Apa itu Volatilitas Bayangkan pagi ini kamu ke pasar dan melihat harga cabai rawit Rp40.000/kg. Besoknya, harga melonjak jadi Rp80.000. Dua hari kemudian? Turun lagi ke Rp45.000. Kalau kamu pedagang makanan, perubahan ini jelas bikin pusing tujuh keliling. Nah, kondisi harga yang naik-turun ekstrim inilah yang disebut dengan volatilitas.

Fenomena ini nggak cuma terjadi di pasar tradisional, tapi juga di pasar saham, komoditas, bahkan mata uang digital seperti Bitcoin. Tapi, di balik “drama” naik turunnya harga, volatilitas adalah indikator penting yang bisa memberikan banyak informasi—kalau kita tahu cara membacanya.


Apa Itu Volatilitas?

Secara sederhana, apa itu volatilitas adalah ukuran seberapa besar dan seberapa cepat harga suatu aset berubah dalam periode waktu tertentu. Semakin besar perubahan harganya, semakin tinggi volatilitasnya.

Menurut Investopedia, volatilitas sering digunakan sebagai indikator risiko. Artinya, aset atau pasar dengan volatilitas tinggi cenderung lebih berisiko, tapi juga bisa menawarkan potensi keuntungan yang besar jika dimanfaatkan dengan tepat.

Baca Juga: 7 Cara Evaluasi Kampanye Promosi Bisnis agar Tidak Boros


Apakah Volatilitas Itu Selalu Buruk?

Tidak juga! Volatilitas memang seringkali dikaitkan dengan risiko—padahal, itu tidak sepenuhnya benar.

📉 Volatilitas tinggi = harga mudah berubah drastis, baik naik atau turun.
📈 Volatilitas rendah = harga lebih stabil, perubahan terjadi perlahan.

Untuk investor konservatif, apa itu volatilitas tinggi mungkin menakutkan. Tapi bagi trader atau investor jangka pendek, volatilitas tinggi bisa jadi peluang untuk cuan cepat.

Contohnya:
Saham startup teknologi biasanya lebih volatil dibanding saham perusahaan besar seperti Unilever atau Bank BCA. Ini karena faktor-faktor eksternal (berita, sentimen pasar, dll) lebih mudah menggerakkan harga saham yang belum mapan secara fundamental.


Mengapa Volatilitas Terjadi?

Volatilitas bisa disebabkan oleh banyak hal, di antaranya:

1. Berita Ekonomi atau Politik

Contohnya, pengumuman suku bunga oleh Bank Sentral, pemilu, atau konflik geopolitik. Investor cenderung merespons informasi ini dengan cepat, sehingga harga pasar ikut bergejolak.

2. Kinerja Perusahaan

Laporan keuangan, perubahan manajemen, atau peluncuran produk baru bisa membuat harga saham naik atau turun drastis.

3. Psikologi Pasar dan Sentimen

Ketakutan (fear) dan keserakahan (greed) di dalam pasar bisa memicu aksi jual atau beli besar-besaran, sehingga menyebabkan volatilitas meningkat.

5. Likuiditas

Semakin sedikit orang yang memperdagangkan suatu aset, semakin besar kemungkinan harga berfluktuasi tajam saat ada transaksi besar.

Gabung jadi Member ukmindonesia.id buat update terus info seputar UMKM dan peluang usaha!


Contoh Kasus: Volatilitas dalam Dunia Nyata

1. Volatilitas Saham Teknologi

Pada tahun 2020 hingga 2022, saham-saham teknologi seperti Tesla, Amazon, dan Meta mengalami fluktuasi harga yang sangat tinggi. Misalnya, harga saham Tesla sempat naik lebih dari 700% di tahun 2020, lalu turun drastis pada 2022 karena inflasi dan suku bunga tinggi.

2. Harga Komoditas

Harga minyak dunia, misalnya Brent Crude atau WTI, sering menjadi contoh volatilitas tinggi. Gejolak politik di Timur Tengah, kebijakan OPEC, hingga pandemi COVID-19 membuat harga minyak bisa anjlok dari $60 ke $20 per barel, lalu meroket lagi ke atas $80 dalam waktu singkat.

3. Volatilitas dalam UMKM

Buat pelaku UMKM, terutama yang bergerak di sektor bahan pangan atau barang impor, nilai tukar dolar yang fluktuatif bisa bikin harga bahan baku ikut naik-turun. Kalau nggak pintar-pintar mengelola, bisa berpengaruh ke margin keuntungan.


Bagaimana Cara Mengukur Volatilitas?

Ada beberapa metode umum untuk mengukur volatilitas:

1. Historical Volatility (Volatilitas Historis)

Ini dihitung berdasarkan fluktuasi harga di masa lalu. Rumus umum yang digunakan adalah standar deviasi dari return harian selama periode tertentu (misal 30 hari atau 90 hari).

2. Implied Volatility (Volatilitas Tersirat)

Jenis ini sering digunakan dalam pasar derivatif seperti opsi atau futures. Menggambarkan ekspektasi pasar terhadap volatilitas suatu aset di masa depan. Jika implied volatility naik, artinya pelaku pasar memperkirakan harga akan semakin fluktuatif.

3. Realized Volatility (Volatilitas Terwujud)

Ini adalah ukuran volatilitas aktual yang sudah terjadi selama periode tertentu. Biasanya dihitung dengan standar deviasi dari return harian.


Volatilitas dalam Dunia UMKM, Bagaimana Dampaknya?

Walau istilah ini populer di dunia saham, konsep volatilitas juga penting dipahami pelaku UMKM.

Misalnya:

  • Harga bahan baku seperti cabai, minyak goreng, atau gandum bisa naik-turun tajam tergantung musim, pasokan global, hingga nilai tukar rupiah.

  • Kurs mata uang bagi UMKM yang mengimpor bahan dari luar negeri atau mengekspor produk mereka.

  • Volatilitas permintaan saat tren pasar berubah drastis, seperti selama pandemi COVID-19, di mana permintaan masker melonjak tajam sementara produk lain anjlok.

Dengan memahami volatilitas, pelaku UMKM bisa menyusun strategi mitigasi risiko. Contohnya:

  • Menyusun cadangan stok bahan baku saat harga rendah.

  • Membuat kontrak jangka panjang dengan supplier agar harga lebih stabil.

  • Diversifikasi produk agar tidak terlalu bergantung pada satu segmen pasar saja.

Baca Juga: 10 Indikator Utama untuk Menilai Keberhasilan Pemasaran UMKM


Strategi Menghadapi Volatilitas

Sahabat Wirausaha, berikut beberapa strategi yang bisa dipakai guna menghadapi apa itu volatilitas:

1. Diversifikasi

Jangan taruh semua telur di satu keranjang. Ini prinsip klasik yang tetap relevan. Dengan menyebar investasi atau produk ke berbagai sektor, risiko akibat volatilitas bisa diminimalkan.

2. Hedging

Gunakan kontrak berjangka (futures) atau instrumen derivatif lainnya untuk melindungi nilai aset dari fluktuasi harga. Ini umum digunakan di industri ekspor-impor.

3. Dollar-Cost Averaging

Dalam investasi, strategi ini melibatkan pembelian aset dalam jumlah tetap secara berkala. Jadi, saat harga turun, kamu beli lebih banyak unit, dan saat harga naik, lebih sedikit. Ini bisa mengurangi dampak volatilitas.

4. Ketenangan Emosional

Volatilitas bisa menggoda kita untuk panik. Tapi keputusan berdasarkan emosi seringkali merugikan. Edukasi dan data lebih bisa diandalkan daripada perasaan.


Volatilitas Bukan Musuh, Tapi “Alarm”

Sahabat WIrausaha, dalam dunia bisnis dan investasi, apa itu volatilitas adalah tanda bahwa pasar hidup dan bergerak. Ia seperti detak jantung—kadang tenang, kadang berdebar. Tugas kita bukan menghilangkannya, tapi belajar membacanya.

Dengan memahami apa itu volatilitas, penyebabnya, dan cara menghadapinya, kita bisa lebih siap dan bijak dalam mengambil keputusan. Entah itu untuk memilih saham, menyusun strategi bisnis, atau sekadar menentukan kapan saatnya “diam dulu” dan kapan saatnya “gas!”

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.

Referensi:

  1. Investopedia. (n.d.). Volatility Definition. Retrieved from: https://www.investopedia.com/terms/v/volatility.asp

  2. CBOE. (n.d.). What is the VIX?. Retrieved from: https://www.cboe.com/tradable_products/vix/

  3. Forbes Advisor. (2023). Volatility In Stocks: What Investors Need To Know.

  4. Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (n.d.). Edukasi Investasi dan Manajemen Risiko Pasar.