Cara Membuat Brand Guidelines – Bagaimana cara membuat target pasar selalu ingat tentang akan brand kita? Menjadi merek yang selalu diingat oleh konsumen, adalah tujuan utama kita melakukan branding. Untuk mencapainya, kita harus jeli dalam menyusun berbagai unsur yang bisa menarik perhatian konsumen secara efektif, baik dari jargon, logo, pemilihan warna, hingga gaya berkomunikasi. 

Aturan pembuatan dan pemakaian semua unsur tersebut bisa disatukan dalam sebuah panduan brand yang biasa Branding Guidelines. Dokumen ini penting sifatnya dalam upaya membangun identitas brand yang konsisten dan kuat. Dengan memiliki branding guidelines yang baik dan informatif, “pesan” yang ingin disampaikan dari brand usaha kita dapat disampaikan secara konsisten dan tepat. Nah, bagaimana cara membuatnya? Simak langkah-langkahnya berikut ini.

1. Memahami Identitas Brand/Merek Usaha

Sebelum memulai proses pembuatan branding guidelines, kita perlu memiliki pemahaman yang kuat tentang brand usaha yang ditawarkan terlebih dahulu. Kita bisa mulai dengan memahami beberapa pertanyaan kunci seperti berikut:

  • Apa nilai inti dan tujuan dari pembuatan brand kita?
  • Bagaimana kesan yang ingin dibangun saat brand kita dilihat oleh pelanggan/target audiens?
  • Apa elemen visual yang ada dalam brand kita saat ini, seperti logo, warna, dan tipografi?
  • Apa tone dan gaya komunikasi yang cocok dengan brand kita?
  • Bagaimana mempertahankan reputasi brand yang baik terhadap pelanggan/target audiens?

Baca Juga: 6 Alasan Pentingnya Membangun Brand yang Kuat Bagi UMKM

Setelah memahami beberapa pertanyaan di atas, kita bisa menyusun jawabannya sebagai identitas brand kita yang akan diperkenalkan ke target audiens. Identitas ini juga akan membantu kita dalam mengkomunikasikan pesan brand secara konsisten dan sesuai dengan visi perusahaan.

2. Identifikasi Elemen Visual yang akan Digunakan Pada Brand

Setelah memahami identitas brand kita, selanjutnya adalah mengidentifikasi elemen visual yang akan digunakan. Elemen visual brand adalah elemen-elemen grafis yang menjadi ciri khas terhadap brand tersebut, seperti logo, warna, gaya huruf, serta gambar yang digunakan pada brand agar sesuai dengan target audiens. Dalam praktiknya, kita dapat mengumpulkan inspirasi terlebih dahulu untuk proses identifikasinya, seperti melalui praktik diskusi dengan tim atau rekan bisnis. Secara lengkap, elemen visual yang bisa didiskusikan adalah sebagai berikut: 

a. Desain Logo

Logo adalah “wajah” dari brand kita, sebagai elemen utama yang akan dikenali oleh pelanggan. Tetapkan variasi logo yang dapat digunakan pada berbagai warna latar belakang (background) dan ukuran (size). Misalnya, membuat desain logo usaha butik “Beautie’s Collection” dengan warna background merah muda. Maka, ukurannya juga perlu disesuaikan pada tempat atau keperluannya, seperti persegi 1:1 untuk logo di instagram, ukuran persegi panjang 16:9 untuk banner/ poster, dan sebagainya.

b. Palet Warna (Color Palette)

Selanjutnya, tentukan palet warna yang akan digunakan dalam kegiatan pemasaran dan komunikasi brand kita. Pastikan palet ini mencerminkan kepribadian brand dan mudah dikenali. Panduan palet warna sebuah brand umumnya terdiri dari dua bagian, yaitu primary brand colors (yang digunakan pada logo) dan secondary brand colors (yang digunakan pada website, brosur, dan pameran/exhibition stand). Palet warna ini juga memiliki kode tertentu, yang terdiri dari RGB (Red, Green, Blue) dan CMYK (Cyan, Magenta, Yellow, Key) agar hasil pencetakan warna terlihat konsisten atau persis dengan tampilan warna di website.

c. Tipografi/Gaya Huruf

Pilihlah gaya huruf yang sesuai dengan brand kita. Nantinya, gaya huruf ini akan digunakan pada semua teks pada dokumen branding guidelines yang dibuat. Gaya huruf tersebut mencakup pada teks judul, isi dokumen, dan bagian-bagian khusus seperti makna brand, filosofi brand, dan lainnya. Selain itu, gaya huruf ini juga harus didokumentasikan secara lengkap. Contohnya seperti jenis font, ukuran font, hingga penggunaannya pada dokumen branding guidelines yang dikembangkan.

d. Gambar (Image) atau Ilustrasi

Jika brand menggunakan gambar atau ilustrasi khusus, maka tetapkan gaya dan jenis gambar apa yang akan digunakan untuk keperluan konten. Gambar ini dapat berfungsi untuk menunjukkan “citra” sebuah brand, yang diletakkan secara digital pada website ataupun media sosial. Contohnya, jika pada usaha butik “Beautie’s Collection” memiliki target audiens remaja perempuan muda, maka bisa diilustrasikan dengan gambar yang memiliki kesan feminim, anggun, OOTD, atau lainnya. 

Baca Juga: Strategi Barbie Jadi Brand Mainan Terlaris di Dunia, Omzetnya Tembus Rp22,3 Triliun!

Setelah berdiskusi terkait beberapa elemen visual tersebut, kita bisa membandingkan juga branding guidelines yang dibuat oleh kompetitor. Misalnya dengan mencari tahu apakah logo mereka memiliki keunikan tertentu, atau cara brand tersebut menyampaikan pesan kepada pelanggannya agar lebih menarik. Setelah memahami karakteristik elemen visual brand dari kompetitor, kita akan cenderung memiliki penilaian tertentu dan menuangkannya pada branding guidelines sebagai “inspirasi” yang baru.

3. Menentukan Gaya Komunikasi/Brand Tone

Selain elemen visual, gaya komunikasi (brand tone) juga harus konsisten. Tentukan brand tone yang akan digunakan pada branding guidelines kita, yaitu bagaimana brand "berbicara" dengan audiens. Apakah brand akan menggunakan gaya komunikasi yang santai, formal, ramah, atau “berwibawa”? Hal ini bisa tertuang dalam teks yang ada di brand guidelines kita, mencakup pilihan kata, nada, dan gaya penyampaian pesan.

Selain itu, panduan brand tone perlu ditentukan secara tepat sesuai dengan target audiensnya, agar penyampaian pesan/nilai dan identitas sebuah brand bisa dipahami dengan baik. Misalnya, usaha butik “Beautie’s Collection” menggunakan kalimat sehari-hari yang memiliki kesan gaul dan kekinian, agar menarik target audiensnya yaitu remaja perempuan muda.

4. Membuat Aturan Penggunaan Branding Dengan Outline

Panduan branding harus mencakup aturan penggunaan yang jelas untuk semua elemen brand. Misalnya:

  • Bagaimana dan di mana logo boleh digunakan.
  • Bagaimana cara menyusun elemen-elemen visual pada branding dalam materi pemasaran.
  • Batasan warna latar belakang (background) yang cocok untuk setiap versi logo.
  • Penggunaan dan pengaturan tipografi dalam berbagai media (digital, cetak, dan lainnya).

Setelah memahami aturan tersebut dan selesai berdiskusi dengan tim/rekan bisnis, kita bisa langsung menuangkannya ke dalam bentuk outline terlebih dahulu. Misalnya untuk bagian makna/identitas brand, maka outlinenya bisa berupa visi, misi, dan nilai dari brand tersebut.

Selain itu, untuk elemen logo kita bisa menceritakan bagaimana filosofi di balik pemilihan logo tersebut. Kemudian ditambahkan dengan bagaimana cara yang tepat menggunakan logo, serta apa saja hal yang dilarang untuk membuat logo untuk brand. Jangan lupa untuk dibuat secara informatif agar tidak menimbulkan keraguan atau pertanyaan terhadap pembaca outline brand guidelinesnya.

Setelah membuat outline, sebaiknya segera tentukan apakah pedoman tersebut akan dibuat dalam bentuk file digital (seperti PDF, PNG, dan lainnya) atau dicetak dengan ukuran tertentu. Penentuan ini sangat penting, mengingat bahwa brand guidelines adalah dokumen kerja untuk pedoman branding usaha kita, sehingga perlu dibuat sebaik mungkin.

5. Membuat Contoh Implementasi

Setelah outline sudah dipahami oleh tim bisnis kita, berikan contoh konkret tentang bagaimana brand harus diimplementasikan. Sertakan contoh-contoh dari berbagai media, seperti brosur, situs web, poster, hingga media sosial. Hal ini akan membantu pihak internal (tim bisnis dan konsultan – jika ada) dan eksternal (target audiens dan mitra – jika ada) untuk memahami cara yang benar untuk mempresentasikan brand.

Misalnya, branding guidelines milik “Beautie’s Collection” ingin mencoba implementasi outlinenya melalui beberapa format media di atas, yaitu media sosial dan situs web. Percobaan ini dipilih karena brand tersebut ingin menargetkan audiensnya secara digital terlebih dahulu. Maka, format brand yang digunakan bisa disesuaikan seperti penempatan logo dengan rasio 1:1 pada media sosial, dan 16:9 pada situs web. Kemudian, gaya penulisan dan jenis font bisa disesuaikan dengan platform digital yang digunakan. Jika sudah dirasa cocok oleh seluruh pihak yang terlibat, maka bisa langsung diterapkan.

Baca Juga: Panduan Praktis Cara Buat Logo Brand Sendiri untuk UMKM, Hanya 5 Langkah!

6. Publikasikan Branding Guidelines dan Edukasi Pihak Terkait

Terakhir, publikasikan branding guidelines yang telah dibuat dan pastikan agar bisa diakses dengan mudah (hassle-free). Branding guidelines sejatinya perlu diakses oleh semua pihak yang terlibat dalam menggunakan brand, baik dari tim bisnis kita maupun mitra. Selain itu, lakukan pelatihan atau sesi edukasi terhadap mereka untuk memastikan semua orang memahami branding guidelines tersebut dengan baik, dan menerapkannya pada kegiatan bisnis sehari-hari.

Membuat branding guidelines adalah langkah penting dalam membangun brand yang kuat dan konsisten. Panduan ini akan membantu brand dari segi profesionalitas, mengurangi keraguan target audiens, dan membangun kesan positif di mata pelanggan. Perlu diingat bahwa brand yang konsisten akan memperkuat citra brand itu sendiri, dan membantu menciptakan hubungan jangka panjang dengan audiens. Nah, semoga panduan membuat branding guidelines ini juga bisa dicoba oleh Sahabat Wirausaha, ya. Tentunya supaya usaha kita bisa semakin dikenal luas, serta memiliki citra yang baik di mata masyarakat. Sukses selalu!

Jika merasa artikel ini bermanfaat, silahkan bagikan atau share kepada teman dekat atau kerabat Kita. Jangan lupa juga untuk like dan berikan komentar pada artikel ini ya, Sahabat Wirausaha.

Referensi : Jojonomic, Dreambox, Glints, Accurate