Sumber gambar : Promediateknologi.com
Berbisnis di bidang kuliner bisa menjadi sangat rumit. Tidak seperti produk makanan kaleng atau olahan, bisnis kuliner yang meliputi katering, restoran, dan kafe harus memperhitungkan lebih banyak hal. Mulai dari pertimbangan pemakaian bahan baku yang cepat basi, pengelolaan tempat makan, hingga pemilihan lokasi dan jaringan pelanggan. Semua ini juga dialami oleh Winny Soendaroe, seorang catering strategist yang sudah bertahun-tahun malang melintang di industri bisnis kuliner.
Sempat menerbitkan buku The Success Secret of A Catering Queen lewat salah satu penerbit besar di Indonesia, Winny membagikan pengalamannya bergelut di bidang kuliner. Seperti apa suka dukanya? Yuk, simak perjalanan Winny lewat artikel berikut ini!
Menjadi Seorang Catering Strategist
Di awal karirnya, Winny yang baru selesai belajar di luar negeri berkesempatan mendirikan usaha katering miliknya, yang dinamakan PIMENTO Catering Service. Banyak hal yang ia pelajari di masa-masa tersebut. Jika ditanya bagaimana strategi paling tepat untuk berbisnis katering? Winnya menjawab bahwa untuk melakukan ekspansi bisnis dalam mengembangkan catering tidak hanya melalui satu jalan, melainkan ada banyak pintu.
Baca Juga : Wirausaha Kuliner Perlu Perhatikan Perizinan Ini
Winny Soendaroe merupakan seorang pegiat bisnis katering yang sudah memiliki pengalaman di bidang tersebut. Ia mengawali karirnya dengan bisnis katering kecil-kecilan, yang kemudian perlahan berkembang hingga ia memiliki restoran sendiri. Saat ini, restoran miliknya mampu menampung 180 sitting, dengan 42 pekerja. Untuk dapat menarik pelanggan, ia konsisten mengadakan demo masak di restoran.
Winny kemudian berinisiatif menulis sebuah buku guna menjawab kebutuhan teman-teman pegiat katering akan tips dan trik yang tepat dalam menghadapi tantangan dalam menjalankan bisnis ini. Sebab, nyatanya banyak yang punya kesulitan sama dan susah menemukan solusinya. Lewat buku The Success Secret of A Catering Queen, ia berharap bisa membantu rekan-rekan sesama pebisnis kuliner dalam menghadapi tantangan bisnis mereka.
Lahap Tour
Salah satu kekhawatiran Winny yang terbesar adalah mengenai kurangnya giatnya kuliner-kuliner Nusantara diperkenalkan ke mancanegara. Padahal menurutnya, masakan Indonesia punya potensi besar untuk menembus pasar global. Apalagi jika promosinya disandingkan dengan cerita sosio-kultural di balik makanan tersebut.
Makanan Indonesia tidak banyak dikenal di mancanegara, padahal kuliner Nusantara sangat kaya. Saking beragamnya, menjadi sulit bagi pegiat kuliner untuk menjelaskannya ke masyarakat global. Faktanya, cukup menakutkan bagi orang asing untuk masuk ke suatu tempat yang tidak dikenal, dengan hidangan yang juga tak kalah asing. Saat berkunjung ke rumah makan Padang pun, wisatawan asing kerap hanya memesan rendang yang memang sudah diakui dunia. Mereka jarang memesan menu lain, lantaran tidak banyak penjual makanan Padang yang bisa dengan luwes menjelaskan tentang varian hidangan lainnya. "Dari apa dibuat, apa saja bahannya, bagaimana pengaruh masyarakat dalam pembuatannya, dan fakta-fakta menarik lain seputar kuliner tersebut," papar Winny.
Baca Juga : Tang Kitchen, Usaha Kuliner Yang Dirintis di Usia Muda
Konsep berbagi pengetahuan tentang ragam kuliner Nusantara inilah yang kemudian diusung oleh Lahap Tour. Lewat tur wisata kuliner, Winny dengan bangga memperkenalkan makanan dan minuman lokal kepada wisatawan mancanegara. Lahap Tour merupakan suatu bisnis tour guide, namun khusus untuk makanan dan kuliner. Ia bekerjasama dengan para pemilik usaha restoran dan kuliner untuk membawa tamu-tamunya ke tempat-tempat makan tersebut. Kebanyakan peserta wisatanya adalah turis mancanegara yang memang penasaran dan ingin mencicipi ragam citarasa masakan khas Indonesia. Lewat bisnis ini, Winny ingin membuat orang lebih menghargai dan mengerti Indonesia melalui cerita tentang kebudayaan kuliner Nusantara.
Konsep Jelajah Kuliner yang dimiliki Winny tentu tidak hanya membahas menu-menu kuliner saja, melainkan juga menceritakan cuplikan sejarah, tokoh pendiri, dan masyarakat yang adan dan terlibat dalam kuliner tersebut. Semua ini mereka dapatkan sembari menikmati kuliner-kuliner khas daerah yang sedap di lidah.
Misalnya saja, tentang Wedang Uwuh. Saat menyajikan menu ini, Lahap Tour tidak hanya menjelaskan tentang komposisi dan proses pembuatan uwuh, melainkan juga cerita masyarakat di baliknya. Tentang bagaimana Wedang Uwuh bisa menjadi oleh-oleh khas suatu daerah, bagaimana orang-orang lokal memandang Wedang Uwuh, hingga apa pengaruh kuliner tersebut terhadap identitas suatu daerah. Sebab, kuliner khas daerah bukan hanya sekedar makanan. Namun juga punya cerita sosio-kultural di baliknya.
Baca Juga : Mengembangkan Usaha Kuliner Dengan GrabKitchen
Contoh lainnya adalah Es Teler, yang sejatinya merupakan dessert. Saat Winny mengenalkan menu ini di luar negeri, sulit bagi pelanggannya untuk memahami bahwa ada satu kuliner yang memungkinkan kita untuk minum sembari mengunyah butir-butir cendol. Dalam proses mengenal kuliner ini, secara tidak langsung pelanggannya juga perlahan memahami bagaimana masyarakat Indonesia menikmati makanan mereka. Hal ini juga dilakukannya dengan kuliner-kuliner lain khas Nusantara.
Tak hanya itu, Winny juga membawa para peserta Lahap Tour ke tempat-tempat penjualan bahan makanan, seperti Pasar Ikan Modern Muara Baru. Di sini, wisatawan bisa melihat dan memilih sendiri ikan yang akan dimasak, hingga kemudian dihidangkan di atas piring. Tak hanya itu, Winny juga memberikan kontak-kontak restoran yang memang menyajikan masakan dan minuman yang ia kolaborasikan dalam program wisata Lahap Tour.
Melalui Lahap Tour yang kini sedang berkembang, Winny berharap kuliner Nusantara bisa lebih mendunia. Tak hanya rendang dan gudeg, ia ingin masakan-masakan khas daerah lain juga turut diangkat ke mancanegara. Ini adalah salah satu caranya untuk melestarikan kuliner khas Nusantara.
Baca Juga : 10 Tips Membuat Foto Konten yang Menarik Untuk Produk Makanan
Merubah Haluan Ketika Pandemi
Saat pandemi, banyak kondisi yang berubah, termasuk di bisnis kuliner. Namun di sisi lain, muncul babak baru dalam perkembangan industri yang memusatkan penjualannya pada produk kreasi makanan tersebut. Menurut Winny, dalam menghadapi kondisi ini, pebisnis kuliner harus pintar menyiasati keadaan dan mengubahnya jadi cuan.
Salah satu caranya adalah dengan kolaborasi. Ada keuntungan dari konsep ini, yaitu dalam hal efisiensi dan mengurangi kompetisi sesama pebisnis kuliner. Saat seseorang punya mimpi atau target untuk membuka restoran, tentu ada jalan terjal yang harus ia lalui untuk merealisasikannya. Ada risiko tinggi di banyak aspek, mulai dari perputaran uang, keterbatasan bahan untuk produksi, biaya untuk menjalankan restoran, dan sebagainya.
Namun, dengan berkolaborasi, beban pikiran bisa jadi lebih ringan. Misalnya saja, saat menjalankan usaha katering, kita harus bisa sendiri membuat berbagai macam menu yang belum tentu sesuai selera pelanggan. Saat berkolaborasi, kita bisa membagi tugas untuk masing-masing menu sesuai dengan spesialisasi pihak yang diajak berkolaborasi. Tak hanya itu, kita juga bisa berbagi pengalaman dan pengetahuan dari beberapa bidang kuliner yang berbeda. Menurut Winny, kolaborasi bisa diwujudkan dengan menggandeng sesama pebisnis kuliner dalam berkarya dengan menggunakan konsep Cloud Kitchen. Dari sini, Winny yakin industri kuliner lokal bisa bertahan, bahkan menghasilkan omzet yang lebih besar.
Dari pengalamannya selama bertahun-tahun di dunia kuliner, Winny sudah mengalami pahit dan manis bisnis makanan Nusantara. Ia telah melihat perubahan wajah industri kuliner dari tahun ke tahun. Di era digital, bisnis kuliner harus bisa beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat dan teknologi. Hal ini bisa menjadi inspirasi bagi teman-teman UKM yang baru mulai meniti karir di industri kuliner. Jangan lupa, memanfaatkan kemajuan zaman bisa jadi kunci sukses menjalankan bisnis kuliner.
Baca Juga : Membangun Diferensiasi Produk Pada Bisnis Kuliner
Referensi :
https://www.facebook.com/winny.soendaroe.18
https://ebooks.gramedia.com/id/buku/penulis/winny-...