Merintis dan membangun bisnis memang membutuhkan waktu, tenaga, dan perhatian ekstra, berbeda dengan bekerja menjadi seorang karyawan. Ketika membangun bisnis, itu artinya kita sedang membangun masa depan kita sendiri, sehingga kitalah yang bertanggung jawab penuh atas pengelolaannya. Benar, tapi tidak sepenuhnya tepat.
Menjadi founder atau owner suatu bisnis yang mengalami perkembangan pesat, tidak harus mengatur dan mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Kita bisa berbagi tugas dan peran dengan orang-orang yang berkompeten dan terpercaya, yang dikemas dalam sebuah tim bisnis. Mendelegasikan dan mempercayakan sebagian tugas dan kewenangan kepada anggota tim justru akan menjadikan beban kita lebih ringan. Kita akan memiliki cukup waktu untuk menikmati kehidupan pribadi.
Baca Juga: Perlukah Mencari Solusi Kepada Pihak Berpengalaman?
Sahabat Wirausaha, ada banyak tantangan yang dihadapi ketika menjalankan bisnis, salah satunya membangun kekuatan dan kekompakan tim. Bagi bisnis rintisan maupun yang sudah berkembang pesat sekalipun, tim yang solid adalah kunci untuk mencapai tujuan-tujuan penting perusahaan.
Tips Membangun Tim Bisnis yang Kompak
Jika tim yang kita miliki tidak dapat bekerja sama, maka perkembangan bisnis bisa mengalami hambatan. Anggota tim atau karyawan bisa saling ‘bersikutan’ dan menyalahkan, sehingga menimbulkan konflik dan membuat lingkungan kerja tidak kondusif. Jika dibiarkan, konflik internal yang berkepanjangan bisa membuat lingkungan kerja tidak nyaman, membuat karyawan tidak betah, bahkan bisa menghancurkan bisnis itu sendiri.
Bicara tentang tim bisnis, kekuatan dan kekompakan tim bisnis sangatlah penting, di mana masing-masing anggota bisa saling bekerjasama untuk mencapai visi bersama. Namun dalam bekerja, tim bisnis tidak bebas kendala, karena masing-masing memiliki pola pikir dan cara kerja yang berbeda.
Baca Juga: Memberdayakan Karyawan Dengan Berbagai Kepemilikan
Ketika terjadi ‘gesekan’ dalam tim bisnis, maka yang terjadi adalah saling menuduh dan menyalahkan (blaming). Sikap-sikap seperti ini jelas tidak menguntungkan. Oleh sebab itu, perlu membangun kekuatan dan kekompakan tim bisnis dengan strategi sebagai berikut :
1. Memilih Anggota Sesuai Kapasitasnya
Untuk membangun tim yang kuat, syarat pertama adalah memilih anggota sesuai kemampuan dengan tanggung jawab yang diberikan. Ketika kita memberi tanggung jawab kepada orang yang tidak sesuai, maka hasil pekerjaannya tidak akan optimal. Hasil pekerjaan terbaik hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki kapasitas dan kemampuan yang sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.
Baca Juga: Tips Merekrut Karyawan
Sebagai pemilik bisnis, tempatkanlah orang yang memiliki kemampuan berpikir dan analisis sebagai tim perencana, orang yang memiliki kemampuan berkomunikasi dan interpersonal yang baik sebagai tim pemasaran atau humas, orang yang memiliki kemampuan berhitung dan administrasi sebagai tim keuangan dan adminsitrasi. Jadi setiap orang mengemban tanggung jawab sesuai keahlian yang dimiliki.
Memilih tim berdasarkan kemampuan tidak hanya menunjang produktivitas bisnis, tetapi juga membuat pekerjaan semakin efektif terlaksana dan meminimalisir terjadinya konflik karena setiap anggota memberikan kinerja optimal sehingga membantu pekerjaan satu sama lain.
2. Menentukan Tujuan Bersama
Setiap orang punya tujuan dan cara menyelesaikan pekerjaan tersendiri. Sebagai pemimpin dalam tim, tugas kita adalah merekatkan tim dengan menunjukkan kepada mereka tujuan apa yang akan dicapai. Dengan menjelaskan tujuan, kita menyamakan persepsi anggota tim dan membantu mereka fokus berkontribusi sesuai peran.
Baca Juga: Apa itu Bumping Karyawan?
Nah, inilah pentingnya suatu perusahaan memiliki perencanaan berupa visi, misi, target, dan sasaran. Memang awalnya terasa sulit merumuskan itu. Kita harus sabar menerjemahkan dan menuliskan ide-ide yang ada di benak kita sehingga apa yang kita maksud bisa mudah dipahami oleh orang lain.
Sederhananya, visi merupakan tujuan yang hendak perusahaan capai. Tujuan ini bisa ditarget lima, sepuluh, atau dua puluh tahun mendatang dan bisa diganti sesuai kebutuhan. Misi merupakan tahapan yang seharusnya dilakukan perusahaan untuk mencapai visi.
Jika ada bisnis yang memiliki visi ingin menjadi perusahaan kue dengan penjualan nomor satu terlaris di Indonesia, maka misinya adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mewujudkan visi itu seperti : memproduksi kue berkualitas yang rasanya enak, menyediakan sarana penjualan yang bisa dijangkau dari berbagai platform baik toko offline dan online, memberikan pengalaman belanja yang berkesan bagi konsumen, dan seterusnya.
Baca Juga: Pentingnya Memiliki Visi Dalam Menentukan Arah Pengembangan Usaha
Selain visi dan misi, ada juga target dan sasaran. Target merupakan bentuk capaian spesifik dari misi sedangkan sasaran adalah ukuran pencapaiannya. Misalnya jika misinya ingin memproduksi kue berkualitas yang rasanya enak, targetnya adalah menerapkan Standar Operational Procedure (SOP) dalam proses produksi dan sasarannya adalah merumuskan dokumen SOP produk.
Percayalah, ketika kita sudah mengomunikasikan visi, misi, target, dan sasaran yang hendak dicapai perusahaan, kita akan lebih mudah mengarahkan tim untuk berkontribusi sesuai dengan tanggung jawab mereka dalam perusahaan. Mereka dapat bekerja secara efektif dan efisien.
3. Menyediakan Fasilitas Untuk Mendukung Kinerja Tim
Membangun sebuah tim yang kuat tidak cukup hanya dengan memberikan arahan dan membangun komunikasi positif dengan seluruh anggota tim. Untuk membangun tim yang kuat dan kompak pun harus didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai sehingga kolaborasi antar anggota tim berjalan lancar.
Jangan sampai karena sarana dan prasarana yang tidak memadai, ada anggota tim yang tidak mampu menjalankan tugas secara efektif. Hal ini bisa berdampak buruk bagi kinerja dan proses komunikasi antar anggota tim.
4. Menciptakan Aturan Main Di Tempat Kerja
Standar Operational Procedure (SOP) tidak hanya berlaku di ranah produksi. SOP juga bisa diterapkan kepada karyawan. Terkait dengan SOP ini, ada cerita unik yang dibagikan oleh Joshua Sutanto, founder dan owner dari Lightrees Group. Ia menciptakan SOP berbasis gaming di lingkungan kerja untuk memotivasi karyawan.
Menurutnya, bekerja tidak harus selalu tegang dan kaku, tetapi harus juga mengandung entertain atau hiburan di dalamnya. Disadari atau tidak, bekerja yang dilakukan seperti sedang bermain suatu game akan lebih menyenangkan dibandingkan dilakukan dalam suasana tegang dan mencekam. Dengan memasukkan unsur permainan, anggota tim bisnis akan lebih bersemangat dan fokus dalam bekerja.
Baca Juga: Cara Tepat Menerima Kritik dan Saran Karyawan
Dalam SOP berbasis gaming diatur pula adanya sanksi atas kesalahan, kelalaian, atau ketidakcakapan kerja yang dilakukan entah disengaja maupun tidak. Namun sanksi yang diberikan tentu tidaklah memberatkan, tetapi lebih mengacu pada suatu ‘hukuman’ yang bisa membuat orang tertawa. Misalnya dicoret wajahnya dengan bentuk kumis kucing, menggunakan atribut hidung badut, memakai kustom cosplay, atau yang lainnya.
Selain sanksi, bisa juga diberlakukan compensation, yaitu membangun inisiatif dari anggota tim untuk mengganti setiap kesalahan, ketidaktepatan, atau kelalaian kerja yang dilakukan. Misalnya, anggota tim yang gagal mencapai target, maka dia harus menggantinya dengan melakukan hal atau pekerjaan lain seperti membuatkan minum untuk anggota tim lainnya.
Baca Juga: Pengenalan Bentuk SOP Yang Penting Diketahui Bagi UMKM
Jika ada sanksi, maka ada juga penghargaan (reward) yang diberikan kepada anggota tim yang bekerja dengan baik. Contohnya anggota tim bisnis yang berhasil mencapai target, akan diberikan koin emas virtual. Intinya, setiap kinerja dan prestasi akan diganjar dengan koin emas yang dapat dikumpulkan oleh setiap anggota tim. Apabila koin emas telah terkumpul banyak, maka dapat ditukarkan untuk membeli cuti atau yang lainnya.
5. Banyak Bertanya dan Introspeksi Diri Untuk Menemukan Solusi
Strategi banyak bertanya tak hanya jitu untuk diterapkan pada klien saja, tetapi juga tim bisnis. Dalam dunia kerja, konflik antar-anggota tim bukanlah hal baru. Jika dibiarkan berlarut-larut, konflik yang terpendam tanpa penyelesaian justru berisiko menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja, sehingga bisa saja berdampak buruk pada kinerja bisnis secara keseluruhan. Untuk mengatasinya, kita perlu menerapkan metode coaching dengan bertanya kepada seluruh anggota tim, sehingga dapat diperoleh solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
Baca Juga: Membangun Tim Dengan Budaya Inovasi
Selain itu, ketika terjadi konflik di tempat kerja, hampir dapat dipastikan bahwa masing-masing anggota tim bisnis akan saling menyalahkan. Mereka cenderung lebih fokus untuk menyalahkan orang lain dibandingkan introspeksi diri. Oleh sebab itu, penting untuk meningkatkan kemampuan introspeksi diri para anggota tim bisnis.
Tujuannya adalah agar mereka bisa segera mengoreksi diri ketika terjadi ‘gesekan’ di lingkungan kerja. Dengan introspeksi diri, mereka akan terlatih untuk memikirkan ide-ide sebagai solusi yang dapat ditawarkan. Prinsipnya introspeksi diri tidak hanya berusaha mengoreksi diri sendiri atas segala kesalahan yang terjadi, tetapi juga memikirkan aksi (action) yang bisa dilakukan sebagai solusi.
Baca Juga: Pentingnya Berjejaring dengan Supplier dan Kriteria Pemilihannya
Nah, Sahabat Wirausaha apakah tips membangun kekuatan dan kekompakan dalam tim ini bermanfaat? Semoga tips yang diberikan bisa membantu Sahabat Wirausaha menciptkan tim kerja yang solid ya. Tentu saja tim bisnis yang kuat dan kompak akan berdampak positif bagi produktivitas bisnis dan mempercepat proses UMKM Naik Kelas.