https://images.unsplash.com/photo-1610529884844-f8f7bfd4178f?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80

Sejak berdiri lebih dari 70 tahun yang lalu, negara kita sudah menyandang status yang cukup prestisius, yaitu sebagai negara maritim dan negara agraris sekaligus. Di sektor kelautan, ada potensi besar untuk diolah, mulai dari industri wisata bahari hingga industri perikanan dan tambak. Jika dimaksimalkan, mimpi menjadi poros maritim dunia tentu bukan lagi hal yang mustahil.

Sementara menjadi negara agraris, berarti memiliki penduduk dengan mata pencaharian terbesar di bidang pertanian. Artinya, potensi di industri agraria pun tak kalah besar. Dilansir dari Kontan.co.id, sektor pertanian menjadi salah satu dari sedikit sektor yang mampu tetap tumbuh di kala pandemi. Pertumbuhannya mencapai nilai 2,19% terhadap PDB. Nilai ekspornya bahkan juga tumbuh sebesar 9% di tahun lalu.

Tentu akan sangat disayangkan jika potensi yang besar di kedua sektor tersebut tidak dikembangkan dengan layak. Di sinilah kemudian Semut Nusantara hadir. Dengan idealisme yang masih kuat, mereka yang menggawangi Semut Nusantara punya satu mimpi: mensejahterakan petani, nelayan, dan UKM lokal di Indonesia. Dengan cara apa mereka membantu masyarakat? Dan apa motivasi penggerak organisasi ini? Bagaimana caranya bergabung?


Cerita Di Balik Berdirinya Semut Nusantara

Semut Nusantara merupakan suatu organisasi yang aktivitasnya berfokus di bidang konsultasi untuk pengembangan komunitas. Goris Mutaqim selaku founder, menyebut Semut Nusantara sebagai organisasi dengan konsep mulia. Sejak tahun 2008, ia memandang dirinya sendiri sebagai petani gadungan, alias teman mengobrol para petani di pedesaan. Awalnya, Goris membuat startup bernama PT Sultan Nusantara, yang bergerak di bidang teknologi RFID, alias Radio Frequency Identification. Jatuh bangun sudah dirasakannya lewat start-up ini, mulai dari mencari investor, mendapatkan angel investor, susah mencari proyek, dan sebagainya.

Baca juga: Pola Struktur Organisasi bagi UMKM

Setelah melewati semua itu, pada akhirnya jiwa aktivis Goris merasa terpanggil untuk berkontribusi nyata di kampung halamannya, Kota Garut. Di kala itu, Garut merupakan salah satu daerah yang masih tertinggal. Ia kemudian mendirikan Yayasan Asgar Muda, untuk anak-anak muda asal Garut yang berkontribusi terhadap perkembangan pertanian di daerah tersebut. Yayasan ini menjadi inkubator bagi usaha pemuda lokal, mulai dari ternak sapi, kambing, hingga domba Garut. Tak berhenti di situ, Goris pun merambah ke sektor pengolahan kulit dan membuat badan microfinance untuk pedagang pasar dan pedagang keliling.

Tak lama setelahnya, Goris yang merupakan lulusan Jurusan Teknik di ITB, merasa bahwa sudah seharusnya ia berkontribusi nyata di bidang pertanian, peternakan, bahkan perikanan di daerah asalnya. Hal ini dimulainya dengan mencoba menjalankan sebuah usaha komunitas lokal dengan nama Akarwangi.

Supply Akarwangi di Garut menjadi cukup mendunia, bahkan hingga diekspor ke Perancis. Namun, mendapatkan kendala, diantaranya BBM naik, diesel dan bensin, sehingga tidak bisa beroperasi alias mangkrak produksinya. Pada akhirnya kondisi ini dimainkan oleh Ijon, yang juga bergerak di bidang ekspor. “Kita lakukan penanganan, dengan konversi bahan bakarnya ke geothermal. Namun, ini tidak berhasil dan memenuhi tujuan. Pada akhirnya proyek ini gagal,” cerita Goris.

Baca juga: Visi dan Misi

Meskipun gagal, dari Akarwangi Goris belajar dan menemukan inspirasi untuk memodernkan sekaligus memajukan harkat petani Indonesia. Beruntungnya, banyak orang-orang revolusioner yang mampu membantunya dalam menggerakkan bidang literasi serta penyuluhan. Banyak pula petani dan masyarakat desa yang ingin mengubah nasibnya untuk naik kelas. Hampir 90 persen lebih petani dan nelayan di Indonesia butuh diberdayakan, tidak bisa terus-terusan sendiri. Akhirnya berdirilah Semut Nusantara di tahun 2015.

Organisasi ini hadir untuk pengembangan sosial ekonomi masyarakat yang berkelanjutan sekaligus menjembatani antara komunitas (UKM, Bumdes, Koperasi, dll.) lokal dengan penyokong dana potensial. Sebagai sebuah badan konsultasi yang berbasis di Jakarta dan menjadi teman sektor swasta, BUMN, dan multinational company untuk mengurus program community development perusahaan mereka. Sehari-hari, pekerjaan kami adalah mengurusi BUMDES, membuat Desa Wisata, mengobrol dengan petani dan nelayan.

Semut Nusantara sekarang sudah ada di 18 provinsi, dengan berbagai sektor, mulai dari sektor pertanian, sektor pesisir, hingga sektor wisata. Begitu juga di pedalaman Wakatobi, di Samarinda, ke Tanah Karo, dan daerah-daerah lain yang sebelumnya tidak terjangkau.

Baca Juga: Cara UMKM Menetapkan Target Usaha


Bagaimana Semut Nusantara Dijalankan

Kira-kira, bisakah petani dan nelayan kita menjadi modern?

Salah satu syarat untuk menjadi petani dan nelayan modern, adalah mereka harus memiliki jiwa entrepreneur yang kuat. Di sinilah perlunya ekosistem seperti Semut Nusantara, yang mana memfasilitasi obrolan-obrolan dan membuka diskusi dengan para petani. Sehingga, bisa coaching, mentoring, dan diarahkan pada jalan yang benar untuk naik kelas. Semut Nusantara turut melakukan pendampingan dengan investasi di local champion, alias petani penggerak di daerah-daerah. Diharapkan, output dan outcome-nya adalah meningkatkan kesejahteraan mereka dan mereka bisa mandiri, bisa ditinggal.

Cara lain membantu mereka adalah dengan mempengaruhi kebijakan, advokasi dengan pemerintah lokal, dan meminta dukungan mereka. Inilah salah satu jalan bagi industri atau pengusaha yang nantinya mau membantu atau menjadikan petani dan nelayan lokal sebagai partner usaha. Aktivitas Semut Nusantara sangat penuh dengan pendampingan, diskusi, dan mengukur kemajuan usaha yang didampingi.

Strategi pendampingan mengambil konsep dasar yang dicetuskan Ki Hajar Dewantara, dengan tiga indikator kemajuan yang utama, yaitu :

  1. Ing Ngarsa Sung Tulada : Di mana organisasi masih harus membimbing penuh dan menuntun komunitas yang disasar,
  2. Ing Madya Mangun Karsa : Saat perlahan-lahan, inisiatif sudah diserahkan kepada komunitas yang disasar dan mereka sudah mulai mandiri dalam menjalankan usaha.
  3. Tut Wuri Handayani : Ketika komunitas bimbingan sudah bisa sepenuhnya dilepas. Artinya mereka sudah sangat aktif, punya jejaring pasar, dan inisiatif serta berkelanjutan. Sudah lengkap dan mampu berjalan sendiri, punya struktur usaha dan organisasi, dan rencana yang jelas kedepannya.

Baca Juga: Menentukan Unique Selling Proposition

Menurut Goris, untuk mencapai suatu usaha yang sustainable, alias berkelanjutan, tentunya para pemilik usaha harus terbangun pula mentalitas wirausahanya. Sebab, dikatakan Goris, banyak kasus di mana organisasi atau badan usaha banyak dibantu dengan sumbangan, dari berbagai pihak secara konstan, namun tidak ada pergerakan saat sumbangan menipis atau habis. Tidak ada inisiatif, untuk misalnya mencatat kebutuhan warga, sebab memang mentalitas wirausahanya belum terbangun. “Oleh karenanya, fokus untuk investasi di local champion, di mana kita coaching mereka sesuai dengan bidang usaha yang ingin mereka geluti,” pungkasnya.


Membaca Kesejahteraan Melalui Berbagai Indikator

Gol utama dari kegiatan dan pendampingan yang dilakukan adalah meningkatnya kesejahteraan para petani dan nelayan. Untuk masing-masing project, diakui oleh Goris bahwa selalu ada Logical Framework Analysis yang menjadi acuan. Bagaimana aktivitasnya, apa saja output dan outcome yang ada, bagaimana mengukur keberhasilannya, hingga berapa besar dampak sosial dan ekonomi yang kita hasilkan. Dengan begini, investor dan donor bisa menjadi lebih yakin bahwa program yang dijalankan memang berdampak secara sosial.

Indikator kesejahteraan pun bermacam-macam, dan paling sederhana adalah ekonomi. Job creation, berapa yang terlibat, berapa produktivitas yang naik, berapa pendapatan yang dihasilkan, itu indikator sendiri. Misalnya saja, Astra sebagai klien mereka, punya indikator sendiri yang diutamakan, yaitu perbaikan lingkungan sosial dan pendidikan. Jika ada yang buta huruf, atau putus sekolah, indikatornya adalah seberapa berhasil program ini menolong mereka. Misi sosial menjadi hal penting dalam Social Enterprise. Menurutnya, profit harus juga sebagiannya diinvestasikan pada kesejahteraan masyarakat. “Harapannya, pada 2030, kami bisa memberdayakan satu juta orang,” ujar Goris.

Baca Juga: Tips Melakukan Riset Pasar Bagi UMKM

Mereka Yang Telah Sukses Bersama Semut Nusantara

  • Ibu-ibu di Polewari Mandar, kebanyakan istri nelayan yang sekarang sudah bisa mengolah produk pesisir menjadi produk yang bisa dijual di berbagai jaringan retail maupun toko oleh-oleh di daerahnya. Dengan sedikit gerakan literasi dan diskusi, ibu-ibu daerah nyatanya bisa lebih mengenal segmen pasar, peluang bisnis, dan potensi daerahnya.
  • Kampung Berseri Asra Mataram, yang potensi utamanya adalah peternakan, mulai dari sapi, lele, hingga bebek. Sudah menjadi Eduwisata peternakan, sudah ada paket-paketnya untuk sekolah-sekolah anak yang mau berkunjung. Selama pandemi, sudah mulai juga membuat virtual tour. Desa ini adalah salah satu yang menempatkan diri di rantai pasok. Hasil buminya benar-benar dipilih untuk dijual langsung ke customer (B2C) atau B2B.
  • Desa Wisata di Gunung Purba Nglanggeran pernah mendapatkan penghargaan terbaik se-ASEAN, dari awal Gunung Kidul gersang, banyak anak muda keluar daerah. Namun sekarang berhasil membanggakan dan menjadi contoh untuk banyak sektor lain.

Baca Juga: Membedah Penggunaan Analisis SWOT pada UKM


Bagaimana untuk bergabung dengan Semut Nusantara?

Semut Nusantara bisa dihubungi lewat e-mail dan Instagram. Saat ini, kebanyakan proyek Semut Nusantara dibiayai oleh third-party payer, alias pihak ketiga. Biasanya, perusahaan-perusahaan atau lembaga yang memang punya program untuk menyejahterakan petani dan nelayan. Ada pula servis mereka yang bernama Teman Baik, terbuka untuk komunitas dan UMKM untuk daftar, tanpa kena charge biaya. Juga untuk menghubungkan dengan pihak-pihak yang tertarik untuk membiayai.

Nah, itu dia kisah Semut Nusantara, organisasi yang berjuang membuka peluang bagi petani serta nelayan lokal agar tidak ketinggalan arus perkembangan zaman. Diharapkan, kisah ini bisa menjadi inspirasi bagi teman-teman UKM semua, terutama para petani dan nelayan lokal yang memang tengah bertekad untuk naik kelas. Sebab, selama ada kemauan yang kuat serta kerja keras, tentu akan selalu ada jalan untuk maju dan berkembang.

Tonton yuk cerita lengkapnya di webinar bertajuk “Petani dan Nelayan Modern Itu Kayak Apa Sih?” yang bisa diakses melalui link berikut.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Referensi :

  1. semutnusa.com
  2. kontan.co.id