C:\Users\SVC\Downloads\pexels-karolina-grabowska-4475523.jpg

Foto oleh Karolina Grabowska dari Pexels

Sahabat Wirausaha, pernahkah mendengar tentang rasio-rasio keuangan dalam menganalisis kondisi keuangan suatu usaha? Rasio keuangan sangat penting digunakan untuk mengevaluasi kinerja yang telah dicapai pada suatu waktu sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menyusun rencana bisnis ke depan. Dengan menganalisis rasio keuangan kita dapat melihat hubungan antar akun dalam laporan keuangan (neraca dan laporan laba-rugi).

Ada lima jenis rasio keuangan yang digunakan, yaitu solvabilitas ratio. liquidity ratio, activity ratio, profitability ratio, dan market value ratio. Namun, pada artikel kali ini kita akan membahas tentang analisis liquidity ratio. Liquidity ratio atau rasio likuiditas ini menjadi rasio yang cukup penting, khususnya bagi investor. Nah, apa sih analisis likuiditas itu? Dan bagaimana kita dapat menghitungnya?

Apa itu Analisis Likuiditas?

Analisis likuiditas adalah analisis keuangan yang dilakukan dengan menghitung rasio likuiditas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek dengan menggunakan aset lancar.

Berdasarkan struktur dari perhitungan rasio ini, dengan aset di atas dan kewajiban di bawah, nilai rasio di atas 1,0 yang paling dicari oleh investor. Dengan nilai rasio 1, mencerminkan kemampuan perusahaan yang dapat secara tepat melunasi semua kewajiban lancarnya dengan aset lancarnya. Sedangkan rasio kurang dari 1 akan menyiratkan bahwa perusahaan tidak mampu untuk memenuhi kewajiban lancarnya.

Lalu, bagaimana jika nilai rasio likuiditas mencapai angka 2? Nilai rasio 2,0 menunjukkan perusahaan dapat menutupi kewajiban lancarnya dua kali lipat. Jika nilai rasio menunjukkan angka 3,0 berarti perusahaan dapat menutupi kewajiban lancarnya saat ini tiga kali lipat, dan seterusnya.

Mengukur Rasio Likuiditas

Nilai liquidity ratio, dapat diukur dengan cara sebagai berikut:

1. Current ratio

Current Ratio= Total Aset Lancar : Total Utang Lancar

Current ratio mengukur kemampuan usaha dalam membayar utang lancar menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Semakin besar rasio ini berarti semakin likuid usaha kita. Namun rasio ini kurang akurat, karena tidak semua komponen aktiva lancar memiliki tingkat likuiditas yang sama.

2. Quick Ratio atau Acid Test Ratio

Quick ratio= Total Aset Lancar - Persediaan / Total Utang Lancar

Rasio ini mirip dengan current ratio, namun memberikan ukuran yang lebih akurat dibanding current ratio. Hal ini dikarenakan quick ratio tidak memperhitungkan persediaan sebagai aset/aktiva lancar karena bersifat kurang likuid jika dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya, seperti kas, piutang, dan surat berharga

3. Cash Ratio

Cash Ratio= Kas + Surat Berharga / Total Utang Lancar

Cash ratio mengukur kemampuan kas dan surat berharga untuk menutup kewajiban/utang lancar. Rasio ini dinilai paling akurat karena menggunakan komponen aset/aktiva lancar yang paling likuid, yaitu kas dan surat berharga.

Manfaat Analisis Likuiditas

1. Menentukan kemampuan perusahaan untuk menutupi kewajiban jangka pendek

Rasio likuiditas penting bagi investor dan kreditur untuk menentukan apakah perusahaan dapat menutupi kewajiban jangka pendek, dan sampai sejauh mana. Semakin tinggi rasionya, semakin besar kemungkinan perusahaan mampu membayar tagihan jangka pendeknya. Rasio kurang dari 1 berarti perusahaan menghadapi modal kerja negatif dan dapat mengalami krisis likuiditas.

2. Menentukan kelayakan kredit

Kreditur menganalisis rasio likuiditas ketika memutuskan apakah mereka harus memberikan kredit ke perusahaan atau tidak. Kreditur ingin memastikan apakah perusahaan yang meminjam memiliki kemampuan untuk membayar kembali. Setiap petunjuk ketidakstabilan keuangan dapat mendiskualifikasi bisnis kita dari memperoleh pinjaman.

3. Tentukan kelayakan investasi

Investor menganalisis perusahaan menggunakan rasio likuiditas untuk memastikan bahwa perusahaan sehat secara finansial dan layak untuk berinvestasi. Rasio likuiditas yang rendah menunjukkan kurangnya aset lancar sehingga meningkatkan kemungkinan bisnis kita ditolak oleh investor. Akan tetapi, rasio tinggi yang tidak normal juga menunjukkan perusahaan memiliki sejumlah besar aset likuid yang tidak diberdayakan. Hal ini dapat menunjukkan bisnis kita kurang sehat secara finansial bagi investor.

Sebagai contoh, jika rasio kas usaha Sahabat Wirausaha sebesar 7,5, maka hal ini menunjukkan bahwa bisnis Sahabat Wirausaha memegang terlalu banyak uang tunai yang tidak menghasilkan apa-apa selain bunga yang ditawarkan bank saat menyimpan kas di bank. Untuk mengatasinya, Sahabat Wirausaha dapat mengalokasikan sejumlah uang tunai untuk investasi lain yang dapat memberikan pengembalian yang lebih tinggi. Dengan begini, Investor dapat melihat bisnis kita memiliki kemampuan untuk mengembalikan investasinya dengan nilai yang lebih tinggi

Nah, menghitung rasio likuiditas cukup mudah bukan? Dengan menghitung rasio likuiditas, Sahabat Wirausaha dapat menganalisis kondisi keuangan usaha dalam menutup kewajiban/utang lancar sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun rencana bisnis pada periode yang akan datang. Akan tetapi, Sahabat Wirausaha juga jangan lupa untuk menghitung rasio-rasio keuangan yang lainnya ya! Agar memberikan gambaran yang lebih detail tentang kondisi keuangan usaha kita.

Referensi:

  1. Corporatefinanceinstitute.com
  2. Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan: Teori & Praktik. Jakarta: Penerbit Airlangga