Strategi Branding Melalui Label Produk – Tahukah Sahabat Wirausaha kalau sejak tahun 2010 lalu, kegiatan branding di Indonesia mulai berkembang dengan pesat? Ya, dengan branding ini kita bisa menjual produk kita 4 kali lipat dari harga pokok produksi (HPP)! Hal ini dikarenakan kegiatan branding bisa sangat mempengaruhi perilaku konsumen yang ditargetkan, jadi mereka tidak ragu dan merasa “yakin” terhadap produk yang akan dibeli.

Selain itu, kegiatan branding juga memiliki beberapa tujuan, seperti untuk sosial budaya, menjaga citra/reputasi, termasuk untuk mendapat profit dari sebuah bisnis. Dalam konteks bisnis, kegiatan branding ini bisa dilakukan juga melalui label pada produk yang ditawarkan. 

Oleh karena itu, dalam artikel ini kita akan mempelajari strategi melakukan branding melalui label produk agar sesuai dengan target konsumen, yang dirangkum dari Sesi Workshop “Label Tepat, Omzet Meningkat: Strategi Tingkatkan Bisnis UMKM #JadiCakep” oleh Arto Biantoro sebagai salah satu Brand Activist di Indonesia. Yuk lanjut!

1. Kenali Segmen Konsumen/Pasar yang akan Ditargetkan

Pertama, kita perlu mengenali segmen konsumen atau pelanggan untuk produk kita. Seperti yang kita ketahui, di dunia ini ada banyak sekali ragam jenis kebutuhan dari beragam karakteristik manusia. Setiap produk memiliki target segmen konsumennya masing-masing. Oleh karena itu, melalui kegiatan branding ini label produk kita pun perlu memperhatikan segmen konsumen atau pasar yang dituju.

Misalnya, kita ingin membuat label produk untuk madu kemasan. Maka, kita perlu menyesuaikan label produknya untuk setiap kalangan yang akan menjadi konsumen produk madu tersebut. Contohnya seperti membuat label dengan tulisan yang menarik dan mudah terbaca untuk konsumen dewasa, serta label dengan tulisan dan desain gambar (kartun lebah) untuk konsumen anak-anak.

Baca Juga: Mengapa Branding Penting Untuk Bisnis? Mengenal Manfaat dan Elemen Branding

2. Mulai dengan Lingkup atau “Niche” yang Mudah Dijangkau

Setelah mengenali segmen konsumen, kita bisa mulai dengan memasarkan produk ke lingkup sekitar atau yang mudah dijangkau. Misalnya saja seperti produk madu tadi, tawarkan saja dahulu ke tetangga sekitar atau kerabat dekat yang sudah berkeluarga dan memiliki anak-anak yang sedang bertumbuh. Kemudian, setelah mereka mulai menjadi “penikmat” produk madu kita, tidak menutup kemungkinan mereka juga akan merekomendasikan produk kita ke orang lain. Secara tidak langsung kita berpotensi untuk mendapat pelanggan baru.

Namun, jangan lupa untuk menyesuaikan juga dengan kapasitas produksi kita, ya! Termasuk untuk label produk, jangan sampai karena banyaknya pesanan dari konsumen membuat kita kehabisan stok label atau bahkan produk madunya. Jika sudah banyak pesanan, maka sudah saatnya untuk meningkatkan kapasitas produksi juga.

3. Tawarkan Produk dengan “Identitas” Brand yang Kuat dan Autentik

Jika berbicara dengan produk madu kemasan, tentunya kita tahu bahwa ada ribuan jenis brand dan merek yang menawarkan produk tersebut, bukan? Sama seperti produk lainnya, jika suatu barang yang ditawarkan memiliki keunggulan serupa dengan barang yang ditawarkan kompetitor, maka persaingan bisnis tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, ciptakan brand yang kuat dan autentik agar konsumen yang kita targetkan cenderung akan memilih produk kita.

Misalnya, dalam konteks produk madu kemasan, kita bisa menggunakan desain label produk yang ditempatkan secara “berbeda” dengan produk madu kemasan lainnya. Contohnya berbentuk seperti hexagonal (segi enam) yang merepresentasikan bentuk madu itu sendiri. Selain itu, kita juga dapat menambahkan informasi pada label seperti media sosial, katalog WA Bisnis, dan varian rasa yang ditawarkan (jika ada). Hal ini bermanfaat untuk membangun hubungan dengan konsumen yang membeli produk madu kita.

4. Kenalkan Produk Sebagai “Solusi” atas Masalah Konsumen

Sebagai pelaku usaha yang ingin berkembang dan memberi manfaat untuk seluruh makhluk hidup, tentunya hal ini perlu diperhatikan dalam mengembangkan suatu produk. Begitu juga dengan kegiatan branding yang dilakukan, kita pun perlu memperhatikan setiap permasalahan yang dihadapi oleh konsumen dan menyediakan “solusi” atas masalah tersebut dengan produk yang ditawarkan.

Contohnya, produk madu kemasan yang ditawarkan tadi memiliki segmen konsumen yang berbeda, yaitu dewasa dan anak-anak. Maka terdapat kebutuhan yang berbeda pula di antara mereka, yakni ukuran kemasan yang lebih kecil untuk anak-anak atau tambahan packaging seperti tali/gantungan agar madu tidak mudah jatuh. Kemasannya bisa disesuaikan juga dengan tutup botol yang bisa ditekan, sehingga pada label produk bisa dituliskan “Cukup ditekan saja, tidak mudah tumpah!”

Baca Juga: Rebranding Jadi Solusi Saat Bisnis Lesu? Begini Penjelasannya

5. Kembangkan Brand Equity Sebagai Nilai Tambah Produk

Terakhir, kita juga perlu mengembangkan brand equity terhadap produk kita sebagai nilai tambah di mata konsumen. Adapun brand equity di sini maksudnya adalah “aset” yang ada pada merek atau brand yang diciptakan terhadap produk yang ditawarkan. Misalnya, kita menawarkan produk madu kemasan yang memiliki varian ukuran botol yang didesain untuk dewasa (besar) dan anak-anak (kecil, tidak mudah tumpah). Maka, varian ukuran tersebut bisa menjadi brand equity untuk produk madu kemasan kita.

Selain itu, ada beberapa faktor juga yang bisa mempengaruhi terciptanya brand equity terhadap sebuah produk melalui beberapa pertanyaan berikut:

  • Kenapa brand saya berbeda?
  • Siapa calon pembeli saya?
  • Persepsi apa yang ingin saya ciptakan?
  • Apa yang harus saya lakukan untuk menciptakan persepsi itu?

Umumnya, kegiatan branding memiliki tujuan yang beragam, seperti untuk Sustainability (Keberlanjutan), Purpose (Tujuan tertentu), Mission (Misi tertentu), Self Actualisation (Aktualisasi diri), dan Investment (Investasi). Namun, yang paling utama dan berlaku dalam konteks bisnis adalah Change Behaviour, atau mengubah perilaku target konsumen

Di sini, pelaku usaha bisa “mengubah” perilaku target konsumen yang dituju untuk membeli dan menggunakan produk yang ditawarkan. Dengan membeli produk kita, berarti mereka sudah “percaya” terhadap kegiatan branding yang dilakukan. Maka, tujuan kita untuk menargetkan konsumen tersebut dapat tercapai.

Sahabat Wirausaha, dari 5 strategi branding produk tadi, kita bisa mempelajari bahwa kegiatan branding bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, termasuk melalui label produk yang ditempelkan sekalipun. Namun, label produk ini sangat erat kaitannya dengan kemasan atau packaging produk yang ditawarkan, jadi memang perlu menyesuaikan dengan jenis dan target konsumen yang dituju. Semoga artikel ini bisa membantu dalam menerapkan kegiatan branding melalui label produk untuk usaha kita. Tetap semangat mencoba ya! 

Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan bagikan atau share kepada teman dekat atau kerabat Anda. Jangan lupa juga untuk like dan berikan komentar pada artikel ini ya, Sahabat Wirausaha.