Sahabat Wirausaha, kisah inspiratif kali ini mengangkat perjalanan Lang Jagat dan Esti Asteria Indah Kumasih dalam mengangkat ekonomi petani Kopi Liberika di Sambas, Kalimantan Barat. Upaya ini dilakukan di tengah kondisi tanaman kopi yang tak lagi menghasilkan biji kopi terbaik. Salah satunya dengan membeli hasil panen biji kopi dalam jumlah banyak. 

Mereka juga memberikan sedikit pengetahuan tentang hal apa saja yang dibutuhkan tanaman kopi agar dapat menghasilkan biji kopi berkualitas dan baik. Tak hanya itu, pasutri ini juga memberikan pengetahuan tambahan berharga bagi para mahasiswa Politeknik Negeri Sambas (Poltesa) tentang wirausaha bisnis kopi. Meskipun kerap mendapatkan rintangan, upaya untuk mengangkat derajat petani kopi Liberika Sambas agar cepat naik kelas tak pernah berhenti. Bagaimana kisah lengkapnya? berikut ulasannya.


Sejarah Kopi Liber.co

Lang Jagat dan satu anaknya ketika mengisi stand UMKM dalam Pontianak Fashion Week 2019.  Gambari diambil dari ukmjagowan.id

Penamaan Kopi Liber.co diambil dari nama salah satu jenis kopi, yaitu Liberika, kopi yang punya sejarah panjang di Indonesia. Awalnya, tanaman ini hadir di Hindia Belanda untuk menggantikan tanaman Arabika yang diserang hama pada 1878. Namun setelah 1907, Liberika juga terkena hama. Liberika terbilang tanaman bandel karena dapat tumbuh di dataran rendah serta tanah dengan kontur bergambut (Sumatera dan Kalimantan) yang memiliki karakteristik asam tinggi dan kurang nutrisi. Kekuatan tumbuh ini tak dimiliki Arabika atau Robusta. 

Meskipun bandel, Liberika tak populer bagi sebagian besar lidah pecinta kopi dunia karena rasanya yang sedikit aneh jika dibandingkan dengan Arabika atau Robusta. Liberika memiliki cita rasa tak biasa yakni woody (seperti rasa tembakau), smoky, nutty, cokelat, buah nangka dan sayuran. 

Baca Juga: Mengupas Strategi Bisnis Kopi Kenangan, Startup F&B Unicorn Pertama di Asia Tenggara

Tak hanya soal selera, bagi pedagang, ukuran biji kopi Liberika terbilang lebih besar jika dibandingkan dengan Arabika atau Robusta sehingga membutuhkan ongkos ekstra jika ingin mengirimnya ke luar pulau. Hal lain yang membuat pemilik usaha tak memilih kopi ini karena berat biji kopi Liberika kering (siap roasting) hanya 10% dibandingkan saat kopi baru petik (basah). Kondisi seperti ini tentu saja merugikan pemilik roastery. Walaupun tak populer, masih ada kok sebagian kecil penikmat kopi menjadikan Liberika sebagai minuman sehari-hari.

Liber.co didirikan sejak tahun 2019 di Dusun Simpang, Desa Kartiasa, Kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Bisnis ini dipelopori oleh pasangan suami istri Lang Jagat dan Esti Asteria Indah Kumasih. Esti menuturkan ide bisnis diawali ketika mereka berdua hobi menikmati hasil olahan biji kopi specialty atau kopi yang diolah dengan proses khusus dan diproduksi menggunakan standar ukur cupping test.

Kecintaan pada kopi bertambah ketika sadar para petani kopi di Sambas mempopulerkan kopi jenis Liberika. Banyak petani yang menjual hasil panen dalam bentuk green beans ke luar daerah hingga ke kota-kota besar di Indonesia. Dari aktivitas itu, pasangan ini melihat peluang bisnis yang tidak pernah dilakukan oleh petani yakni mendirikan bisnis coffee roastery atau penyedia kopi sangrai, green beans sambil mendirikan cafe.

Dari sana, pasutri ini mendirikan bisnis usai mendapatkan pelatihan kewirausahaan. Hal pertama yang dilakukan Lang dengan mendirikan kedai kopi di Kompleks Politeknik Negeri Sambas (Poltesa) sambil merekrut 3 mahasiswa sebagai karyawan magang dan 2 orang karyawan tetap. Alasan dia mendirikan bisnis di kampus karena ingin memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk merasakan langsung dunia kerja. Lang sendiri merupakan salah satu dosen Program Studi Multimedia di kampus tersebut.


Fokus pada Kopi Spesialis

Liber.co mengikuti pameran kopi di Kalimantan. Gambar diambil dari ukmjagowan.id

Saat pertama kali memulai usaha, Lang sama seperti pebisnis lain yakni memikirkan bagaimana caranya meraup keuntungan maksimal. Hal yang dia lakukan untuk mewujudkan impian itu dengan membuat konsep di mana semua konsumen bebas bertanya tentang varian dan rasa hasil olahan biji kopi Liberika. Seperti misalnya mengetahui sejarah kopi Liberika, proses pasca panen kopi Liberika, karakteristik kopi Liberika, sampai perbedaan rasa kopi Liberika Sambas dengan yang tumbuh di daerah lain. Karena beda daerah, maka beda pula rasa kopi tersebut. Hal ini disampaikan kepada konsumen baik melalui medsos, atau saat lagi kongkow-kongkow.

Dengan upaya seperti itu menurutnya cukup ampuh untuk meningkatkan penjualan, baik dari segi minuman atau hasil roastery. Dia juga melihat adanya peralihan para penikmat 'kopi sobek' menuju arah kopi specialty. Teknologi juga lebih mendekatkan dirinya dengan konsumen. Baik yang datang ke kedai atau yang berada di rumah. Karena semua produknya juga dapat dipesan melalui marketplace.

Bicara soal omzet, Lang cuku terbuka. Tahun pertama hingga kedua respons penikmat kopi belum tergambar. Masuk di tahun ketiga, penjualan meningkat yang dibuktikan ketika kedainya mampu menjual 50 cup / hari dengan harga jual mulai Rp7.000 - Rp15.000. Begitu pun dengan penjualan biji dan bubuk kopi dari yang belum menguntungkan kini produksinya per bulan mencapai 500 kilogram.

Baca Juga: Kopi Hitman, Meraup Untung dari Peluang Bisnis Kopi Nusantara


Mengolah Kopi dengan Proses Natural

Ilmu yang Lang dapatkan dari pelatihan wirausaha tidak dia sia-siakan. Lang terjun langsung dalam melakukan proses pengolahan biji kopi setelah dipetik petani. Hal ini karena menurut Lang, proses pengolahan merupakan salah satu pekerjaan terpenting sebelum kopi bisa dinikmati. Dari sekian banyak proses pascapanen, Liber.co memilih natural process yang terkenal dengan rasa kopi yang kuat, body (kesan saat kopi berada di mulut; kekuatan karakter kopi di mulut) tebal dan kaya rasa. Alasan lain karena metode ini paling singkat jika dibandingkan dengan proses pascapanen lainnya.

Natural process yakni biji kopi (cherry) melewati tahap penyortiran dengan cara direndam dalam air suhu ruangan. Biji kopi yang mengapung artinya tak layak jual. Sedangkan yang dipakai adalah biji yang tidak mengapung atau buah yang matangnya sempurna. Setelah ini biji kopi langsung dijemur untuk menghilangkan air. Agar kering merata, biji kopi sering di bolak-balik sampai warna yang tadinya merah menjadi hitam. Lama proses ini juga tergantung dari seberapa sering panas matahari menyentuh biji kopi (30 hari).

Setelah biji kopi berubah warna menjadi hitam, biji kopi melewati proses pengupasan dengan cara ditumbuk menggunakan lesung atau mesin pulper hingga menghasilkan green beans. Tak langsung di roasting, green beans disimpan beberapa hari untuk mendapatkan gabah kopi kering sempurna. 

Beberapa tahun kemudian Liber.co menambah daftar menu dengan menghadirkan wine process. Dimana, sebelum menjadi green beans, biji kopi hasil petikan petani melewati proses fermentasi dengan waktu rendam minimal 30 hari - 70 hari. Setelah menjadi green beans biji kemudian dijemur (30 hari), lalu didiamkan beberapa hari, dan terakhir di roasting atau sangrai untuk mengeluarkan kualitas dan aroma kopi. Hasil yang didapat dari wine process ini adalah minuman kopi memiliki rasa unik karena menyerupai aroma wine. Harga jual kopi ini juga terbilang tinggi karena panjangnya proses yang harus dilalui.


Mengajak Petani Agar Mau Menanam Kopi

Esti Asteria Indah Kumasih yang juga ikut terjun mengelola Liber.co mengaku turut serta mengajak petani di Sambas, Kalimantan Barat untuk melakukan penanaman kembali atau melakukan replanting kopi liberika. Alasannya karena kebanyakan tanaman kopi saat ini sudah berumur sehingga tidak dapat menghasilkan buah maksimal.

"Suplai bahan baku yang belum banyak, bahkan kekurangan. Kami juga belum bisa memenuhi produksi dalam jumlah banyak. Karena saat ini kopi liberika di Sambas itu pohonnya sudah tua, jadi tidak banyak pohon yang bisa menghasilkan buah kopi," ujarnya.

Agar petani mau mengikuti arahannya, dia menyebutkan jika jenis Liberika ini berbeda dengan arabika atau robusta seperti mudah ditanam, tahan hama, tahan penyakit dan cuaca, tak pilih-pilih tanah (toleransi tinggi pada tanah tak subur) dan cepat berbuah.

Baca Juga: Strategi Bisnis Starbucks, Jual Kopi dengan Harga Lebih Mahal, Tapi Bisa Laris di Pasaran

"Masa 3 tahun sudah bisa panen. Sekarang ini sudah mulai terlihat hasil tanam dari awal 2019 saat petani kami ajak untuk menanam kopi liberika. Harapannya suplai green beans bisa lebih banyak dan memenuhi permintaan konsumen yang sudah waiting list," ujarnya. 

Menurut Esti, kerja keras ini merupakan pencapaian terbesar yang pernah mereka lakukan. Esti mengklaim diri telah menjadi pelopor dari tumbuhnya semangat petani kopi Sambas untuk kembali giat menanam kopi. Bisnis mereka juga berlandaskan visi dan misi agar mampu berkontribusi mensejahterakan petani kopi Sambas. "Bagi kami senyum petani kopi adalah senyum kami," sebutnya.

Esti lalu memberikan pembuktian jika upaya mereka untuk mensejahterakan petani kopi liberika pelan-pelan membuahkan hasil. Salah satunya yakni beberapa petani yang awalnya selalu mengirimkan cherry kopi, perlahan memilih tidak lagi mengirimkan biji kopinya kepada Liber.co. Alasannya karena sudah bisa mandiri dalam melakukan proses pascapanen bahkan roastery. Termasuk memiliki brand masing-masing. Meskipun hal ini berat karena berkurangnya pasokan biji kopi, Esti mengaku senang jika petani kopi tempatan pelan-pelan sudah mulai naik kelas.


Melirik Pasar Pecinta Teh dan Matcha

Tak pernah puas terhadap pencapaian adalah kata kunci berbisnis menurut Esti. Ke depan, dia berencana menjual produk turunan kopi liberika lainnya. Misalnya cascara dan bubuk matcha. Cascara merupakan teh herbal yang mengandung aneka nutrisi sampai antioksidan, terbuat dari kulit kopi liberika. Untuk rasanya, cascara menyerupai nangka, jeruk, sampai kayu manis. 

Kedepannya, cascara akan dihadirkan dalam dua versi yakni bubuk dan minuman siap saji. Begitu juga dengan matcha hasil olahan daun kopi liberika yang akan dihadirkan dalam bentuk bubuk dan minuman yang menyegarkan. Itulah kisah inspiratif dari pasangan Lang Jagat dan Esti Asteria Indah Kumasih dalam memajukan petani kopi liberika di Sambas, Kalimantan Barat. Dari cerita yang mereka sampaikan yakni membantu sesama manusia ternyata dapat berjalan beriring dengan kesuksesan bisnis. Sahabat Wirausaha tak perlu ragu untuk mencontoh kisah mereka.

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM. 

Referensi: 

  1. Wawancara
  2. https://www.emitennews.com/news/cerita-liberco-potensi-besar-kopi-liberica-khas-kabupaten-sambas
  3. https://www.kompas.com/food/read/2022/09/24/130400975/apa-yang-dimaksud-dengan-kopi-wine
  4. http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/99600/USAHATANI-TANAMAN--KOPI-YANG-DI-TANAM-DI-INDONESIA-DAN-KEUNGGULANNYA/
  5. https://www.kompas.com/stori/read/2022/11/24/170000679/kopi-liberika-kalah-jauh-dari-arabika-dan-robusta?page=all