Hambatan dalam Perdagangan Internasional – Dalam berbisnis, tentunya kita perlu mengembangkan strategi agar produk kita bisa semakin dikenal luas oleh masyarakat. Tidak hanya di dalam negeri, kini kita bisa memperluas target konsumen melalui perdagangan internasional, dengan melakukan kegiatan ekspor-impor produk.

Namun, dalam prakteknya ternyata perdagangan internasional tersebut tidak selalu berjalan mulus. Pasalnya, kegiatan ini melibatkan negara-negara lain dengan beragam latar belakang yang dimiliki, seperti kondisi keuangan, pendidikan, dan lainnya. Keberagaman inilah yang terkadang menjadi hambatan bagi kita. Kira-kira, apa saja ya hambatan yang mungkin terjadi dalam perdagangan internasional ini? Daripada penasaran, dalam artikel ini kita akan membahas mengenai 7 hambatan dalam perdagangan internasional yang perlu diketahui oleh pelaku UMKM. Disimak ya!

1. Akses Menuju Pasar Internasional yang Sulit

Salah satu hambatan utama bagi UMKM adalah akses ke pasar internasional yang kompetitif. Banyak UMKM menghadapi kesulitan dalam memasuki pasar luar negeri karena kurangnya informasi tentang persyaratan pasar, regulasi, dan standar internasional. Keterbatasan informasi pelaku UMKM terhadap peluang pasar inilah yang menjadi salah satu penyebab produknya sulit menembus pasar global. Selain itu, minimnya infrastruktur logistik juga membuat daya saing produk UMKM nasional relatif lebih rendah.

Tentunya, hal ini memerlukan peran dari pemerintah untuk membantu UMKM dengan memberikan pelatihan dan dukungan dalam hal memahami pasar target mereka. Program-program ini dapat mencakup pelatihan tentang ekspor-impor, peraturan perdagangan internasional, dan standar kualitas produk. Selain itu, bagi para pelaku UMKM juga bisa mencari info tentang target pasar mereka secara online, atau info tentang regulasi/kebijakan negara tujuan ekspor sebagai upaya dalam memudahkan akses pasar tersebut.

Baca Juga: Mengenal Kartu Virtual, Media Transaksi dan Pembayaran Digital Untuk Bisnis Internasional

2. Biaya Logistik yang Tinggi

Biaya logistik seringkali menjadi hambatan besar bagi UMKM yang ingin terlibat dalam perdagangan internasional. Biaya pengiriman, bea cukai, dan penyimpanan dapat membuat produk UMKM menjadi tidak kompetitif di pasar internasional. 

Setiap negara yang dijadikan sebagai tujuan ekspor tentunya memiliki prosedur bea cukainya sendiri. Beragam prosedur inilah yang kadang menyebabkan akses pengiriman barang yang terbatas, apalagi dilatarbelakangi dengan kondisi politik dan budaya yang berbeda. Inilah pentingnya bagi pelaku UMKM untuk melakukan riset dan pengembangan terlebih dahulu terhadap produk dan negara yang dituju, sebagai bahan pertimbangan sebelum melakukan kegiatan ekspor secara internasional.

Selain itu, pemerintah dan lembaga keuangan lainnya juga dapat membantu pelaku UMKM dengan memberikan akses ke layanan logistik yang terjangkau. Misalnya seperti penyesuaian tarif pengiriman khusus untuk UMKM, serta memberikan akses ke fasilitas penyimpanan dan distribusi yang terjangkau.

Dari sisi pelaku UMKM, kita bisa meminimalisir biaya logistik yang tinggi dengan mencari tahu biaya pengiriman ekspedisi termurah untuk negara tujuan ekspor, atau bisa juga bebankan biaya tersebut ke konsumen. Kita juga dapat mengikuti program konsolidator yang diadakan oleh pihak/badan usaha tertentu, contohnya seperti Shopee Ekspor.

3. Peraturan dan Standar Internasional

Peraturan dan standar internasional seringkali terlihat rumit dan membingungkan bagi UMKM. Akibatnya, peraturan yang terlalu mengikat dan rumit tersebut bisa menghambat akses UMKM ke pasar global. Pada area produksi, minimnya standar produk kita yang belum sesuai dengan standar global menjadi penghalang bagi UMKM untuk bisa menembus ke pasar global. Kebanyakan produk kita memiliki standar yang tidak konsisten, sehingga perkembangannya menjadi sulit untuk diukur.

Maka dari itu, peran pemerintah juga diperlukan di sini untuk memfasilitasi UMKM dengan menyediakan panduan yang jelas tentang persyaratan teknis dan regulasi perdagangan internasional. Mereka juga dapat memberikan dukungan dalam proses sertifikasi produk untuk memastikan bahwa produk UMKM memenuhi standar internasional. Bagi para pelaku usaha, kita bisa mencari tahu regulasi negara tujuan ekspor di internet, atau bertanya langsung kepada pihak buyer tentang regulasi impor di negaranya.

Baca Juga: Mengenal Website Alibaba, E-Commerce yang Bisa Bikin UMKM Go Internasional!

4. Persaingan dengan Perusahaan Besar

UMKM sering kali harus bersaing dengan perusahaan besar yang memiliki sumber daya dan jaringan yang lebih besar dalam perdagangan internasional. Hal ini dapat membuat UMKM merasa terpinggirkan dan sulit bersaing. Maka dari itu, sejatinya pelaku UMKM sangat membutuhkan pendampingan dalam meningkatkan tata kelola usahanya dan daya saing produk mereka.

Pemerintah juga bisa ikut membantu dengan memberikan akses ke platform perdagangan internasional yang mempromosikan produk-produk mereka secara khusus. Selain itu, kemitraan antara UMKM dan perusahaan besar dapat membantu meningkatkan akses UMKM ke pasar internasional. Bagi para pelaku usaha, solusi yang bisa dilakukan terhadap persaingan ini adalah dengan mempertahankan kualitas produk dan kualitas kemasan. Jika pihak buyer sudah sering melakukan repeat order, jangan sampai kualitas produk kita menurun agar mereka tidak berpindah ke produk kompetitor.

Jika terjadi persaingan harga, kita dapat menyiasatinya dengan mengoptimalkan faktor-faktor produksi agar harga bisa tetap stabil. Misalnya seperti melakukan kerjasama atau menjalin kontrak dagang dengan beberapa supplier.

5. Risiko Mata Uang dan Pembayaran

Fluktuasi mata uang dan risiko pembayaran dapat menjadi hambatan besar bagi UMKM yang terlibat dalam perdagangan internasional. Perubahan nilai tukar mata uang yang dinamis, dapat mengurangi keuntungan atau bahkan mengakibatkan kerugian bagi UMKM. Dalam kegiatan perdagangan antar negara, biasanya pihak eksportir akan melakukan pembayaran dengan mata uang negara yang menerima. Misalnya, Jepang membayarkan ekspor minyak dalam rupiah ke Indonesia.

Tetapi, jika perdagangannya dilakukan di benua besar seperti Eropa atau Amerika, umumnya mereka sudah menggunakan mata uang internasional untuk menghindari risiko mata uang tersebut. Biasanya, mata uang yang digunakan adalah Dolar atau Euro.

Adapun cara untuk mengatasi fluktuasi mata uang ini salah satunya adalah dengan membuat perjanjian/agreement antara pelaku UMKM dengan pembeli. Pada perjanjian tersebut, kita dapat mencantumkan bahwa sistem pembayarannya telah dikonversi berdasarkan nilai kurs di tanggal pada saat kontrak dagang diterbitkan. Tentunya, nilai pembayarannya juga akan mempertimbangkan fluktuasi kurs yang berlaku. Contohnya, pada saat itu kurs yang berlaku adalah 1 USD: Rp. 15.000, fluktuasi kurs Rp. 500-Rp. 1.000. Maka, di perjanjian/agreement bisa dibuat kesepakatan kursnya, misalnya Rp. 15.500.

Baca Juga: Bikin Konsumen Percaya dengan Bisnismu, Begini 4 Cara Membangun Kredibilitas Website untuk UMKM

6. Sistem Hukum Kegiatan Ekspor yang Kompleks

Sebelum melakukan kegiatan ekspor, para pelaku UMKM perlu mempelajari terlebih dahulu tentang faktor hukum ekspor internasional. Beberapa negara memiliki sistem birokrasi yang sangat kompleks yang memerlukan dokumen dan sertifikat untuk memungkinkan proses pengiriman, serta memerlukan izin dan lisensi tertentu.

Sebagian besar dari perizinan dan lisensi tersebut akan diperbarui atau dipertahankan oleh perusahaan pengekspor untuk menjamin bahwa mereka telah disetujui untuk melakukan kegiatan ekspornya di seluruh dunia. Maka, dalam kegiatan ekspor tertentu mungkin akan menggunakan lisensi yang bersifat one-time atau satu kali, dikarenakan beragam sistem yang dianut oleh negara-negara yang dituju.

Bagi para pelaku UMKM, kita bisa mulai mengumpulkan informasi tentang sistem hukum di negara tujuan ekspor dengan berbagai cara. Misalnya dengan browsing secara langsung di internet, menanyakan ke buyer, ataupun saling sharing dengan pelaku usaha lainnya yang pernah melakukan ekspor ke negara yang dituju. Jika memungkinkan, kita juga bisa menanyakan infonya ke klinik konsultasi ekspor bea cukai.

7. Hambatan Penguasaan Bahasa Asing

Kemudian, hambatan lain yang kerap ditemui para pelaku UMKM adalah hambatan bahasa. Apalagi jika pelaku UMKM mengekspor ke negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama, akan sangat sulit untuk menjamin kegiatannya berjalan lancar, efisien, dan tepat. 

Rendahnya kualitas SDM menjadi salah satu faktor hambatan dalam perdagangan internasional ini. Hal tersebut bisa berdampak buruk juga pada penilaian produk yang diekspor. Jika produk dinilai kurang berkualitas, maka nilai jualnya akan cenderung lebih rendah dari yang diharapkan.

Persaingan dengan negara lain ini sebenarnya bisa menjadi dorongan untuk meningkatkan kualitas SDM dalam segi penguasaan bahasa asing. Apabila memang dirasa membutuhkan waktu yang tidak sedikit, maka kita dapat mulai dengan fokus meningkatkan kualitas produk dan pemasarannya dahulu. Melalui peningkatan mutu produk ekspor dan promosi yang optimal, maka produk tersebut bisa lebih diperhitungkan dalam perdagangan internasional. 

Adapun salah satu solusi yang cocok dari hambatan bahasa ini adalah dengan menyewa penerjemah bahasa yang relevan, agar mereka dapat terlibat dengan UMKM dalam kegiatan ekspor/impor di negara yang dituju. Atau bisa juga dengan belajar bahasa Inggris secara langsung, bisa dimulai dari tingkat dasar dahulu. Perlu diingat bahwa solusi ini tentu memerlukan biaya tambahan, maka dari itu penting bagi pelaku UMKM untuk menyusun perencanaan keuangan dan strategi bisnis yang tepat untuk ekspor.

Baca Juga: 7 Tips Mengelola Keuangan Bisnis ala Buku The Psychology of Money untuk Kunci Kestabilan Finansial

Nah Sahabat Wirausaha, dari 7 contoh hambatan perdagangan internasional di atas kita bisa mempelajari bahwa keberagaman dan kondisi latar belakang dari berbagai negara sejatinya tidak menjadi penghalang untuk mengembangkan bisnis. Apalagi jika kita berhasil menghadapi hambatan tersebut, tentunya pelaku UMKM dapat memanfaatkan potensi mereka dalam perdagangan internasional secara optimal. 

Selain itu, penting juga bagi pemerintah, lembaga keuangan, dan lembaga lainnya untuk bekerja sama dalam memberikan dukungan yang diperlukan bagi UMKM agar mereka dapat bersaing secara sehat dan di pasar global. Persaingan yang sehat antar UMKM tersebut dapat memperluas jangkauan konsumen, meningkatkan pendapatan, dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi global secara signifikan. Tetap semangat ya, Sahabat Wirausaha.

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM. 

Referensi : OCBC, OYIndonesia, CNBC