Sahabat Wirausaha tentunya sudah tidak asing lagi dengan istilah Sociopreneur, bukan? Lebih sering dikenal dengan sebutan Wirausaha Sosial, Sociopreneur merupakan sebutan untuk pelaku wirausaha dengan misi utama memberikan dampak sosial yang baik. Selain menjual dan mendistribusikan produk, mereka juga turut mengajak mitra bisnisnya, seperti petani, penenun, agar lebih mandiri dalam mengolah hasil produksi. Hasilnya, mereka juga meningkatkan taraf hidup masyarakat, khususnya kelas menengah ke bawah.
Untuk menjadi wirausaha sosial, selain memiliki keberanian dalam mengambil resiko, diperlukan juga semangat pantang menyerah dalam memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya. Ya, seorang Sociopreneur umumnya lebih fokus untuk menjawab isu sosial dibandingkan mencari cuan.
Nah, berikut ini adalah 10 Wirausaha Sosial nasional yang menginspirasi. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, tapi memiliki tujuan yang sama, yaitu dapat ikut berkontribusi demi kemajuan bangsa dan bermanfaat bagi orang lain. Yuk, simak profil dan ide-ide bisnis mereka yang telah terbukti sukses memberikan dampak besar pada lingkungan dan masyarakat sekitarnya!
1. Masril Koto
Sumber Gambar: Eposdigi
Masril Koto sangat memahami bahwa sulitnya mendapatkan modal masih menjadi masalah umum yang banyak dialami para petani di tanah air. Masril merupakan seorang petani yang tidak lulus SD. Namun, pada tahun 2007 ia berhasil mendirikan LKMA (Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis) Prima Tani di Nagari Koto Tinggi, Baso, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Kemudian, Masril membuat berbagai macam produk tabungan seperti tabungan pembayaran pajak motor, tabungan persiapan persalinan, dan tabungan pendidikan. Harapannya adalah meningkatkan taraf kehidupan para petani di sekitar tempat tinggalnya agar menjadi lebih baik dan sejahtera. Banyak petani yang terbantu dengan usahanya ini. Saat ini, jumlah lembaga yang sudah berhasil didirikan berjumlah sekitar 580 Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) yang tersebar di berbagai wilayah di Sumatera Barat. Adapun nilai aset dari semuanya ditaksir mencapai Rp100 miliar.
Baca Juga: Menentukan Unique Selling Proposition
2. Dea Valencia
Sumber Gambar: Liputan6
Dea Valencia merupakan salah satu sosok muda inspiratif yang membawa batik Indonesia ke pasar internasional. Sebenarnya Dea sudah sejak lama bercita-cita membawa nama batik Indonesia hingga go international. Berawal dari usaha ibunya yang berjualan batik lawas. Kemudian, Dea terinspirasi untuk membuat batik dengan sentuhan modern sampai diaplikasikan menjadi berbagai macam produk apparel dengan brand Batik Kultur.
Selain itu, Dea juga memiliki kepedulian tinggi terhadap kaum difabel. Awalnya Dea tidak secara khusus mencari ataupun merekrut penyandang disabilitas tersebut sebagai karyawannya. Namun, menurutnya setiap orang memiliki kesempatan yang sama dalam bekerja. Hal tersebut juga yang mendasarinya untuk menerima penyandang disabilitas sebagai karyawan. Sampai akhirnya jumlah karyawan dari kaum difabel pun terus bertambah. Saat ini, karyawannya berjumlah sebanyak 120 orang termasuk 50 orang adalah penyandang disabilitas.
Meskipun karyawan Batik Kultur sebagian besar merupakan kaum difabel, akan tetapi kulaitas yang dihasilkan tetap terjaga. Bahkan saat ini, Batik Kultur tidak hanya sukses di dalam negeri, tetapi juga hingga ke mancanegara. Negara tujuan pemasaran pun beragam, seperti Amerika Serikat, Australia, Jepang, Inggris, Jerman, Belanda, dan berbagai negara lainnya. Total omset yang sudah dihasilkan lebih dari Rp300 juta setiap bulannya, atau lebih dari Rp3,5 miliar dalam setahun.
Baca Juga: Cara UMKM Menetapkan Target Usaha
3. Muhammad Abdul Karim
Sumber Gambar: Rencanamu
Abdul Karim merupakan pengusaha asal Tasikmalaya yang memulai usahanya dengan berjualan nasi kuning dan donat. Namun, ternyata tidak setiap hari dagangannya habis terjual. Abdul sering memberikan dagangannya itu ke panti asuhan. Dari sana, Abdul merasakan kepuasan tersendiri ketika bisa berjualan sekaligus berbagi.
Saat ini Karim telah menjadi Direktur Eksekutif Sahabat Pulau, komunitas yang ia dirikan dan fokus bergerak di bidang community development dan volunteering. Sahabat Pulau memiliki kegiatan yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Misi utama Sahabat Pulau adalah menyelesaikan masalah pendidikan di Indonesia dan memberdayakan wanita di wilayah pesisir. Saat ini, Sahabat Pulau sudah tersebar di 28 titik di seluruh Indonesia dan sudah mengembangkan komoditi lokal di tiga desa.
Baca juga: Pola Struktur Organisasi bagi UMKM
4. Nur Agis Aulia
Sumber Gambar: Tanoto Foundation
Pertanian menjadi bidang yang kurang diminati oleh generasi muda belakangan ini karena dianggap kurang bergengsi dan kurang menjanjikan. Namun, hal ini tidak berlaku bagi Agis. Sebaliknya, pemuda lulusan dari Universitas Gadjah Mada ini justru sangat bersemangat menggarap pertanian terpadu. Ia juga mengajak anak-anak muda untuk ikut bertani.
Agis ingin turut berkontribusi mewujudkan program swasembada pangan. Abdul memulai usahanya dengan merintis usaha peternakan kambing etawa, sapi perah, dan domba. Agis menggagas model peternakan dan pertanian yang efektif dan telah berhasil mengajak ribuan petani mempelajari metodenya di Jawara Banten Farm. Jumlah tersebut belum termasuk para petani yang berdatangan setiap bulannya dari berbagai daerah.
Baca Juga: Apa itu Kepemimpinan yang Melayani?
5. Mesty Ariotedjo
Sumber Gambar: Popbela
Mesty selama ini dikenal sebagai sosok wanita yang cantik dan piawai memainkan harpa. Mesty Ariotedjo merupakan lulusan dari fakultas kedokteran Universitas Indonesia yang memiliki kepedulian terhadap isu-isu Kesehatan. Terutama isu kesehatan masyarakat di area pelosok yang kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Untuk mewujudkan kepeduliannya itu, Mesty bersama dengan beberapa rekannya membuat situs penggalangan dana bernama wecare.id. Penggalangan dana tersebut ditujukan bagi pasien yang kurang mampu yang memerlukan akses Kesehatan. Dana yang dihimpun nantinya akan dipergunakan untuk biaya rujukan, pemeriksaan perawatan, sampai biaya kontrol. Berkat aksi sosial ini, sudah banyak pasien tertolong.
6. Tarjono Slamet
Sumber Gambar: Popbela
Tarjono menghadapi kenyataan pahit pada tahun 1990 karena kerusakan syaraf. Kaki kirinya harus diamputasi dan jari tangannya juga tidak dapat digerakkan. Awalnya, kondisi ini membuat Sarjono terpuruk dan membutuhkan waktu cukup lama untuk mengembalikan kepercayaan dirinya.
Sampai pada akhirnya, Tarjono berhasil mendapat dukungan dari Pusat Rehabilitasi Yakkum (Yayasan Kristen untuk Kesehatan Umum) di Yogyakarta. Yayasan tersebut memberikan Tarjono fasilitas untuk belajar membuat kerajinan mainan dari kayu. Kemudian, Tarjono pun berkeliling ke berbagai negara seperti Belanda, Selandia Baru, dan Australia untuk mempelajari proses pembuatan kerajinan dari kayu.
Dari pengalamannya belajar ke berbagai negara tersebut membuat Tarjono lebih semangat memasarkan produknya. Saat ini juga, Tarjono sudah mendirikan Yayasan Penyandang Cacat Mandiri (YPCM) di mana anggotanya adalah para penyandang disabilitas. Yayasan ini lebih fokus pada pemberdayaan penyandang disabilitas melalui karya kerajinan. Awalnya, produk yang dihasilkan berupa permainan edukatif yang terbuat dari kayu. Namun, sekarang karya kerajinan yang dihasilkan pun sudah beragam, mulai dari kursi anyam rotan, aneka produk rajutan, hingga speaker yang terbuat dari bambu. Pemasarannya pun sudah memasuki pasar luar negeri seperti speaker bambu yang sudah pernah dikirim ke Spanyol.
Baca Juga: Mengidentifikasi Peta Persaingan Supaya Bisnis Tetap Unggul
7. Gamal Albinsaid
Sumber Gambar: Tokoh Inspiratif
Gamal Albinsaid merupakan seorang dokter yang memiliki keprihatinan terhadap masyarakat yang kesulitan berobat. Keprihatinan ini berawal ketika ia menyaksikan seorang anak perempuan bernama Khaerunissa yang meninggal di gerobak sampah ayahnya karena tidak bisa berobat.
Berawal dari keprihatinan tersebut, dokter Gamal pun mendirikan klinik Asuransi Sampah bagi masyarakat yang kurang mampu. Mereka dapat menukarkan sampah untuk mendapatkan fasilitas Kesehatan. Berkat ide inovatifnya ini, dokter Gamal berhasil meraih banyak penghargaan dari dalam negeri maupun luar negeri.
Baca Juga: Membangun Tim Dengan Budaya Inovasi
8. Alfatih Timur
Sumber Gambar: buletinindo
Alfatih Timur atau biasa dipanggil dengan sebutan Timi, merupakan pendiri dari platform kitabisa.com. Ide tersebut bermula dari keinginannya memfasilitasi kebutuhan dana untuk berobat bagi masyarakat secara gotong royong. Kitabisa.com juga menyediakan sarana beramal bagi mereka yang terkena musibah.
Timi terinspirasi mendirikan kitabisa.com ketika ia melakukan riset dari berbagai situs penggalangan dana di dunia, salah satunya adalah crowdfunding.com.au. Pada tahun 2016, Alfatih Timur dinobatkan sebagai salah satu Under 30 Forbes Asia berkat inovasinya. Selain itu, kitabisa.com juga berhasil mengumpulkan donasi sebanyak Rp 162,8 miliar pada tahun 2017.
Baca Juga: Apa itu Product Adaptation?
9. Azalea Ayuningtyas
Sumber Gambar: youngster
Ayu merupakan lulusan dari Universitas Harvard Amerika. Bersama dengan enam orang temannya, Ayu mendirikan kewirausahaan sosial bernama Du’Anyam di Flores. Kewirausahaan sosial ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan Ayu terhadap masalah malnutrisi yang terjadi pada anak-anak di Flores, NTT.
Du’Anyam membantu ibu-ibu di 15 desa, daerah Flores untuk menghasilkan produk aneka kerajinan anyaman. Produk yang dihasilkan berupa sepatu, tas, dan berbagai souvenir dari daun lontar. Sampai saat ini, sudah tercatat 12 hotel di Bali menjadi mitra Du’Anyam.
Baca Juga: Lima Alasan Kenapa Budaya Inovasi Penting Bagi UMKM
10. Denica Flesch
Sumber Gambar: Indonesia Enterpreneur
Denica Flesch adalah pendiri SukkhaCitta. Usaha ini bergerak di bidang kerajinan mode dan ritel. Bisnis tersebut diawali dari pengalamannya yang sering melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Indonesia ketika menjadi ekonom di Bank Dunia. Dari pengalamannya, Denica menyimpulkan bahwa dengan memberdayakan masyarakat akan dapat memberikan dampak langsung terhadap kesejahteraan mereka.
Untuk membantu meningkatkan kesejahteraan para pengrajin, SukkhaCitta membuat standar #MadeRight. Produk yang dihasilkan berupa kain, baju atasan wanita, kemeja, outer, dan produk apparel lainnya. Standar #MadeRight tersebut juga menunjukkan bahwa dari setiap kain yang dijual, SukkaChitta telah memberikan upah yang layak bagi para pengrajin.
Tak hanya itu, mereka juga menggalakkan tagar #VillagesNotFactories untuk mendorong konsumen membeli kain dan produk sandang ramah lingkungan yang langsung dibuat oleh tangan-tangan pengrajin. SukkhaCitta menjamin bahwa proses produksi yang dilakukan sudah ramah lingkungan. Pada proses pembuatannya, SukkhaCitta memilih untuk menggunakan proses tradisional. Kain yang digunakan berasal dari kapas asli yang dipintal dan ditenun secara konvensional. Pada pemilihan warna kainnya pun banyak menggunakan warna-warna indigo yang berasal dari bahan-bahan alami. Tujuannya adalah untuk meminimalisir pencemaran lingkungan dan menjaga kelestarian alam sekitar.
Demikian 10 Wirausaha Sosial Nasional yang Menginspirasi. Semoga semakin banyak socialpreneur yang bermunculan agar semakin banyak masyarakat yang meningkat kesejahteraan hidupnya. Untuk itu, mari kita menjadi socialpreneur selanjutnya yang bisa mendatangkan manfaat bagi masyarakat lebih luas!
Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.