Inovasi Organisasi – Sahabat Wirausaha, sebuah organisasi menjadi hal yang sangat penting atau krusial terhadap kesuksesan usaha. Pasalnya, sebuah organisasi dapat menjadi sebuah wadah diskusi (brainstorming), edukasi dan mencari solusi atas masalah bersama. Organisasi juga membantu untuk mengembangkan cara-cara baru dalam berbisnis, agar produk/layanan kita tetap relevan dan berkembang. Maka dari itu, dalam berbisnis pengembangan tersebut perlu didukung dengan inovasi organisasi.

Inovasi organisasi mengacu pada perubahan yang dilakukan dalam struktur, proses, sistem, dan budaya suatu organisasi. Tujuannya tidak lain untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya saing. Nah Sebagai pelaku usaha yang naik kelas kita juga perlu menerapkan inovasi organisasi ini sebagai budaya agar menjadi kebiasaan/habit yang baik. Penasaran jenis-jenis inovasi organisasi apa saja yang bisa diterapkan UMKM? Berikut daftar lengkapnya :

1. Inovasi Produksi

Inovasi produk atau layanan adalah jenis inovasi yang paling umum dikenal. Inovasi dapat dilakukan dengan mengembangkan produk atau layanan untuk memenuhi kebutuhan pasar, atau meningkatkan kualitas dari produk atau layanan sebelumnya.

Selain itu, inovasi juga bisa dilakukan melalui peningkatan desain, penambahan fitur baru, penggunaan teknologi baru, atau pengembangan proses produksi yang lebih efisien. Misalnya, pelaku usaha yang berinovasi terhadap produk tas rajutnya dengan menambah opsi tali selempang, dari sebelumnya yang hanya bisa dijinjing/digenggam saja.

Baca Juga: Cara Menjaga Jaringan Reseller, Agar Militan, Loyal, dan Produktif!

2. Inovasi Proses

Inovasi proses melibatkan perubahan cara pelaku usaha dalam menjalankan operasional bisnis mereka. Hal ini dapat mencakup penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang lebih baik, optimalisasi rantai pasok, penggunaan otomatisasi, atau perubahan dalam metode produksi. Inovasi proses bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan mempercepat waktu respons terhadap permintaan pasar.

Contohnya, dalam sebuah bisnis pelaku usaha menetapkan kebijakan bahwa akan ada pengurangan birokrasi atau aturan yang rumit. Birokrasi dinilai mendukung penundaan yang berakibat pada memperlambat inovasi. Hal ini juga menghambat kegiatan bisnis, karena perlu persetujuan dari banyak pihak sehingga pelayanan terhadap konsumen cenderung tidak optimal. Maka, sebaiknya hindari segala bentuk birokrasi yang tidak diperlukan dan melakukan kegiatan bisnis secara optimal.

3. Inovasi Pemasaran

Inovasi pemasaran berfokus pada strategi dan metode pemasaran yang baru dan kreatif. Pelaku usaha dapat menggunakan platform digital, media sosial, atau teknik pemasaran digital lainnya untuk mencapai target pasar yang lebih luas dan meningkatkan visibilitas merek mereka. Inovasi ini juga mencakup pengembangan strategi pemasaran yang lebih efektif, personalisasi pesan, dan penggunaan teknik promosi yang inovatif. 

Misalnya, pelaku usaha keripik singkong membentuk tim pemasaran digital/digital marketing yang menargetkan khalayak muda di Instagram dan TikTok. Dari sini, tim tersebut bisa melakukan inovasinya seperti memposting konten produk, mengadakan quiz seputar produk, ataupun menyediakan katalog produk pada platform tersebut.

4. Inovasi Manajemen

Inovasi manajemen pada organisasi melibatkan perubahan dalam struktur organisasi, sistem manajemen, dan budaya kerja. Pelaku usaha dapat mengadopsi pendekatan manajemen yang lebih fleksibel dan kolaboratif, memperkuat komunikasi internal, mendorong partisipasi karyawan, atau memperkenalkan praktik manajemen yang inovatif. Tujuannya tidak lain adalah untuk meningkatkan efisiensi operasional, mengoptimalkan penggunaan sumber daya, dan meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan.

Misalnya, pada saat sesi diskusi atau brainstorming, pelaku usaha dapat mengapresiasi tim atau karyawannya yang memiliki cara berpikir “out of the box” atau kalau bahasa zaman sekarangnya, “di luar nalar”. Contohnya pada bisnis singkong tadi, anggap saja ada ide dari karyawannya untuk membuat varian rasa singkong mozarella. Maka, selama sesi tersebut informasikan kepada mereka bahwa tidak ada ide yang buruk. Ide mereka bisa mengarah pada diskusi yang relevan, serta saran untuk perbaikan bisnis ke depannya. Yakinkan bahwa kita terbuka terhadap ide mereka dan “latih” untuk berpikir di luar kebiasaan.

Baca Juga: Ingin Mengembangkan Karyawan? Lakukan 4 Tips Berikut Agar Karyawan Produktif

5. Inovasi Mindset: “Kegagalan Bukan Akhir dari Segalanya”

Jika tidak pernah gagal, bisa diartikan bahwa kita belum berinovasi. Kegagalan tidak akan bisa dihindari ketika kita sedang berinovasi, karena hal tersebut merupakan bagian dari tantangan. Memang pada dasarnya tidak ada yang mau untuk menghadapi kegagalan tersebut. Namun, memahami bahwa apapun bisa saja terjadi dan menerimanya (everything is gonna be alright) adalah salah satu ciri mindset yang hebat.

Contohnya, ide produk tentang keripik singkong mozarella ternyata menghadapi kegagalan di pasar, yakni kurang diminati sehingga tidak laku karena dianggap aneh oleh masyarakat. Anggap saja bahwa hal tersebut memang lumrah terjadi, karena sebuah ide pasti memiliki dua sudut pandang berbeda. Maka, kita bisa berdiskusi kembali terkait produk tersebut seperti misalnya kembali melakukan riset target konsumen di tempat lain, mengadakan polling terkait antusiasme konsumen terhadap varian keripik tersebut, dan sebagainya.

6. Inovasi Kolaborasi

Inovasi kolaborasi melibatkan kerja sama antara pelaku usaha dengan mitra strategis, seperti lembaga pendidikan, institusi penelitian, atau perusahaan lain. Melalui kolaborasi ini, pelaku usaha dapat memperoleh akses ke pengetahuan, sumber daya, dan kesempatan baru. Inovasi kolaborasi juga dapat melibatkan jaringan atau asosiasi bisnis tertentu untuk saling mendukung dan berbagi informasi. 

Misalnya, pelaku usaha keripik singkong yang mengadakan kolaborasi dengan kalangan mahasiswa di suatu perguruan tinggi. Nantinya, produk tersebut bisa ditawarkan kepada mahasiswa dan lingkungan sekitarnya atau menjadi sample produk untuk suatu acara/kegiatan tertentu, seperti seminar kewirausahaan, bazar kampus, atau lainnya.

7. Inovasi Komunikasi yang Inklusif

Terakhir, menciptakan komunikasi yang terbuka akan mendorong berbagi ide, koordinasi, dan diskusi yang baik. Salah satu cara penting dalam membangun komunikasi yang terbuka adalah dengan membangun hubungan antar karyawan/mitra yang kuat. Hubungan yang berkualitas tinggi dan kenyamanan yang dihasilkan memungkinkan pembelajaran yang lebih baik dalam organisasi dan berkontribusi pada inovasi. Maka dari itu, diperlukan adanya sistem kolaborasi yang saling mendukung agar tercipta budaya inovasi dalam suatu organisasi.

Misalnya, sebuah perusahaan sedang menghadapi tantangan pandemi COVID-19 yang berdampak cukup signifikan bagi perekonomian dan kinerja bisnis. Dalam menghadapi tantangan tersebut, perusahaan bisa tetap bertahan selama tetap menjaga komunikasi antar anggotanya. Seperti tetap mengabari kondisi terkini lewat pesan singkat, update seputar progress kerja secara online agar tidak tertular virus COVID-19, dan lainnya. Inovasi komunikasi ini tidak hanya membuat perusahaan bertahan di masa-masa sulit, tetapi juga bisa berkembang terhadap pesaing/kompetitornya.

Baca Juga: 8 Cara Efektif Menyampaikan Target Pada Karyawan, Bikin Bisnis Makin Produktif

Kelebihan dan Kekurangan Inovasi Organisasi bagi UMKM

Dari beragam jenis inovasi organisasi di atas, sebenarnya tiap pelaku usaha bisa menerapkannya sesuai kebutuhan bisnisnya. Budaya dan nilai positif yang terdapat pada inovasi ini dapat menjadi kekuatan bagi mereka dalam berbisnis agar semakin berkembang dan produktif. 

Misalnya, owner atau pemilik bisnis menerapkan budaya kerja yang fleksibel dan mengurangi birokrasi yang berbelit-belit. Jadi, jika ada karyawan yang memiliki sebuah ide yang ingin dituangkan pada bisnis, ia cukup memberi tahu owner tersebut dan bisa langsung dieksekusi sesuai kebutuhan. Kelebihan tersebut juga bisa membantu pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnisnya kapanpun dan dimanapun, melalui ide kreatif para karyawan yang bisa langsung diuji coba di lapangan.

Tetapi, dalam mengadopsi budaya inovasi tersebut, perlu diketahui juga bahwa pelaku UMKM patut mempertimbangkan faktor SDM atau karyawan yang dilibatkan dalam bisnisnya. Jika dilihat dari sudut pandang umum, masih banyak masyarakat di Indonesia yang kekurangan minat untuk berkembang dan kurang termotivasi (less motivated). Kebanyakan dari masyarakat kita juga masih belum mampu berpikir secara luas/masih di dalam kotak (in the box). Akibatnya, owner bisnis tersebut jadi berpikir dua kali karena selain memikirkan ide pengembangan bisnis, ia juga harus memikirkan karyawannya yang belum dapat “mengarahkan” bisnisnya ke arah yang lebih baik.

Maka dari itu, dalam mengimplementasikan ragam inovasi organisasi tersebut pelaku usaha perlu memperhatikan beberapa faktor penting. Contohnya seperti pemahaman pasar, analisis kebutuhan konsumen, pemilihan teknologi yang tepat, keterampilan karyawan, dan pengelolaan organisasi (evaluasi kinerja, perencanaan kegiatan, dan lainnya). Selain itu, kita juga perlu memiliki sikap terbuka terhadap perubahan dan kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis yang dinamis. 

Nah Sahabat Wirausaha, dari artikel ini kita dapat mempelajari bahwa inovasi organisasi dapat membantu pelaku usaha untuk meningkatkan daya saing, memperluas pangsa pasar, dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan. Penting bagi pelaku usaha untuk melihat inovasi sebagai investasi jangka panjang yang akan memberikan manfaat jangka panjang bagi bisnis mereka. Maka dari itu, bila ada kesempatan jangan ragu untuk mencoba inovasi ini ya, Sahabat Wirausaha!

Jika merasa artikel ini bermanfaat, silahkan bagikan atau share kepada teman dekat atau kerabat Anda. Jangan lupa juga untuk like dan berikan komentar pada artikel ini ya, Sahabat Wirausaha.

Referensi : HRNote, Studilmu, MyCarrier Telkom