5 Alternatif Kemasan Makanan Selain Plastik, Upaya Kurangi Cemaran Mikroplastik

Alternatif Kemasan Makanan, Cemaran Mikroplastik - Di pertengahan November 2018, nelayan pesisir Wakatobi, Sulawesi Utara, mendapati seekor paus sperma terdampar tak bernyawa di perairan mereka. Penyebab kematiannya tak dapat ditentukan, namun bangkai sepanjang hampir 10 meter ini membawa 5,9 kilogram sampah di dalam perutnya. Lebih dari setengah jumlah tersebut terdiri dari kemasan, gelas, serta kantong plastik. Diduga kuat, paus ini mati lantaran terlalu banyak menelan sampah yang dibuang sembarang dan berakhir di lautan. Isi perut si paus menjadi potret nyata parahnya tingkat ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap plastik dalam setiap aspek kehidupan.

Hari ini, 5 tahun setelah kejadian di atas, sampah kantong dan kemasan plastik tetap jadi problema besar di negara kita. Rata-rata waktu pemakaiannya memang hanya 12 menit, namun efek negatifnya terhadap lingkungan bisa berlangsung hingga 500 tahun. Sektor UMKM, terutama di kategori makanan dan minuman, ditengarai paling banyak menggunakan kemasan berbahan plastik. Meski begitu, kesadaran pelaku UMKM untuk beralih ke kemasan ramah lingkungan masih terbilang rendah.

Baca Juga: Greenwashing, Promosi Bisnis Tipu-Tipu Untuk Citra Ramah Lingkungan

Apa penyebabnya? Simak bagaimana penggunaan plastik bisa mengancam tidak hanya bumi, melainkan juga kesehatan kita, serta cara menghindarinya untuk pelaku UMKM berikut ini.


Cemaran Mikroplastik dan Efek Negatif Yang Tak Berkesudahan

Kasus paus sperma di Wakatobi bukan satu-satunya gambaran mengerikan dari rutinitas penggunaan plastik di Indonesia. Pada tahun 2021, para peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional menemukan bahwa 5 dari 9 ikan tongkol di perairan laut selatan pulau Jawa telah terpapar mikroplastik dalam jumlah yang mengkhawatirkan. Kontaminasi ini dicurigai berasal dari sampah plastik Pantai Pangandaran yang mencapai 5 ribu ton setiap tahunnya. Sampah plastik ini juga berasal dari sungai-sungai besar pulau Jawa, yang bermuara ke lautan, dan ditaksir membawa 12 hingga 40 ribu ton per tahun.

Mikroplastik dicap sebagai bahan berbahaya, dan fakta bahwa kandungan ini ditemukan pada ikan tongkol yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia setiap harinya, turut menempatkan kita dalam bahaya pula. Jika tubuh kita terpapar mikroplastik, risikonya adalah gangguan metabolisme, penurunan fungsi imun, peradangan, hingga penyumbatan saluran pencernaan. Sementara itu, peneliti dari Departemen Keilmuan Maritim Universitas Sriwijaya turut menemukan kandungan mikroplastik sebagai polutan udara Jakarta. Jika terhirup dan masuk ke saluran pernapasan, efeknya adalah infeksi saluran pernapasan dan gangguan paru-paru.

Sementara itu, hasil riset paling baru dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat bahwa bahkan ikan teri dan garam meja yang berasal dari perairan Indonesia juga turut tercemar mikroplastik. Pemerintah merespon fenomena ini dengan mengeluarkan larangan penggunaan kantong plastik sekali pakai di beberapa kota besar. Per tahun 2021, ada 54 kabupaten/kota dan 2 provinsi yang secara konsisten menetapkan larangan ini.


Mudahnya Beralih Ke Alternatif Kemasan Makanan

Meski retailer besar seperti Indomaret dan Alfamart sudah konsisten mematuhi larangan penggunaan plastik sekali pakai, namun sektor bisnis UMKM tampak masih kesulitan melakukannya. Dilansir dari survei Katadata Insight Center, 65,5 persen pelaku UMKM mengaku kantong plastik lebih praktis digunakan. Mudahnya mendapatkan kantong plastik dan harganya yang terjangkau juga membuat mereka lebih nyaman menggunakan kemasan berbahan plastik.

Untuk memutus kebiasaan penggunaan plastik, memang dibutuhkan sistem pendukung yang juga kuat. Karenanya, Sahabat Wirausaha bisa melirik beberapa barang pengganti berikut yang punya harga sama terjangkaunya dengan kantong dan kemasan plastik :

1. Paper Bag

5 Alternatif Kemasan Makanan Selain Plastik, Upaya Kurangi Cemaran Mikroplastik

Opsi pertama yang bisa kita gunakan adalah paper bag, alias kantong kertas. Beberapa supermarket dan franchise makanan sudah terbiasa menggunakan kemasan ini untuk mengurangi penggunaan plastik. Meski lebih mudah hancur atau robek, namun kantung kertas dapat terurai jauh lebih cepat dibandingkan plastik yang membutuhkan waktu 400 hingga 1000 tahun.

Baca Juga: Proses Produksi dan Produk dalam Bisnis Sosial

Tak hanya itu, kertas juga lebih jarang menjadi sampah yang menumpuk dan menjadi ancaman untuk hewan liar serta makhluk hidup lainnya. Kertas dibuat dari pohon-pohon di hutan, yang merupakan sumber daya terbarui. Meski begitu, penting bagi kita untuk memastikan bahwa kantung kertas yang digunakan memiliki logo FSC yang menyatakan bahwa ia dibuat dari perusahaan yang bertanggungjawab atas pengelolaan lingkungan tempat bahan bakunya berasal.

2. Kemasan Serat dan Ampas Tebu

5 Alternatif Kemasan Makanan Selain Plastik, Upaya Kurangi Cemaran Mikroplastik

Umumnya, setelah tebu selesai diolah, ampasnya akan langsung dibuang. Namun, hasil penelitian terbaru yang dilakukan dua mahasiswa Universitas Hasyim Asy’ari membuktikan bahwa serat dan ampas tebu punya potensi besar sebagai alternatif kemasan plastik. Untuk membuatnya, diperlukan bahan campuran lain, seperti kanji, kertas bekas, dan lem kayu. Setelah melewati proses pengeringan, penggilingan, hingga pemasakan, adonan ampas tebu akan dicetak dan dijemur di bawah sinar matahari.

Hasil akhirnya tidak kalah kuat dari kemasan plastik dan kertas biasa, lantaran tingkat elastisitasnya yang tinggi. Tak hanya itu, kertas organik ini mudah terurai oleh mikroba dalam tanah karena memiliki tingkat biodegradabilitas hingga 50 persen. Karenanya, kemasan dari serat dan ampas tebu dapat menjadi salah satu alternatif terbaik untuk kemasan plastik bagi Sahabat Wirausaha yang menjual produk makanan dan minuman jadi.

Di Indonesia, beberapa produsen kemasan ramah lingkungan sudah mulai memproduksi kemasan makanan dan minuman dari ampas tebu. Setiap kemasan dibandrol dengan harga terjangkau, yaitu seribu hingga tujuh ribu rupiah, sesuai dengan ukuran masing-masing. Sahabat Wirausaha bisa mendapatkannya di beberapa toko marketplace seperti Kurapack dan Toko Kamimura di Tokopedia.

3. Kemasan Pelepah Pohon Pinang

5 Alternatif Kemasan Makanan Selain Plastik, Upaya Kurangi Cemaran Mikroplastik

Siapa sangka bahwa pelepah pohon pinang yang biasanya tak berguna, bisa diolah menjadi kemasan alternatif? Kulit pohon pinang ini ternyata memiliki beberapa kelebihan sebagai kemasan makanan yang mudah terurai. Selain anti-air, bahan ini juga aman untuk makanan, bisa tahan pada suhu panas di dalam oven, dan kokoh. Artinya, produk makanan akan dikemas dengan produk yang sama amannya dengan kemasan plastik biasa.

Baca Juga: Kami Creative, Kreasi Home Decor Berbahan Dasar Limbah Beromzet Jutaan

Tak hanya itu, tampilannya juga eksotis dan menarik bagi calon konsumen. Jika telah selesai digunakan, kemasan dari kulit pinang ini bisa dibersihkan dengan lap dan dikeringkan untuk kemudian dipakai kembali sebagai wadah. Lalu, apabila sudah selesai digunakan, kita bisa mengolahnya lagi menjadi kompos untuk tanaman.

Jika tertarik mencoba, Sahabat Wirausaha bisa mendapatkannya di lapak Tokopedia milik produsen kemasan bernama Plepah. Perusahaan ini bekerja dengan sistem micro manufacturing yang memungkinkan masyarakat di desa-desa terpencil bisa terus berkontribusi terhadap pembuatan produk mereka.

4. Kantung Serat Singkong

Cassava bag, alias kantung serat singkong, merupakan alternatif kantung plastik yang paling populer. Tampilan fisik dan fungsinya begitu mirip dengan kantung plastik biasa sehingga kebanyakan konsumen langsung merasa nyaman menggunakannya. Seperti bioplastik lainnya, produk ini jauh lebih mudah terurai dibandingkan kantung plastik biasa. Pemakaiannya juga bisa berulang, sehingga tidak perlu langsung dibuang.

Sebagai negara agraris, Indonesia tentu kaya akan hasil tani berupa singkong sehingga tidak perlu khawatir kehabisan bahan baku. Karenanya, meskipun saat ini produk kantung serat singkong masih terbatas dengan harga dua kali lipat plastik biasa, Indonesia tetap punya kesempatan untuk memproduksinya dalam skala besar sehingga harganya bisa lebih terjangkau.

Saat ini, beberapa produsen kantung serat singkong di Indonesia sudah mulai aktif beroperasi. Dua diantaranya adalah Avani Cassava Bag dan SainBags yang bisa kita kunjungi di halaman Tokopedia masing-masing jika ingin memesan. Produk ini dibandrol mulai dengan harga 500 rupiah per pcs. Harga akan bervariasi sesuai dengan ukuran dan ketebalan masing-masing kantung.

5. Kertas dan Karton Daur Ulang

a cardboard box with a recyclies logo on it

Jika dibandingkan dengan plastik biasa, sebuah kotak karton memiliki jumlah emisi minyak dan karbondioksida 60 persen lebih rendah. Selain itu, karena bahan bakunya organik, karton lebih mudah terurai dan bisa didaur ulang lebih dari 5 kali pemakaian. Meski begitu, proses pembuatan kemasan dari kertas dan karton bisa menghasilkan gas metana yang melukai atmosfir bumi. Karena itulah, penggunaan kertas dan kardus karton daur-ulang jauh lebih direkomendasikan bagi bisnis kecil.

Baca Juga: Tips Mendaur Ulang dan Memanfaatkan Kembali Limbah Plastik

Selain murah dan mudah didapatkan, kita juga bisa memanfaatkannya sebagai pengganti bubble wrap. Misalnya, Sahabat Wirausaha menjual buku dan peralatan kantor. Dibanding menggunakan bubble wrap sebagai penahan gesekan, kita bisa memakai kertas karton bekas untuk melapisi produk yang akan dikirim. Pastikan kertas dan karton yang kita gunakan memiliki sertifikasi FSC untuk menjamin keberlangsungan penjagaan hutan yang baik. Untuk mendapatkannya, kita bisa mengunjungi bank-bank sampah terdekat di lingkungan tempat tinggal masing-masing.

Nah, itu dia 5 bahan alternatif dari kemasan dan kantung plastik yang bisa digunakan pelaku usaha kecil dan menengah. Saat disinggung tentang bahaya penggunaan plastik, bisnis kecil memang cenderung mengelak, lantaran sudah nyaman menggunakannya sehari-hari. Namun, kondisi lingkungan saat ini mengharuskan kita untuk berkontribusi demi masa depan yang lebih sehat. Di samping itu, isu lingkungan yang belakangan mencuat juga mempengaruhi gaya belanja masyarakat menjadi lebih eco-friendly. Karena itulah, tak ada salahnya perlahan kita beralih ke kemasan dan kantung belanja yang lebih ramah lingkungan.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Referensi:

  1. https://www.swiftpak.co.uk/insights/plastic-vs-pap....
  2. https://www.beyondplastics.org/fact-sheets/plastic...
  3. https://www.cnnindonesia.com/nasional/201811201204...
  4. https://theconversation.com/riset-terbaru-selain-p...
  5. https://theconversation.com/perut-paus-sperma-penu...
  6. https://theconversation.com/riset-3-cara-agar-lara...
  7. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/0...
  8. https://www.antaranews.com/berita/2574105/kemenpar...
  9. https://www.greeners.co/ide-inovasi/kertas-kemasan...