Desa Bendar, Desa Nelayan Miliarder - Indonesia memiliki ribuan desa yang tersebar di berbagai penjuru daerah dengan budaya yang khas dan melekat dengan identitasnya. Jika terbesit pikiran apakah ada desa dengan julukan sultan di Indonesia? tentu ada!

Desa Bendar dijuluki sebagai Desa Nelayan Miliarder dengan mayoritas masyarakat berprofesi sebagai nelayan yang kaya raya. Dengan meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan hidup masyarakatnya, desa ini juga dinobatkan sebagai desa terkaya di provinsi Jawa Tengah. 

Seperti apa latar belakang dan kisah inspiratifnya dalam memajukan perekonomian di Desa Bendar ini? Berikut simak pembahasannya lebih lanjut di bawah ini, yuk!


Latar Belakang Desa Bendar

Desa Bendar terletak di Kabupaten Pati, Jawa Tengah yang sudah ada sejak tahun 1950-an. Dahulunya, desa ini merupakan kawasan kumuh yang dihuni para nelayan dan tidak memiliki keistimewaan apapun dibandingkan desa lainnya.

Kebanyakan kehidupan warganya dahulu masih miskin, hingga para nelayan kesulitan untuk mencari makan sehari-hari. Tidak seperti sekarang, yang mana usaha di bidang perikanan di desa Bendar semakin berkembang sehingga berpengaruh terhadap kesejahteraan warga setempat. 

Sumber Foto: Youtube

Kemajuan desa ini pun banyak disorot oleh masyarakat Indonesia karena tata letak daerah pemukiman warga yang kini sudah terlihat rapi, bersih, dan teratur.  Sebutan ‘Desa Nelayan Miliarder’, sangat melekat melihat bagaimana banyaknya warga setempat yang berhasil memperoleh penghasilan hingga ratusan juta hingga miliaran rupiah setiap bulannya.

Baca Juga: Manfaatkan Potensi Desa, Kisah Ibu Rumah Tangga yang Berhasil Ekspor Gula Semut ke Mancanegara

Jajaran rumah mewah dan megah bisa ditemukan di sepanjang desa Bendar dengan sejumlah merk mobil mewah yang terparkir di halaman rumah. Bahkan setiap rumah warga tersebut dilengkapi dengan kolam renang dan tanaman hijau yang asri.

Para ‘Miliarder’ di desa ini bukan seorang juragan minyak, kelapa sawit, atau pengusaha tambang. Bukan juga bekerja kantoran, mereka lebih memilih untuk mengais rezeki sebagai nelayan dan pengusaha kapal untuk menangkap ikan.

Stigma tentang kehidupan nelayan yang merupakan golongan miskin seketika terpatahkan. Berkat bimbingan dari Pemerintah Daerah (Pemda) kepada para nelayan Desa Bandar, Warga di sana pun mampu membuka lapangan pekerjaan dan memajukan perekonomian desanya sendiri.


Viral Menjadi Desa Sultan yang Menginspirasi Masyarakat

Menyandang predikat sebagai desa terkaya di Jawa Tengah, Desa Bendar memiliki penghasilan rata-rata penduduknya mencapai Rp100 juta perbulan. Tidak heran mengapa jika Sahabat Wirausaha mengunjungi wilayah ini akan melihat perumahan bertingkat dan mewah di sepanjang jalan.

Hampir setiap warganya terutama yang bekerja sebagai nelayan sudah memiliki kapal. Setidaknya ada 500 kapal besar dan kecil yang dimiliki para nelayan untuk berlayar ke seluruh penjuru laut di Indonesia. Jika di perairan laut biasa sedang tidak panen, mereka bisa berlayar hingga ke perbatasan Australia dan Selandia Baru.

Sumber foto: beritakita.net

Kesuksesan ini tentu tidak lain karena kegigihan dan keuletan para warga setempat yang memiliki mental kuat sebagai pengusaha. Selain nelayan, ada banyak mata pencaharian yang dijalankan contohnya seperti penangkap ikan, bakul, pengelola restoran seafood, dan lain-lain.

Dilansir melalui RRI.co.id, Ice Setyoedi selaku kepala Urusan Lelang TPII Juwana membocorkan keuntungan para nelayan dalam sekali berlayar memiliki nilai yang cukup fantastis. Jika catatan hasil tangkapan dan harga ikan sedang normal atau melonjak tinggi, satu kapal bisa meraih keuntungan Rp500 juta hingga Rp1 miliar.

Begitu pula masyarakat yang bekerja sebagai bakul yang akan memborong hasil tangkapan nelayan di tempat pelelangan ikan. Perputaran uang untuk sekali pelelangan bisa menghasilkan Rp3 sampai Rp5 miliar per harinya.

Baca Juga: Inspiratif, Begini Cara Desa Panggung Harjo Berhasil Mengelola Dana Desa Untuk Pemberdayaan Masyarakat

Kisah lainnya juga menceritakan Bu Lis, seorang bakul desa Bandar yang bisa menampung 3-5 ton ikan dengan harga mencapai Rp23 ribu per kilogram dan nantinya penjualan ikan akan dikirimkan ke luar kota seperti Jakarta, Bogor, hingga Kalimantan. Dengan rata-rata pendapatan 3,5 ton ikan, Itu berarti dalam satu kali pelelangan Bu Lis bisa memperoleh omset hingga Rp80 jutaan per harinya.

Melihat potensi keuntungan yang cukup besar, tidak heran mengapa warga desa Bendar lebih memilih untuk berprofesi sebagai nelayan. Dan sangat jarang penduduk sekitar tertarik bekerja di kantoran atau merantau ke luar kota. 

Bahkan banyak pengusaha dari para nelayan ini mampu membuka peluang pekerjaan sehingga mendatangkan banyak orang dari luar kota untuk bekerja di desa tersebut. Hal ini dikarenakan pekerjaannya yang tidak menyasar pada golongan tertentu saja, bahkan pelajar hingga ibu rumah tangga juga menjalani pekerjaan sampingan sebagai nelayan.


Di Balik Kesuksesan Nelayan Desa Bendar

Untuk memajukan Desa Bendar, tentu ada banyak strategi dan langkah yang diterapkan oleh para nelayan dalam menyambung keberlangsungan hidup mereka. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi yang menjadi sebuah kesuksesan para nelayan di desa Bandar.

Contoh pertama, dalam mengembangkan bisnisnya banyak nelayan setempat memutuskan untuk mengajukan pinjaman modal usaha ke Bank setempat. Sebagian besar dari mereka ini juga kerap berinvestasi saham untuk kebutuhan perahu penangkap ikan. 

Tidak hanya itu saja, para Nelayan juga memiliki cara tersendiri untuk menghasilkan uang lebih banyak selain menangkap ikan. Ya, beberapa pengusaha lokal juga membuka restoran makanan laut dengan ragam kuliner yang khas dan menggugah selera.

Jika Sahabat Wirausaha berkunjung ke pesisir pantai di lautan Jepara, akan banyak ditemukan tempat makanan laut dengan menyuguhkan pemandangan alam yang menakjubkan. Ini membuktikan bahwa perkembangan desa Bandar tidak hanya memajukan sektor perikanan saja, melainkan bisa memanfaatkan meningkatkan peluang industri kuliner bisa menjadi objek wisata menarik untuk turis lokal hingga mancanegara.

Tidak berhenti sampai disitu, kesuksesan desa yang dikenal sebagai Nelayan sultan ini, rupanya masyarakat setempat juga memiliki tradisi turun temurun dengan melaksanakan sedekah laut. Tradisi ini merupakan rangkaian upacara yang terdiri dari proses larung di tengah muara Laut Jawa dan kemudian dilanjutkan dengan acara hiburan tradisional dan karnaval. 

Baca Juga: Bangkit dari Keterpurukan, Desa Bleberan Gunungkidul Jadi Desa Wisata Beromzet Miliaran dengan Manfaatkan Sumber Air 

Tujuannya adalah untuk memberikan wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya melalui sumber daya alam laut yang melimpah. Tradisi sedekah laut tidak hanya sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, tetapi bisa menjadi ajang silaturahmi antara sesama nelayan untuk kumpul bersama-sama. 

Dengan mewariskan tradisi ini secara turun menurun, hubungan antara sesama nelayan satu desa ini pun sangat erat. Hal ini lah yang membuat mengapa industri perikanan dan kehidupan para nelayan semakin sejahtera hingga saat ini.

***

Nah, itu dia sekilas tentang Desa Bendar yang dijuluki sebagai Desa Nelayan Miliarder. Dari kisah ini dapat disimpulkan bahwa dengan memiliki kegigihan, keuletan, serta tekad dalam berbisnis, tentu dapat memberikan dampak yang luar biasa untuk kehidupan pribadi hingga lingkungan sekitar.

Maka dari itu, penting untuk mengenali potensi yang ada di desa sendiri dan mengelolanya sebaik mungkin. Selain bisa menjadi sumber pendapatan yang melimpah, ini juga bisa sekaligus memberdayakan masyarakat desa dalam jangka panjang.

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM. 

Referensi:

  1. https://jateng.inews.id/berita/4-fakta-desa-bendar-kampung-nelayan-terkaya-di-indonesia-nomor-2-bikin-tercengang/3
  2. https://www.rri.co.id/index.php/saumlaki/indepth/214/sultan-desa-bendar-bukan-desa-kaleng-kaleng?page=5#indepth
  3. https://jateng.solopos.com/penghasilan-warga-rp100-juta-per-bulan-desa-ini-disebut-terkaya-di-jawa-tengah-1617390
  4. https://visitjawatengah.jatengprov.go.id/id/seni-budaya/sedekah-laut 
  5. https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/5319/Jurnal_Vicky%20Restu%20Nugroho%2014313260%20PDF.pdf?sequence=2&isAllowed=y