Apa Itu Resesi – Pernah nggak kamu merasa harga kebutuhan pokok naik, jualan sepi, tapi pendapatan tetap segitu-gitu aja? Atau dengar berita soal banyaknya PHK massal dan daya beli masyarakat yang anjlok? Nah, bisa jadi itu tanda-tanda sebuah negara sedang mengalami yang namanya resesi.
Tapi sebenarnya, apa itu Resesi dalam konteks bisnis dan ekonomi? Dan apa dampaknya ke UMKM kayak bisnismu? Yuk, kita bahas tuntas!
Definisi: Apa Itu Resesi?
Secara sederhana, resesi adalah kondisi ketika aktivitas ekonomi sebuah negara menurun secara signifikan dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama—biasanya dua kuartal berturut-turut atau lebih. Penurunan ini diukur lewat Produk Domestik Bruto (PDB), yang mencerminkan total nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara.
Tapi, jangan langsung berpikir resesi hanya soal angka-angka di laporan ekonomi. Resesi juga bisa pertanda di dunia nyata bahwa ekonomi sedang tidak baik-baik saja: penurunan pendapatan, peningkatan angka pengangguran, turunnya daya beli masyarakat, dan menurunnya aktivitas bisnis secara umum.
Menurut National Bureau of Economic Research (NBER), lembaga yang mengukur siklus ekonomi di Amerika Serikat, resesi terjadi ketika ada "penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang menyebar ke seluruh perekonomian, berlangsung lebih dari beberapa bulan, dan terlihat pada PDB riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan grosir dan ritel."
Baca Juga: Analisis SWOT: Kunci Sukses Membangun Strategi Bisnis yang Jitu
Asal Usul dan Siklus Resesi
Konsep resesi bukan hal baru. Ia muncul sebagai bagian dari siklus bisnis (business cycle), yaitu fluktuasi alami dari ekonomi antara masa ekspansi (pertumbuhan) dan kontraksi (penurunan). Dalam siklus ini, resesi merupakan fase kontraksi setelah periode pertumbuhan.
Beberapa resesi besar dalam sejarah dunia antara lain:
- The Great Depression (1929-1939) – Salah satu resesi terdalam sepanjang sejarah modern.
- Krisis Finansial Asia (1997) – Mengguncang banyak negara Asia termasuk Indonesia.
- Krisis Global 2008 – Bermula dari bubble properti di Amerika Serikat.
- Resesi Pandemi COVID-19 (2020) – Penurunan ekonomi global akibat lockdown dan pembatasan sosial.
Ciri-Ciri Resesi Ekonomi
Setelah mengerti tentang apa itu resesi secara umum, maka kita harus pahami juga tanda-tandanya. Agar Sahabat Wirausaha bisa lebih waspada, berikut ini beberapa ciri umum saat resesi melanda:
- Penurunan PDB selama dua kuartal berturut-turut.
- Tingkat pengangguran meningkat.
- Turunnya daya beli masyarakat.
- Pelemahan nilai tukar mata uang.
- Perusahaan melakukan efisiensi (PHK, pengurangan produksi).
- Pasar saham cenderung melemah.
Gabung jadi Member ukmindonesia.id buat update terus info seputar UMKM dan peluang usaha!
Apa Itu Resesi dan Dampaknya untuk Bisnis (Terutama UMKM)
Nah, ini bagian pentingnya. Kalau kamu pelaku UMKM, kamu pasti ingin tahu: apa itu Resesi dan bagaimana dampaknya ke bisnismu?
- Penurunan Permintaan Konsumen
Saat ekonomi lesu, konsumen cenderung menahan belanja. Mereka lebih fokus ke kebutuhan primer dibanding sekunder, apalagi tersier. Kalau kamu jualan barang non-esensial, siap-siap permintaan bisa menurun drastis. - Akses Modal Lebih Sulit
Lembaga keuangan jadi lebih hati-hati dalam menyalurkan kredit. Bunga pinjaman bisa naik, dan proses persetujuan jadi lebih ketat. Padahal, UMKM biasanya sangat bergantung pada akses modal kerja. - Biaya Operasional Meningkat
Ketika harga bahan baku naik karena rantai pasok terganggu, biaya produksi pun ikut melonjak. Sayangnya, menaikkan harga jual bukan solusi mudah karena konsumen juga sedang menahan uang. - Disrupsi Rantai Pasok
Resesi global bisa mengganggu ketersediaan bahan baku impor. UMKM yang bergantung pada bahan atau alat dari luar negeri mungkin akan kesulitan memenuhi permintaan pasar. - Kesempatan untuk Inovasi
Nyatanya, nggak semua tentang resesi itu gelap. Di tengah krisis, banyak juga peluang baru. Misalnya, UMKM kuliner yang mulai menjual via online saat pandemi. Jadi, tergantung bagaimana kamu merespons situasi.
Contoh Nyata Dampak Resesi di Indonesia
Kita ambil contoh saat pandemi COVID-19 melanda di tahun 2020. Indonesia resmi masuk resesi pada kuartal ketiga 2020. PDB terkontraksi dua kuartal berturut-turut: -5,32% pada Q2 dan -3,49% pada Q3.
Apa yang terjadi?
- Ratusan ribu UMKM terpaksa tutup sementara atau permanen.
- Jumlah pengangguran melonjak jadi lebih dari 9 juta orang.
- Bisnis yang bertahan adalah yang bisa cepat beradaptasi, seperti berpindah ke platform digital.
Jadi, kita perlu memahami apa itu Resesi bukan sekadar istilah ekonomi, tapi realitas yang memukul kehidupan banyak orang, terutama mereka yang bergantung pada penghasilan harian.
Baca Juga: Apa itu Collectibles? Dari Hobi Koleksi Barang Hingga Bisa Jadi Investasi Serius
Langkah-Langkah Antisipasi Bagi UMKM
Agar tidak ikut tenggelam saat badai resesi datang, ada beberapa strategi yang bisa kamu terapkan:
- Diversifikasi produk: Jangan hanya andalkan satu jenis produk atau pasar.
- Kelola cash flow dengan ketat: Kurangi biaya tetap, pertimbangkan untuk sewa bulanan, bukan tahunan.
- Bangun channel digital: Gunakan e-commerce, media sosial, dan platform digital untuk menjangkau pasar lebih luas.
- Buat skenario keuangan: Simulasi berbagai kondisi, dari yang optimis sampai terburuk, untuk merancang respons yang cepat.
- Perkuat hubungan dengan pelanggan tetap: Loyal customer lebih tahan terhadap krisis dibanding cari pasar baru.
Melihat Peluang di Balik Resesi
Yup, meski kelihatannya suram,resesi juga bisa jadi titik balik untuk tumbuh. Banyak bisnis besar hari ini lahir dari krisis.
Contohnya:
- Airbnb dan Uber lahir pasca-krisis 2008, dengan menawarkan solusi berbagi aset dan efisiensi.
- Di Indonesia, masa pandemi justru mempercepat digitalisasi UMKM, yang tadinya enggan online kini mulai paham manfaatnya.
Jadi, kalau kamu bisa berpikir adaptif, belajar cepat, dan berani mencoba hal baru—resesi justru bisa jadi momentum untuk menata ulang bisnismu.
Sekarang kamu tahu apa itu Resesi, dari definisi sampai dampaknya ke bisnis. Resesi memang bukan hal yang menyenangkan. Tapi ia juga bukan akhir dunia. Ia adalah ujian bagi daya tahan, kreativitas, dan ketangguhan bisnis—terutama UMKM.
Ingat, bisnis yang tangguh bukan yang paling besar, tapi yang paling adaptif. Jadi, yuk persiapkan bisnismu, bukan cuma untuk cuaca cerah, tapi juga badai yang mungkin datang!
Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.
Referensi:
- National Bureau of Economic Research. (2020). US Business Cycle Expansions and Contractions. https://www.nber.org/research/data/us-business-cycle-expansions-and-contractions
- Badan Pusat Statistik (BPS). (2020). Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan III-2020. https://www.bps.go.id/
- Bank Indonesia. (2020). Laporan Perekonomian Indonesia 2020. https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan/perekonomian/
- Investopedia. (2023). Recession Definition. https://www.investopedia.com/terms/r/recession.asp
- Kementerian Koperasi dan UKM RI. (2021). Dampak Pandemi terhadap UMKM dan Strategi Pemulihan Ekonomi.