Pernahkah sahabat UKM berada dalam suatu situasi, di mana usaha kita memerlukan mesin atau alat produksi baru, namun dana kas yang kita miliki tidak cukup untuk membelinya? Pengadaan alat produksi atau tempat usaha baru biasanya memang membutuhkan dana besar. Jika dibiarkan, situasi ini bisa menjadi hambatan produksi, sekaligus hambatan untuk perkembangan usaha kita. Maka pertanyaan selanjutnya adalah: ke mana kita harus mencari dana yang dibutuhkan?

Nah, salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan mengambil pinjaman besar dalam jangka waktu pembayaran yang panjang. Sistem peminjaman dana ini biasa disebut Pinjaman Jangka Panjang. Banyak pelaku UKM menggunakan pinjaman jenis ini untuk membiayai pembelian aset dan tempat usaha yang membutuhkan dana besar. Untuk mengetahui lebih lengkap soal Pinjaman Jangka Panjang dalam bisnis UKM, mari simak baik-baik ulasan berikut.

Baca Juga: Asuransi


Definisi

Pinjaman Jangka Panjang merupakan jenis pinjaman yang jangka waktu pembayarannya lebih dari satu tahun. Perusahaan umumnya mengambil Pinjaman Jangka Panjang guna mendapatkan modal besar dalam waktu cepat. Misalnya saja, suatu UKM yang baru berdiri membutuhkan dana besar sebagai modal bisnis untuk memulai usahanya. Modal ini akan digunakan untuk mebiayai kebutuhan operasional, seperti menyewa tempat usaha, membeli perlengkapan atau aset produksi, mendaftarkan izin usaha, dan kepentingan lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan ini, pemilik UKM bisa memilih Pinjaman Jangka Panjang untuk memperoleh modal besar dalam waktu singkat.

Baca Juga: Kartu Debit, Kartu Kredit

Tak berhenti di situ, UKM yang telah lama berdiri pun seringkali membutuhkan pinjaman jenis ini, terutama untuk mengembangkan bisnisnya. Misalnya, untuk membeli mesin produksi baru atau memperluas lokasi produksinya. Intinya, apapun jenis usaha kita, tentu akan ada waktu di mana kita memerluka pinjaman jenis ini sebagai sumber pendanaan.


Dari mana Pinjaman Jangka Panjang bisa didapatkan?

Ada beberapa pihak yang bisa memberikan Pinjaman Jangka Panjang untuk pelaku UKM. Dua di antaranya adalah pinjaman koperasi dan pinjaman bank.

Lalu, apa saja yang harus dipertimbangkan?

Terdapat dua hal penting yang harus kita pertimbangkan sebelum mengambil pinjaman ini; yaitu jangka waktu pembayaran dan besaran bunga yang harus dibayar. Makin lama jangka waktu pembayaran, maka akan makin besar besaran bunga yang harus dibayar. Namun, jangan pula sahabat UKM berpikir untuk mengambil jangka waktu pembayaran yang terlalu singkat/cepat. Sebab, semakin pendek jangka waktu pembayaran, akan semakin sulit pula bagi kita untuk menjaga cadangan kas akibat terkejar kewajiban pembayaran pinjaman. Jadi, sebisa mungkin kita harus pastikan bahwa jangka waktu pembayaran dan besaran bunga yang ditentukan memang sesuai dengan kemampuan usaha kita.

Baca Juga: Pengertian Bankers' Acceptance


Kelebihan dan Kekurangan Pinjaman Jangka Panjang

Pinjaman Jangka Panjang memang memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Salah satu kekurangannya adalah jumlah besaran bunga yang lebih tinggi dibandingkan bunga dalam Pinjaman Jangka Pendek. Namun di sisi lain, Pinjaman Jangka Pendek membutuhkan jaminan yang kuat, sementara Pinjaman Jangka Panjang lebih longgar dalam hal tersebut. Kelebihan lain dari pinjaman jenis ini, adalah jangka waktu pembayaran pinjaman yang lebih panjang sehingga kita bisa menjaga cadangan Kas.

Baca Juga: Tips Mudah Bikin Laporan Keuangan Dengan Aplikasi Digital


Cara mencatat Pinjaman Jangka Panjang dalam Akuntansi:

  • Ketika menerima pinjaman : Debitkan besaran pinjaman dalam bagian Aset Lancar (Current Asset), dan kreditkan besaran pinjaman yang harus dibayar pada bagian Kewajiban Tidak Lancar (Non-Current Liabilities)
  • Ketika membayar pinjaman : Kreditkan besaran pembayaran (termasuk bunga) dalam Aset Lancar (Current Asset), lalu debitkan besaran pinjaman yang sudah dibayar (tidak termasuk bunga) dalam Kewajiban Tidak Lancar (Non-Current Liabilities)

Saat mengambil Pinjaman Jangka Panjang, kita juga harus ingat untuk berhati-hati dalam mengelolanya, terutama dalam pencatatannya pada Laporan Laba-Rugi (Income Statement). Sebab, ada pengaruh positif dan negatif tersendiri terkait besaran bunga yang harus kita bayarkan. Pada Laporan Laba-Rugi, besaran pembayaran bunga akan dicatat setelah profit operasional dan sebelum Profit Setelah Pajak (EBIT). Semakin besar bunga pinjaman kita, maka akan semakin kecil pula jumlah pajak yang harus kita bayarkan. Ini mungkin terdengar menguntungkan dari satu sisi. Namun di sisi lain, bunga pinjaman yang semakin besar, akan membuat nilai profit bersih kita semakin berkurang dan hal ini jelas menggambarkan performa perusahaan yang semakin menurun. Jadi, berhati-hatilah dalam mengelola besaran bunga pinjaman. Pastikan besarannya tidak membuat bisnis kita sampai merugi. Nah, untuk cara menghitung besaran biaya bunga pinjaman di setiap periode, akan kami jelaskan pada artikel-artikel berikutnya, ya!

Terakhir, bagi para sahabat UKM, jangan pernah takut dalam mengajukan Pinjaman Jangka Panjang untuk mengembangkan bisnis kita. Jika sulit mendapatkannya lewat Bank, jangan putus asa. Sebab saat ini sudah banyak sumber penyaluran pinjaman untuk UKM dengan proses yang mudah dan biaya bunga yang tidak terlalu tinggi.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Referensi:

Investopedia