Foto : unsplash.com
Apakah Sahabat Wirausaha pernah mendengar istilah downtime? Rupanya istilah downtime merujuk pada aktivitas penghentian operasi yang tidak direncanakan. Terdapat berbagai macam faktor penyebab downtime seperti minimnya perawatan atau maintenance, salah pengoperasian, kerusakan software dan hardware.
Dengan kata lain, downtime adalah penghentian operasional industri yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur. Apa itu perusahaan manufaktur? Yaitu, perusahaan industri pengolahan yang mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Perusahaan manufaktur identik dengan pabrik yang mengaplikasikan mesin-mesin, peralatan, teknik rekayasa dan tenaga kerja.
Baca Juga: Tips Mengelola Stok Barang Untuk Kelancaran Arus Kas
Di sisi lain, downtime juga dilakukan secara sengaja karena melakukan pengecekan pada mesin-mesin, memberikan pelumas, memeriksa sambungan pipa dan berbagai tindakan preventif lainnya. Dalam proses produksi manufaktur, semenit bahkan sedetik menjadi waktu yang berharga. Jadi, Sahabat Wirausaha dapat membayangkan, bahwa memberlakukan downtime memang berdampak pada kerugian perusahaan hingga ratusan bahkan milyaran rupiah.
Mengatur Downtime
Sebetulnya apa akibat jika melewatkan waktu downtime?
Yang terjadi adalah mesin akan bekerja terus-menerus non stop, hingga waktu tertentu mesin tersebut akan terlalu panas karena gesekan-gesekan akibat pergerakan mesin. Dapat dibayangkan, mesin yang beroperasi tanpa jeda, umurnya tidak akan lebih lama dibandingkan dengan mesin yang secara rutin menjalani downtime. Mesin yang panas akan berhenti beroperasi, mati, atau bahkan bisa menjadi rusak, tidak bisa dipakai lagi.
Baca Juga: Mengenal Istilah Kapasitas Produksi
Contoh downtime dalam mesin pabrik yang harus dijadwalkan. Ada beberapa mesin yang harus downtime setiap 3 bulan sekali dan ada pula mesin yang downtime 2 kali dalam setahun. Tentu saja, ini semua tergantung dari jenis dan kapasitas mesin-mesin tersebut yah.
Penjadwalan juga dimaksudkan supaya downtime di pabrik tidak bentrok dengan kebutuhan divisi dari bagian lain yang membutuhkan mesin-mesin tersebut. Downtime mesin A tidak mungkin dilakukan jika ada mesin lain, misal mesin B, yang harus tetap beroperasi namun membutuhkan output dari mesin A.
Baca Juga: Jangan Takut Keterbatasan Modal untuk Ekspor dengan Program Pembiayaan ini
Jangan sampai ketika dilakukan downtime, sebenarnya banyak pihak sedang membutuhkan keberadaan mesin-mesin tersebut. Memberlakukan jadwal downtime tidak boleh mengganggu proses lainnya yah Sahabat Wirausaha!
Tips Mengurangi Downtime Pada Perusahaan
Karena downtime yang tidak terencana dapat membahayakan dan merugikan, ada beberapa langkah pengurangan yang bisa dilakukan oleh perusahaan. Berikut tips yang bisa mengurangi kerugian yang terjadi akibat adanya downtime.
1. Melakukan Audit Risiko
Audit risiko adalah cara tercepat dan paling efektif untuk mengurangi kerugian downtime yang mungkin terjadi di masa depan. Contoh audit risiko adalah identifikasi peralatan atau mesin yang sudah masuk usia usang atau tua.
Baca Juga: Tips Memulai Bisnis Dengan Modal
Minim
2. Menghitung Kerugian yang Terjadi pada Saat Downtime
Kesalahan terbesar dari seorang manajer perusahaan manufaktur adalah tidak menghitung berapa banyak uang yang menguap saat downtime berlangsung. Padahal, downtime lima menit pun berpotensi merugikan perusahaan dalam jumlah yang banyak.
3. Pasang Alat Deteksi Kerusakan Peralatan
Sudah ada alat sensor yang mampu mendeteksi dengan mudah. Perusahaan dapat berinvestasi pada alat sensor tersebut, karena harga relatif murah dan memiliki ukuran yang cukup handy.
Baca Juga: Seluk Beluk Persiapan untuk
Mengundang Investor Ekuitas (Online dan Offline)
4. Manfaatkan Data dan Sistem Pelaporan Perusahaan
Masih banyak perusahaan manufaktur yang membuat laporan dan mengumpulkan data secara manual. Segera ganti dengan software pendukung yang dapat mengukur secara tepat kapan mesin harus berhenti atau istirahat beroperasi.
5. Latih dan Berdayakan Karyawan
Pelatihan karyawan sangatlah penting di dalam sebuah perusahaan manufaktur. Selain menguasai alat, jalannya produksi akan lebih maksimal lagi jika sang operator bisa mengatasi masalah alat yang ditanganinya sendiri.
Baca Juga: Cerita Dibalik Perjalanan Bisnis Aisyah Cake and Cookies
6. Lakukan Dokumentasi
Buat dokumentasi dengan mencatat kapan terakhir kali sebuah mesin mendapatkan perawatan, suku cadang apa saja yang pernah diganti, hingga apa saja tanda-tanda kerusakan yang terlihat pada alat sensor.
7. Selalu Lakukan Backup
Karena proses backup adalah sebuah hal penting yang harus dilakukan secara berkala, disamping menjalankan perawatan terhadap mesin perusahaan.
Pencegahan downtime perusahaan manufaktur bisa dilakukan dengan berbagai cara, Sahabat Wirausaha. Semua ini tentu saja harus didukung oleh sumber daya manusia yang disiplin dan berdedikasi untuk menjalankan program tersebut. Setuju?
Referensi: