang Bisa Bikin UMKM Go Internasional!

5. Mendorong UMKM Berinovasi Secara Produktif

Gempuran produk-produk asing dari Indonesia, China, India, dan lainnya menyebabkan produk-produk UMKM Malaysia menjadi kurang kompetitif. Produk UMKM lokal pun dibuat tak berkutik. Hal ini tentu tidak bisa dibiarkan, karena UMKM lokal bisa berhenti beroperasi alias mati dan tutup bisnis. 

Melihat permasalahan yang terjadi, pemerintah Malaysia mendorong agar UMKM memiliki daya saing yang tinggi dan melakukan inovasi yang produktif. Berkenaan dengan hal itu, pemerintah memberikan arahan supaya UMKM melakukan aktifitas yang memiliki nilai tambah tinggi bagi bisnisnya. Misalnya branding, mendaftarkan brand ke lembaga paten, dan membuat desain sendiri untuk produk yang dihasilkan. 

Dorongan tersebut diberikan kepada semua UMKM. Khusus untuk produsen makanan, pemerintah menekankan untuk menghasilkan produk bio-organik dan halal food. Bicara tentang produk makanan dan minuman (mamin), Malaysia saat ini tengah berupaya untuk menjadi produsen halal food terbesar dan terkuat di pasar internasional. 

Sementara itu, produsen minyak sawit didorong untuk berinovasi dengan menghasilkan produk lain berbasis sawit, misalnya margarine, shortening, frying fat, coating fat, coffee whitener, atau krimmer biskuit. 

***

Berbagai kendala yang dihadapi UMKM Malaysia menyebabkan UMKM di negara tersebut kurang memiliki daya saing terhadap produk-produk asing, terutama yang berasal dari China, Indonesia, dan India. Produk-produk UMKM Malaysia tidak bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Namun,  sekarang hal ini tak lagi terjadi, karena pemerintah Malaysia dengan serius berupaya mengembangkan UMKM-nya agar mampu bersaing dan inovatif. Upaya tersebut membuahkan hasil yang dibuktikan dengan meningkatnya sumbangsih UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi Malaysia.

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM. 

Referensi:

  1. Katadata.co.id. 2022.
  2. CNBC Indonesia. 2022.
  3. Kontan.co.id. 2024.
  4. ResearchGate. Pengembangan Daya Saing UMKM di Malaysia dan Singapura: Sebuah Komparasi.
  5. Katadata.co.id. 2022.