Pentingnya Etika Bisnis Dalam Berwirausaha – Sahabat Wirausaha tentu pernah membaca atau menonton berita tentang kasus-kasus dalam dunia bisnis, bukan? Beberapa kasus tersebut diantaranya turut melibatkan pelaku UMKM, seperti kasus pencemaran lingkungan. Tentu hal ini memberikan dampak negatif bagi pemangku kepentingan maupun masyarakat sekitar.

Oleh sebab itu, dalam berwirausaha, terdapat pedoman berupa prinsip dan nilai moral yang sejatinya wajib diketahui dan diterapkan oleh setiap pelaku usaha. Tujuannya yaitu untuk memandu perilaku, keputusan, serta tindakan individu dan organisasi dalam dunia bisnis. Nah, pedoman tersebut lebih dikenal dengan istilah Etika Bisnis. Jadi, apa sih pentingnya etika bisnis dalam berwirausaha? Yuk, simak ulasannya berikut ini.


Etika Bisnis Dalam Berwirausaha

Sebagai pelaku usaha, Sahabat Wirausaha perlu tahu ini 10 aspek penting dari Etika Bisnis. Apa saja? Berikut penjelasannya.

1. Integritas (Integrity)

Integritas merupakan hal mendasar dalam etika bisnis. Integritas mencakup sikap kejujuran, keadilan, dan konsistensi dalam berinteraksi dengan orang lain. Pelaku usaha diharapkan selalu bersikap jujur dan transparan dalam menjalankan bisnis.

Suatu bisnis dikatakan memiliki integritas ketika menghadapi keputusan yang berpotensi mengorbankan keuntungan jangka pendek, demi menjaga kejujuran dan transparansi dengan pelanggan atau para pemangku kepentingan.

Misalnya, UKM Melati yang bergerak dalam kegiatan produksi obat herbal menemukan cacat pada salah satu produk yang berpotensi merugikan konsumen jika tidak segera  ditangani. Pada akhirnya, UKM Melati memilih untuk mengutamakan keselamatan konsumen meskipun akan mengalami kerugian secara finansial. Caranya yaitu melakukan penarikan produk obat herbal yang telah beredar, memberhentikan penjualan untuk sementara waktu, memberikan informasi kepada masyarakat terkait masalah tersebut, serta menawarkan ganti rugi berupa pengembalian uang atau penggantian produk.

Baca Juga: Penting Tapi Sering Diabaikan, Inilah 8 Alasan Pentingnya Quality Control Dalam Proses Produksi

2. Menghormati Pemangku Kepentingan (Respect for Stakeholders)

Etika bisnis mewajibkan para pelaku usaha untuk melakukan pengakuan dan penghormatan terhadap hak, martabat, dan kepentingan semua pemangku kepentingan termasuk pemegang saham dan karyawan. Misalnya, pemilik bisnis memperlakukan karyawan secara adil, menyediakan kondisi kerja yang aman, dan menghormati kontrak kerja.

Ilustrasi contoh dari aspek ini misalnya Perusahaan ABC menerapkan Program Kesejahteraan Karyawan yang bersifat komprehensif bagi seluruh karyawannya. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan emosional para karyawan. Program Kesejahteraan Karyawan tersebut antara lain:

  • Menyediakan fasilitas kesehatan dan kebugaran, seperti studio gym, studio yoga, atau area rekreasi.
  • Melakukan pengaturan kerja yang fleksibel, seperti opsi kerja jarak jauh.
  • Memberikan dukungan kesehatan mental, seperti layanan konseling.
  • Menawarkan peluang pengembangan karir, seperti program pelatihan khusus.
  • Transparansi dalam berkomunikasi, seperti rapat rutin dan survei karyawan.

Nah, dengan adanya program tersebut, Perusahaan ABC tidak hanya meningkatkan kepuasan dan retensi karyawan, namun juga dapat meraih kesuksesan dan keberlanjutan bisnis secara  keseluruhan. 

3. Ketaatan Terhadap Hukum dan Peraturan (Compliance with Laws and Regulations)

Suatu bisnis juga dikatakan berperilaku etis ketika mampu menaati semua hukum dan peraturan yang berlaku dalam dunia bisnis. Contoh nyata dari aspek ini yaitu ketaatan suatu perusahaan terhadap undang-undang ketenagakerjaan. Misalnya, Perusahaan ABC selalu memenuhi hak-hak karyawan, memberikan upah sesuai UMR, dan menerapkan standar keselamatan kerja bagi seluruh karyawan.

Selain itu, perusahaan juga perlu menaati peraturan tentang lingkungan hidup (pengelolaan limbah), undang-undang perlindungan konsumen, hingga peraturan perpajakan. Jika perusahaan gagal untuk mematuhi hukum dan peraturan tersebut, maka perusahaan akan menerima konsekuensi hukum. Perusahaan juga dapat merusak reputasi dan mengikis kepercayaan para pemangku kepentingan.

Baca Juga: Mengenal Etika Bisnis, Prinsip dan Penerapannya Bagi UMKM 

4. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR)

Tentu Sahabat Wirausaha tahu bahwa semua pelaku usaha wajib bertanggung jawab atas segala kegiatan bisnisnya. Misalnya, bertanggung jawab atas limbah produksi yang berpotensi mencemari lingkungan. Jadi, pelaku usaha tidak hanya memaksimalkan keuntungan saja tapi juga perlu berkontribusi secara aktif dan positif bagi masyarakat di lingkungan sekitar bahkan masyarakat secara luas.

Melalui program CSR, perusahaan dapat berkontribusi dalam bidang pembangunan sosial, lingkungan, dan ekonomi. Misalnya, perusahaan menerapkan metode 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) untuk mengelola sampah/limbah produksi sehingga dapat menjaga kelestarian lingkungan. Selain isu lingkungan, perusahaan juga dapat terlibat dalam kegiatan masyarakat seperti mengadakan program bakti sosial, pemeriksaan kesehatan gratis, dan lainnya.

Dengan menerapkan program CSR tersebut, perusahaan telah menunjukkan perilaku etis dalam berwirausaha sehingga dapat menciptakan reputasi yang baik, menarik pelanggan dan investor, serta menciptakan nilai berkelanjutan bagi seluruh pemangku kepentingan.

5. Persaingan Sehat (Fair Competition)

Persaingan sehat dalam dunia bisnis memiliki makna bahwa meskipun pelaku usaha A dan pelaku usaha B merupakan pesaing, namun keduanya tetap menerapkan perilaku etis dengan cara menyediakan produk yang berkualitas dan layanan pelanggan yang terbaik. Tidak melakukan tindakan curang atau tindakan seperti menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan pesaing.

Misalnya, UKM Mawar dan UKM Melati yang bergerak dalam bisnis food and beverage (F&B) membangun usahanya di lingkungan yang sama. Kedua UKM tersebut bersaing secara sehat dalam menetapkan harga jual. Harga jual tersebut dihitung dan ditetapkan berdasarkan berdasarkan faktor-faktor seperti biaya bahan, biaya overhead, dan permintaan pasar. Mereka menghindari penetapan harga yang tidak wajar, yang berpotensi mengusir pihak lain dari bisnis tersebut.

Baik UKM Mawar maupun UKM Melati, keduanya menunjukkan bahwa mereka dapat bersaing secara sehat sambil tetap berjuang untuk sukses dalam bisnis F&B. Komitmen mereka untuk menerapkan perilaku etis dalam berwirausaha dapat menumbuhkan lingkungan kompetitif yang sehat, yang dapat menguntungkan bisnis dan konsumen.

6. Konflik Kepentingan (Conflicts of Interest)

Pelaku usaha yang menerapkan perilaku etis dalam berwirausaha cenderung akan  menghindari situasi di mana kepentingan pribadi bertentangan dengan kepentingan perusahaan atau pemangku kepentingannya. Dalam konteks bisnis kecil, konflik kepentingan dapat terjadi dalam bisnis food and beverage (F&B), yang mana pemilik usaha F&B tersebut merangkap sebagai pemilik perusahaan distribusi makanan.

Misalnya, UKM Mawar mungkin tergoda untuk memprioritaskan sumber bahan dari perusahaan distribusinya sendiri, meskipun ada pilihan yang lebih baik atau lebih hemat biaya dari pemasok lain. Hal ini dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang bias karena UKM Mawar cenderung memprioritaskan kepentingan finansial pribadi, daripada kepentingan perusahaan seperti kualitas produk atau efektivitas biaya bahan-bahan. 

Konflik kepentingan tersebut berpotensi merusak reputasi dan keuntungan perusahaan karena menyebabkan kualitas bahan di bawah standar atau biaya  bahan-bahan meningkat.

Baca Juga: Karen’s Diner Tutup: Kontroversi Pelayanan dan Pengaruhnya Terhadap Reputasi Bisnis, Pelajaran Apa yang Bisa Kita Ambil?

7. Akuntabilitas dan Transparansi (Accountability and Transparency)

Akuntabilitas dan transparansi merupakan dua prinsip penting dalam etika bisnis. Akuntabilitas mengacu pada kewajiban setiap pelaku usaha untuk menerima tanggung jawab atas tindakan, keputusan, serta hasil dari tindakan tersebut. Sementara itu, transparansi berfokus pada sikap keterbukaan, kejujuran, serta kejelasan informasi dan komunikasi saat menjalankan kegiatan operasional bisnis. 

Ilustrasi tentang akuntabilitas yaitu pelaku usaha A menjalankan bisnis restoran kecil milik keluarganya. Sebagai pemilik restoran, ia menetapkan peran dan tanggung jawab yang jelas kepada setiap karyawannya. Jika terjadi kesalahan, seperti kesalahan pemesanan atau kesalahan dalam penagihan, karyawan B akan mengambil alih tanggung jawab atas masalah tersebut dan berupaya memperbaikinya dengan segera. Dengan cara menawarkan diskon pada kunjungan berikutnya atau menyediakan makanan pengganti tanpa biaya.

Ilustrasi tentang transparansi yaitu misalnya pelaku usaha A tersebut menampilkan harga menu secara jelas dan memastikan tidak ada biaya tersembunyi atau beban lain yang ditambahkan ke tagihan pelanggan. Selain itu, pelaku usaha A juga secara terbuka berbagi informasi tentang sumber bahan-bahan yang digunakan apakah halal atau non halal. Dengan demikian, hal tersebut akan menumbuhkan rasa percaya dan loyalitas dari pelanggan.

8. Keberlanjutan Lingkungan (Environmental Sustainability)

Secara umum, setiap pelaku usaha juga bertanggung jawab untuk menjaga keseimbangan dan kualitas ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mengurangi polusi, dan menggunakan sumber daya alam secara efisien dan bijaksana. Salah satu contoh perilaku etis dalam mengupayakan keberlanjutan lingkungan yaitu mengelola limbah produksi untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Selain itu, pelaku usaha juga dapat menerapkan konsep bisnis berbasis ramah lingkungan. Misalnya, menggunakan kemasan produk berbahan non plastik seperti kertas yang bisa didaur ulang. Dengan menerapkan perilaku etis tersebut, maka pelaku usaha dapat menciptakan reputasi sebagai bisnis yang bertanggung jawab secara sosial sehingga berpotensi meningkatkan keuntungan jangka panjang.

9. Laporan Pelanggaran dan Pelaporan (Whistleblowing and Reporting)

Whistleblowing (pelaporan pelanggaran) merupakan tindakan individu/kelompok untuk mengungkapkan informasi tentang aktivitas ilegal, tidak etis, atau penipuan dalam suatu organisasi kepada pihak yang berwenang. Namun, biasanya pihak pelapor sering mendapat tindakan pembalasan dari pihak terlapor seperti dikucilkan atau bahkan kekerasan. 

Nah, sebagai pelaku usaha, Sahabat Wirausaha perlu memberikan rasa aman dan motivasi kepada setiap karyawan untuk berani mengungkap segala tindakan/aktivitas yang tidak etis. Hal ini perlu dilakukan demi terciptanya transparansi, akuntabilitas, dan integritas dalam bisnis yang dijalankan oleh Sahabat Wirausaha.

Baca Juga: 9 Cara Membangun Reputasi Bisnis untuk Bangun Kepercayaan Pelanggan

10. Perbaikan Berkelanjutan (Continuous Improvement)

Setiap bisnis membutuhkan proses evaluasi dan perbaikan yang berkelanjutan agar tetap bertahan dan mampu untuk berkembang dalam dunia bisnis. Bisnis yang menerapkan perilaku etis dalam berwirausaha cenderung terus meningkatkan dan memelihara budaya etis kepada seluruh pemangku kepentingan.

Perbaikan berkelanjutan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti rapat rutin dengan karyawan, melakukan survei kepuasan pelanggan, memberikan umpan balik terhadap komentar atau keluhan pelanggan, dan lainnya. Hal ini akan berdampak pada peningkatan penjualan maupun loyalitas pelanggan.

Nah, dapat disimpulkan bahwa manfaat etika bisnis bagi pelaku usaha yang menerapkan dan memprioritaskan perilaku etis dalam berwirausaha yaitu sebagai berikut.

  • Pelaku usaha dapat memiliki hubungan yang lebih kuat dengan para pemangku kepentingan, seperti karyawan, pelanggan, pemegang saham, pemasok, dan masyarakat secara umum.
  • Pelaku usaha dapat meningkatkan reputasi bisnisnya.
  • Reputasi bisnis yang baik secara otomatis akan mendorong dan meningkatkan rasa percaya dari masyarakat terhadap bisnis tersebut.
  • Pada akhirnya, bisnis yang dijalankan sesuai prinsip-prinsip etika bisnis akan menghasilkan kinerja keuangan dan ketahanan bisnis yang lebih baik.

Secara keseluruhan, menerapkan etika bisnis tidak hanya benar secara moral tapi juga penting bagi pelaku usaha loh. Hal ini diperlukan demi tercapainya kesuksesan dan keberlanjutan bisnis jangka panjang dalam lingkungan bisnis yang begitu kompetitif. 

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM. 

Referensi Web : Investopedia, Code of Ethics-Investopedia, Skill Academy