Ajwad Resto – Nama Ustadz Khalid Basalamah pasti sudah tidak asing lagi bagi Sahabat Wirausaha. Pendakwah kondang keturunan Yaman yang lahir di Makassar, 1 Mei 1975 ini memiliki pengikut atau jemaah yang sangat banyak, bahkan jumlah subscriber untuk kanal YouTube-nya mencapai 2,87 juta. Video-video kajiannya mendapatkan antusiasme dari masyarakat Indonesia yang sedang mendalami agama Islam dan mencari motivasi hidup.

Di samping kesibukan berdakwah tersebut, mungkin tak banyak yang tahu jika Ustadz Khalid Basalamah juga seorang pebisnis. Dirinya memimpin perusahaan bernama Gazwah Enterprise yang didirikannya saat pandemi COVID-19. Melansir dari laman Instagram @khalidbasalamahofficial, Senin (14/2/2022), perusahaan tersebut menaungi berbagai macam bisnis, meliputi restoran, jasa perjalanan haji dan umrah, percetakan buku, filantropi, event organizer, hingga media taaruf online. Keren sekali, bukan? Simak salah satu kisah suksesnya, yaitu Ajwad Resto milik Ustadz Khalid Basalamah di sini!


Kisah di Balik Pendirian Ajwad Resto, Ustaz Khalid Basalamah Ternyata Jago Memasak

Bisnis Ajwad Resto milik Ustadz Khalid Basalamah menjadi salah satu yang menarik untuk kita bahas, lho, Sahabat Wirausaha.  Sebab siapa sangka, perintisan bisnis ini tidak terlepas dari kecintaan sang ustadz terhadap kuliner dan keterampilannya masak-memasak saat remaja. Restorannya diberi nama Ajwad Resto, berlokasi di kawasan Condet, Jakarta, dengan sajian kuliner khas Timur Tengah, seperti nasi kabsah, kebab laham, dan musakka.

Sumber foto: Tribunsolo

Pemilihan menu khas Timur Tengah ini tidak mengherankan lantaran Khalid Basalamah merupakan keturunan Yaman dan juga pernah tinggal di Mesir. Saat itu, pada 1989, Khalid Basalamah yang sedang duduk di bangku kelas 3 SMP dikirim ke Kairo, Mesir, mengikuti pamannya yang tengah menimba ilmu sebagai pilot. Hidup jauh dari orang tua dan tinggal di indekos mengharuskannya untuk belajar mandiri, termasuk dalam urusan memasak. Ia mengasah keterampilan memasaknya secara otodidak demi mendapatkan rasa masakan sesuai selera pribadi, di samping juga belajar memasak dengan teman-temannya dari Indonesia.

Baca Juga: Cara Bisnis Laris Manis Meski Berada di Gang Sempit, Simak Rahasianya! 

Namun, ketika dirinya beranjak dewasa, keterampilan memasak tersebut tidak turut dikembangkan. Oleh orang tua Khalid Basalamah, yang merupakan pendakwah sekaligus pengelola sebuah pesantren di Makassar, Khalid Basalamah diarahkan agar bersekolah dan kuliah dengan fokus menekuni ilmu keagamaan. Pada akhirnya, Khalid Basalamah berhasil menjadi pendakwah, sementara keterampilan memasaknya yang terpendam membuatnya menjadi penikmat kuliner.


Interior Ajwad Resto (Sumber foto: Sumatera Insider)

Saat ada kesempatan, Ustaz Khalid Basalamah pun mantap mendirikan restoran Timur Tengah bernama Ajwad Resto pada tahun 2011. Restorannya menawarkan menu andalan berbahan baku daging kambing dengan aneka rempah. Menu tersebut, selain nasi mandi dan kebuli, ada juga nasi goreng dan mie goreng yang diberi potongan daging kambing dan rempah yang menggugah selera.


Ajwad Resto, Bisnis yang Mendahulukan Urusan Akhirat

Ajwad Resto berlokasi di Jl. Condet Raya No. 50 Kramat Jati, Jakarta. Interior resto didesain khas Timur Tengah, dengan warna-warna yang meriah, seperti merah bata, putih gading, emas, dan cokelat tua. Setidaknya terdapat tiga area bagi pelanggan bersantap, yaitu area lesehan, meja, dan VIP, menandakan resto ini mengambil segmen pasar dari kalangan menengah dan atas. Uniknya lagi, Ajwad Resto menyatu dengan Ajwad Store, yakni toko souvenir Timur Tengah yang juga milik Ustadz Khalid Basalamah.

Ajwad Resto (Sumber foto: sendjanimusimsemi.blogspot.com)

Sebagai seorang pendakwah, Ustaz Khalid Basalamah praktis mengimplementasikan ajaran Islam dalam bisnisnya, sehingga yang didahulukan adalah urusan akhirat. Salah satunya yaitu peraturan shalat berjamaah bagi para staf. Tiap memasuki waktu shalat, restoran akan jeda 15 menit di mana para staf akan melaksanakan salat berjemaah.

Meskipun terlihat tidak biasa, nyatanya hal tersebut tidak menimbulkan ketidaknyaman bagi para pengunjung restoran. Justru menjadi pengingat bahwa mendahulukan urusan akhirat dapat pula memperlancar urusan dunia. Buktinya, Ajwad Resto menjadi tempat yang rekomendatif untuk menikmati sajian khas Timur Tengah di Jakarta, baik di hari-hari biasa maupun hari-hari spesial pada bulan Ramadhan.

Namun, tak bisa dimungkiri, nama besar Ustadz Khalid Basalamah yang berada di balik Aswad Resto tidak lantas membuat restoran ini terbebas dari tantangan bisnis. Baru beberapa tahun berdiri, Ajwad Resto yang saat itu masih berlokasi di Mall Kalibata, Jakarta Selatan, sempat mengalami ketidakseimbangan antara omzet dan biaya operasional. Hingga pada titik terendahnya, Ajwad Resto vakum selama tiga bulan.

Baca Juga: Kedai Es Teh Jaya Abadi, Kafe yang Dirintis Seorang Dokter dengan Nuansa Estetik ala Tempo Dulu

Ustadz Khalid Basalamah hampir saja menutup restorannya. Beruntung, salah seorang jemaahnya menawarkan kerja sama dan keduanya sepakat untuk memindahkan Ajwad Resto ke kawasan Condet hingga sekarang. Diketahui Ajwad Resto inilah pusat dari gurita bisnis yang dimiliki oleh Ustaz Khalid Basalamah.


Strategi Bisnis Ajwad Resto di Tengah Maraknya Restoran Asing di Indonesia

Berbisnis F&B ala Timur Tengah, Ustaz Khalid Basalamah menjalankan sejumlah strategi agar Ajwad Resto tetap bertahan di tengah maraknya restoran Asia Timur maupun Barat yang dianggap lebih kekinian di Indonesia.

1. Mengubah Persepsi Publik terhadap Daging Kambing

Daging kambing masih seringkali diidentikkan dengan makanan berkolesterol tinggi. Melalui Ajwad Resto, Ustadz Khalid Basalamah ingin menepis anggapan tak benar tersebut. Dirinya merujuk pada keterangan ahli gizi bahwa bukan konsumsi daging kambinglah yang memicu kenaikan kolesterol ataupun darah tinggi, melainkan konsumsi jeroannya serta faktor bumbu, minyak goreng, dan garam.

Di samping itu, pengolahan daging kambing di Ajwad Resto dengan cara dioven, sehingga daging tidak berbau prengus atau terlalu berminyak.  Dengan strategi ini, Ajwad Resto menjadi restoran Timur Tengah di Jakarta yang rekomendatif untuk bersantap menu daging kambing lezat dan sehat.

2. Memadukan Cita Rasa Timur Tengah dengan Cita Rasa Nusantara

Masakan Timur Tengah tentu berbeda dengan masakan Nusantara, baik dari segi porsi, teknik pengolahan, maupun rempah. Sebagai contoh, dalam hal rempah, masakan Timur Tengah cenderung menggunakan rempah kering yang rasanya kuat, seperti cengkeh, kapulaga, jintan, dan biji pala. Sedangkan masakan Nusantara lebih didominasi rempah basah, seperti bawang merah, lengkuas, serai, dan cabai segar. Melihat adanya perbedaan ini, Ajwad Resto pun melakukan sedikit modifikasi dengan memadukan bahan dan bumbu pilihan bercita rasa Timur Tengah dengan cita rasa Nusantara.

Berdasarkan ulasan di Google Maps Ajwad Resto, para pelanggan yang pernah bersantap di restoran ini mendapatkan pengalaman menikmati masakan khas Timur Tengah yang memuaskan. Ini menandakan Ajwad Resto berhasil memainkan strateginya.

Sumber foto: pergikuliner

Baca Juga: Izin Usaha Restoran, Ketahui Apa Saja Daftar Perizinan yang Diperlukan 

3. Pengembangan Produk yang Relevan

Seperti telah disinggung sebelumnya, Ajwad Resto menyatu dengan Ajwad Store, toko yang menyediakan souvenir Timur Tengah, parfum, buku, hingga frozen food. Pengembangan produk ini memungkinkan pelanggan tidak hanya menikmati makanan di Ajwad Resto, tetapi juga berbelanja di Ajwad Store, dalam satu kunjungan sekaligus.

4. Strategi Bisnis Jalur Langit

Banyak orang percaya bahwa tingkat spiritualitas seseorang menentukan bagaimana ia hidup di dunia, termasuk dalam urusan mencari rezeki atau secara lebih spesifik; berbisnis. Maka tidak sedikit pebisnis yang menggunakan jalur angkot demi keberkahan bisnisnya aih-aih keuntungan yang berwujud materi. Mereka percaya bahwa Tuhan selalu memiliki andil dalam kesuksesan hamba-Nya.

Ustaz Khalid Basalamah sebagai figur ustaz yang berpengaruh di Indonesia telah menerapkan strategi bisnis jalur angit tersebut dalam bisnisnya. Di samping doa dan ibadah dari dirinya sendiri, ia memberikan waktu yang cukup bagi para stafnya agar bisa melaksanakan saat tepat waktu secara berjemaah. Jeda 15 menit untuk waktu beribadah tersebut nyatanya tidak membuat bisnis Ustadz Khalid Basalamah merugi.

Nah, itu dia kisah Ustadz Khalid Basalamah dalam merintis dan mengembangkan Ajwad Resto. Inspiratif, bukan? Rupanya, pendakwah yang dalam benak kita hanya sosok yang fokus menyebarkan ihwa agama dan aspek ukhrawi, ditepis secara tegas oleh sosok Ustadz Khalid Basalamah. Kesibukannya berdakwah bukanlah penghalang baginya untuk membuka bisnis kuliner, terlebih bisnis itu berawal dari kecintaannya masak-memasak.  

Sahabat Wirausaha, kisah pengembangan Ajwad Resto milik Ustadz Khalid Basalamah tersebut juga membuktikan bahwa seseorang dapat memiliki lebih dari satu potensi, dan potensi itu selalu memungkinkan untuk digali, asal memiliki niat dan keinginan yang kuat.

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM. 

Referensi: 

  1. https://food.detik.com/info-kuliner/d-5594609/jago-masak-sejak-smp-ustaz-khalid-basalamah-mantap-berbisnis-kuliner
  2. https://berita.99.co/potret-restoran-arab-ustaz-khalid-basalamah/
  3. https://www.portal-islam.id/2017/12/ajwad-resto-bikin-kagum-pengunjung.html
  4. https://www.akurat.co/food/1302378929/Antrean-Ajwad-Resto-di-Halal-Indonesia-Expo-Mengular-Ini-Rahasianya