Gambar diambil dari pixabay.com
Hampir di setiap lini termasuk industri pasar, kesetaraan gender kerap menjadi sorotan. Dari mulai pemerintahaan, sektor swasta, sampai ibu-ibu rumah tangga pernah membicarakan perihal tersebut. Alasannya karena kesetaraan gender merupakan perkara pokok untuk urusan hak asasi manusia.
Kesetaraan gender juga bisa menjadi salah satu motor pertumbuhan ekonomi untuk urusan kewirausahaan. Dibuktikan ketika Indonesia termasuk salah satu negara yang menjadikannya sebagai fondasi sosial dan ekonomi. Berkat wirausaha juga, ragam ekonomi kecil tumbuh. Mereka lalu dipandang sebagai penyumbang terbesar Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sekaligus menciptakan lapangan kerja baru.
Baca Juga: Pentingnya Pencatatan Keuangan Bagi
UMKM
Salah satu sumber mata pencaharian dan cara untuk mengurangi kemiskinan juga dapat diselesaikan dengan berwirausaha. Sayang, Indonesia menjadi salah satu negara yang tidak ramah dengan kesetaraan gender. Akibatnya, gerak perempuan untuk mewujudkan hak dan potensi banyak dirampas kaum laki-laki. Membuat perempuan dipaksa berpenghasilan lebih rendah, sedikit mendapatkan akses menuju sumber daya, sampai hampir dikatakan kurang terwakili dalam urusan politik.
Kondisi seperti ini tidak serta merta muncul begitu saja ketika kaum wanita beranjak atau menginjak usia dewasa. Sejak usia lima tahunan, anak perempuan termasuk anak laki-laki dihantui oleh kesenjangan gender. Lantaran tingginya populasi perempuan di Indonesia yang hampir mendekati jumlah pria dengan rasio 102 kaum pria, setara dengan 100 orang wanita dari total penduduk 270,20 juta jiwa tahun 2020, serta dipengaruhi oleh kondisi politik membuat semua itu seolah-olah menjadi tersamarkan. Melihat realita diatas banyak yang bertanya, bagaimana sebenarnya peluang pasar usaha memberdayakan perempuan? Pada artikel ini, kita akan membahasnya.
Baca Juga: Kanagoods, Melangkah Dengan Produk
Fashion Berkelanjutan
Apa itu Kesetaraan Gender?
Bicara tentang kesetaraan gender, semua orang harus paham dan mengetahui jika ini bukan aksi sikut menyikut antara kaum perempuan dengan pria. Namun mengedepankan upaya untuk memperjuangkan hak-hak kemanusiaan yang dapat dicapai dengan merubah pola pikir laki-laki yang memberikan ruang kepada perempuan agar sama-sama menjadi subjek dalam pembangunan. Kesetaraan gender harus ditanamkan sejak dini dimulai dari keluarga.
Laki-laki memberikan dukungan untuk meningkatkan kualitas hidup, memberikan empati, berbagi ruang di sektor ekonomi, politik, sosial, tidak lagi monopoli ruang sampai harus mau berbagi peran dan tanggung jawab. Alasan perlakuan seperti itu karena alur pendidikan anak perempuan di Indonesia berbeda dengan laki-laki. Perempuan dewasa sangat mungkin putus sekolah karena berbagai faktor. Akibatnya, perempuan banting stir dan mulai mengembangkan bisnis. Karena hal ini terus terjadi membuat tingkat kewirausahaan perempuan meroket. Sayang, setelah diuji, kebanyakan dari mereka kalah saing dengan pengusaha laki-laki. Salah satunya dalam hal perkembangan.
Baca Juga: 10 Wirausaha Inovatif yang Ramah
Lingkungan
Kenapa yang Menjadi Sasarannya Adalah Perempuan?
Hingga saat ini, sudah tak terhitung lagi jumlah pebisnis wanita di Tanah Air, salah satunya pengusaha mikro yang jumlahnya mencapai 60 persen dari total 64 juta pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Pada tahun 2014-2018 ada 99 persen dari total unit usaha ekonomi adalah UMKM dengan 50 persen di antaranya dimiliki perempuan, 34 persen usaha menengah dijalankan perempuan, 56 persen usaha kecil dijalankan perempuan dan 52 persen usaha mikro.
Sementara Sensus Ekonomi di 2016 menyatakan perempuan yang bekerja di sektor ekonomi kreatif mencapai 9,4 juta dengan perbandingan perempuan 55 persen dan laki-laki 45 persen. Itu semua terjadi karena wanita Indonesia dianggap memiliki potensi dan karakter yang dikenal telaten, mandiri, dan pantang menyerah. Terutama bagi perempuan milenial yang hampir secara keseluruhan memiliki sifat dinamis, optimis, semangat dalam bekerja, memiliki ide segar, pemikiran kreatif dan inovatif.
Baca Juga: Manfaat Memberdayakan Perempuan Dalam Bisnis
"Serta menjadi pelopor dan pemimpin masa depan yang lebih baik dalam menyongsong era tatanan kehidupan baru," sebut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga yang diwakili oleh Staf Ahli Menteri Bidang Komunikasi Pembangunan, Ratna Susianawati.
Usut punya usut, kabar baik ini rupanya sudah diketahui sejak 2018-2019. Dimana, kesetaraan gender untuk hal wirausaha Nasional adalah yang tertinggi untuk kawasan Asia Pasifik. Rasio kegiatan wirausaha antar gender di Indonesia tercatat sebesar 1,01, disusul Thailand 0,96, kemudian Taiwan 0,87, lalu Tiongkok 0,82, Korea Selatan 0,72, India 0,62 dan terakhir Jepang 0,6, menurut katadata.co.id.
Gambar diambil dari katadata.co.id
Capaian yang diraih Indonesia itu diketahui meningkat dari tahun 2018 sebesar 0,69. Untuk persentasenya, perempuan yang berkegiatan wirausaha sebanyak 14,1 persen dari total penduduk dewasa perempuan, sedangkan untuk laki-laki sebanyak 14 persen dari total penduduk dewasa laki-laki. Yang lebih hebatnya, di masa pandemi Covid-19 angka wirausaha wanita Tanah Air malah tumbuh dengan capaian 82 persen wirausaha wanita.
Baca Juga: Potensi UMKM Purbalingga Menembus
Pasar Ekspor
Mereka memanfaatkan keberadaan akses digital dalam pengembangan usaha. Dengan akses digital, pengusaha wanita dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau industri rumahan, bukan menampakkan bisnis jangka panjang. Angka seperti itu dipastikan bisa saja bertambah karena masih banyak lagi diluar sana wanita-wanita Indonesia yang tak terdata menggeluti usaha alit tersebut.
Ditengah kondisi baik itu rupanya berhembus kabar buruk. Yakni menjadi seorang wirausaha merupakan sebuah pelarian semata karena rendahnya pendidikan ditambah tingginya beban rumah tangga. Kondisi itu beralasan karena memenuhi kebutuhan keluarga lebih penting daripada mewujudkan sebuah cita-cita. Alhasil, sebagian wanita terutama di wilayah terluar memilih mendirikan usaha berdekatan dengan rumah agar dapat menjalankan tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga.
Baca Juga: Roa Judes, Menduniakan Sambal Khas Manado
Kondisi seperti ini diperparah dengan kurangnya akses pembiayaan dalam pengembangan bisnis. Bahkan, dalam penelitiannya, lebih dari 60 persen perempuan menyatakan jika gara-gara terbentur finansial mereka beranggapan usaha tidak dapat berjalan seperti yang mereka harapkan.
Diperparah lagi dengan program dukungan untuk pengusaha mikro yang tidak secara khusus ditargetkan bagi kalangan perempuan. Belum lagi, kesenjangan upah di Indonesia berada di angka 34 persen untuk sektor formal dan 50 persen di sektor informal. Hal ini masih terkait dengan kepercayaan dan budaya jika laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama sekaligus menganggap kekuatan wanita tak ada apa-apanya. Belum lagi tingginya jumlah pekerja lepas perempuan yang tidak mendapatkan upah melebihi laki-laki dengan rasio tiga berbanding satu.
Baca Juga: Peluang Pasar Apparel
Tak hanya itu, kebutuhan dasar yang tak terpenuhi sekaligus tingginya tingkat kemiskinan, diperparah dengan kesenjangan gender, mengurangi waktu dan sumber daya yang dimiliki perempuan untuk memanfaatkan peluang untuk mengembangkan keterampilan dan mendapat penghasilan, terutama di wilayah pedesaan, menurut unicef.org.
Selain itu, bias gender terkait pekerjaan rumah menyebabkan berkurangnya waktu dan peluang perempuan untuk mengembangkan diri dan terbatasnya mobilitas di luar. Fakta yang menyebutkan perempuan lebih banyak dari pada laki-laki dalam urusan berniaga disebabkan karena usaha yang dijalankan berbasis kebutuhan, dan keterbatasan pilihan.
Baca Juga: Mengenal Perbedaan Pemilik dan Pengelola Perusahaan
Biasanya usaha yang dilakukan itu seputar mikro informal, berskala kecil, usaha rumahan yang kegiatannya bernilai tambah rendah seperti berjualan makanan, ritel, kriya, sampai properti. Bisa dikatakan hampir tidak seorang wirausaha perempuan berbasis peluang dengan bidang tertentu memiliki produktivitas yang tinggi. Kondisi ini dibuktikan ketika hanya beberapa persen saja wirausaha perempuan yang memiliki gelar yang lahir dari sebuah jenjang pendidikan tinggi.
Meskipun usaha mikro seperti yang dijelaskan diatas dianggap sebagai suatu keuntungan karena bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah, bisa saja ujung-ujungnya malah menjadi bumerang karena mencerminkan ketidaksetaraan gender. Kewirausahaan perempuan yang hanya berbasis rumahan sama saja dengan tidak memberikan kesempatan pada perempuan untuk setara dengan laki-laki.
Baca Juga: Manfaat dan Kebijakan Pemberdayaan Perempuan Bagi Usaha
Hal ini diperparah dengan harus memikul beban tambahan, yakni melakukan pekerjaan rumah tangga. Merujuk data yang dikeluarkan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Indeks Pembangunan Gender atau IPG (mengukur kesenjangan pembangunan laki-laki dan perempuan) Indonesia belum ideal. Target tahun 2019 yang dicanangkan sebesar 92,00 pada tahun 2019 tidak tercapai. Di tahun itu, capaian IPG hanya berada di angka 91,07.
Gambar diambil dari kemenpppa.go.id
Sedangkan di mata dunia, Gender Inequality Index (GII) atau Indeks Ketimpangan Gender di Indonesia meraih skor tertinggi untuk kawasan ASEAN. Indonesia mempunyai skor GII 0,48 poin. Angka ini menunjukkan jika Indonesia belum optimal untuk urusan pencapaian pembangunan gender dalam kawasan ASEAN. Untuk yang lebih besar lagi seperti negara di Asia Timur dan Pasifik, pencapaian pembangunan gender di Indonesia juga belum optimal. Ketimpangan gender Indonesia tahun 2019 berada di peringkat ke 121 dari 162 negara.
Baca Juga: Peluang Pasar Produk Mainan Anak
Peluang Pemberdayaan Perempuan
Meskipun dihadapkan dengan kondisi bias gender, nyatanya peluang pasar dalam usaha memberdayakan perempuan masih terbuka lebar. Hal ini juga berlaku pada wirausaha perempuan yang terbilang masih belia. Asalkan, mereka diberikan akses, peluang, dan kesempatan. Berikut, beberapa rekomendasi agar perempuan-perempuan Indonesia dapat mengakses dan menciptakan peluang yang ada pada sektor kewirausahaan, termasuk bagaimana caranya menjadi seorang pemimpin.
1. Jangan Lepaskan Pengusaha Wanita dan Beri Dukungan
Kebanyakan pengusaha terutama yang masih belia tidak percaya diri pada kemampuannya sendiri karena didasari oleh ketakutan untuk gagal. Belum lagi munculnya penyebab lain yang semakin membuat wanita tidak mau melakukan pengembangan diri saat menjalankan usaha. Cara mengatasinya, beri dukungan untuk membangun rasa percaya diri termasuk memberikan perempuan hak-hak saat mengambil keputusan. Kemudian, berikan ruang dalam mengemukakan pendapat saat mereka menghadapi masalah. Berikan juga perempuan panggung untuk mencoba menjadi pemimpin, kemudian buat dia menjadi gagal, tanpa sedikitpun menimbulkan dampak negatif.
Baca Juga: Tipe-tipe Struktur Kepemilikan pada Social Enterprise
Beri juga mereka peluang untuk mendengar dan belajar dari kisah sukses yang masih berhubungan dengan usaha yang digeluti. Tujuan itu untuk melahirkan, membangkitkan cita-cita yang diidamkan. Yang juga tak kalah penting, pengusaha wanita juga direkomendasikan mendapatkan peluang dalam membentuk kesadaran secara kritis dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan mempertanyakan perihal kekuasaan yang dianggap paling berpengaruh bagi kehidupan. Cara ini bertujuan untuk membentuk kesadaran diri, kepercayaan, harga diri, sampai anti diskriminasi gender.
2. Libatkan Semua Pihak Agar menjadi Antek-antek Perubahan
Semua pihak dapat membantu pengusaha wanita dalam mengubah ketimpangan gender. Beberapa caranya seperti mengubah tekanan menjadi dukungan, menunjukkan keberhasilan wanita dalam bentuk audio, video, media sosial tentang perempuan yang menentang aksi membeda-bedakan gender.
Beri juga akses jalur pendidikan dan pengembangan keterampilan agar bisa lebih diarahkan supaya lebih siap lagi dalam menjalankan usaha. Pengembangan keterampilan keuangan, hukum, dan digital juga jangan dianggap penting. Siapkan juga lembaga pendidikan, dan penyedia teknologi dengan harga terjangkau dan berbagai platform agar mudah diakses, terutama bagi pengusaha yang berada di daerah terpencil.
3. Pendidikan Adalah Karir
Kebanyakan para pengusaha wanita menganggap hambatan utama mereka adalah bagaimana caranya memulai dan menjalankan bisnis. Masalah itu timbul karena kurangnya akses, informasi sampai minimnya layanan dukungan. Termasuk mendapatkan keterampilan keuangan, hukum, dan akses digital.
Kaum perempuan terutama dari golongan muda merasa bahwa literasi keuangan dan teknologi digital begitu penting bagi kelangsungan usaha. Sementara untuk wilayah pedesaan yang tak terjangkau jaringan internet, siapkan ruang dan kelompok masyarakat agar mereka dapat menggunakan layanan tersebut sebagai penyedia akses pengembangan keterampilan.
Baca Juga: Marketing Campaign, Seberapa Efektif Meningkatkan Penjualan?
4. Siapkan Tempat Bertanya
Ketika akses informasi serta layanan dukungan tak didapat, para wanita menganggapnya sebagai rintangan utama. Sehingga perlu dibuat layanan dukungan usaha yang dapat bekerja melalui upaya pemasaran yang tepat, saluran dan penyampai informasi, inovasi dalam penyampaian layanan. Lahirkan juga solusi mendalam dalam persoalan akses informasi terutama dukungan terhadap bisnis. Siapkan juga para pengusaha dengan mentor-mentor terutama bagi kalangan perempuan muda terkait akses ke koneksi bisnis.
5. Berikan Bantuan Secara Berkala
Bantuan dibutuhkan untuk mendukung wirausaha perempuan dalam membangun aset, mulai dari keuangan, properti, dan digital. Libatkan juga berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dan sektor swasta untuk mengenali, mengurangi, dan memberikan dukungan dalam menutup kekurangan. Bantu juga mereka untuk memperluas akses terhadap produk dan jasa keuangan termasuk dukungan pada platform bisnis. Ingatkan juga, urusan rumah tangga merupakan tanggung jawab bersama.
Baca Juga: Inilah Platform E-Commerce yang Mendorong Omset UKM
Setelah membaca artikel artikel diatas, kita jadi tahu jika usaha kecil amat berperan bagi kalangan masyarakat dan menyediakan lapangan kerja. Sayangnya persoalan ketidaksetaraan gender membuat kemampuan pengusaha wanita menjadi terbatas. Walaupun kalangan wirausaha menghadapi tantangan yang berat, peluang pasar dalam usaha memberdayakan perempuan terbukti masih terbuka lebar. Hanya saja mereka harus diberikan akses, peluang, dan kesempatan.
Jangan biarkan perempuan kesulitan untuk memulai dan mengembangkan usahanya. Hal itu karena di Indonesia sendiri, jalur pendidikan perempuan berbeda dengan laki-laki. Kaum wanita paling terdampak dengan masalah keuangan, kehamilan, sampai tanggung jawab mengurus rumah tangga. Yang ujung-ujungnya menghalanginya untuk berwirausaha.
Referensi:
- https://www.antaranews.com/berita/2039466/wirausaha-wanita-diharapkan-dorong-kesetaraan-gender
- https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29...
- https://www.kemenkopmk.go.id/pemberdayaan-perempua...
- https://ekon.go.id/publikasi/detail/3143/pemberday...
- https://www.bps.go.id/subject/40/gender.html#subje...
- https://gorontalo.pikiran-rakyat.com/ekonomi/pr-19...
- https://indonesiabaik.id/infografis/perempuan-jadi...
- https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/44ac0...
- https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/24...
- https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/1...
- https://katadata.co.id/maesaroh/berita/615be9afc55...