Belum lama ini, strategi Warteg Kharisma Bahari berhasil meraih pendanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan angka fantastis, yaitu sebesar Rp 1 miliar. Nama rumah makan asal Tegal ini tentunya sudah tak asing di telinga kita. 

Namun, tidak setiap hari kita melihat warteg yang berhasil mendapat sokongan dana setinggi ini. Apa yang begitu spesial dari Warteg Kharisma Bahari? Dan bagaimana rumah makan ini berhasil mengembangkan bisnisnya hingga menjamur di tiap sudut Jabodetabek? 


Me-warteg-kan Jabodetabek dengan Konsep Bersih Dan Sederhana

Bagi sebagian Sahabat Wirausaha, mungkin memang sudah tidak asing dengan strategi Warteg Kharisma Bahari (WKB). Sebab, belakangan warteg-warteg dengan nuansa warna hijau-kuning itu seolah menjamur di sudut-sudut Jabodetabek.

Sebagai warung makan yang menyediakan berbagai lauk-pauk dengan harga terjangkau. Warteg pun menjadi pilihan bagi banyak orang untuk makan. Terlebih bagi para perantau, pekerja, dan mahasiswa.

Keberadaan WKB tidak mau kalah banyak seperti kehadiran kedai kopi modern atau gerai minuman kekinian. Tentu, wajar dengan perkembangan bisnis kuliner yang mereka miliki akhirnya juga mendapat fasilitas kredit dari bank BUMN.

Saya sendiri mengenal WKB dan beberapa kali menjajal makan di beberapa jaringan warteg mereka pertama kali medio 2019. Kala itu, salah satu yang menarik adalah banyaknya varian lauk, kebersihan tempat, dan gratis es teh. Selain itu, di dalamnya terdapat spanduk kecil bertuliskan “Siap Mewartegkan Jabodetabek.”

Lalu, bagaimana sebenarnya kisah dan strategi sukses WKB hingga kini memiliki ribuan gerai di Jabodetabek dan sudah berekspansi ke luar Jawa seperti Bali dan Sumatera? 

Baca Juga: Cara Memulai Usaha Warteg untuk Pemula


Awal Berdirinya Warteg Kharisma Bahari 

Kisah itu bermula dari Sayudi, pendiri strategi Warteg Kharisma Bahari. Ia memulai bisnis kuliner sejak 1996. Bermodalkan pinjaman dari mertua. Pada awalnya, Sayudi menjalankan bisnis Warteg Kharisma Bahari seperti halnya kebanyakan para pemilik usaha warteg, yaitu menyerahkan pengelolaan usahanya pada karyawan. 

Namun, hal tersebut ternyata tidak berjalan mulus. Ia pun lantas mengganti strategi bisnisnya dengan sistem bagi hasil, bekerja sama dengan rekannya. Sayudi sebagai pemberi modal, sedangkan rekannya yang mengurus operasional wartegnya.

“Dan itu mulai berhasil. Kalau tepatnya sistem franchise (waralaba) ala Warteg Kharisma Bahari sendiri sebenarnya sudah berjalan sejak 10 tahun lalu (2013). Ketika belum banyak orang tahu. Itu (franchise) juga baru ke teman-teman sesama pengusaha warteg aja awalnya,” kenang Sayudi mengenai cikal bakal kesuksesan waralaba Warteg Kharisma Bahari kepada UKMIndonesia.ID saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin, (14/8).

Dengan sistem waralaba untuk sesama pengusaha warteg, awalnya Sayudi menerapkan sistem pembayaran uang muka 50%. Sisanya, bisa dicicil. Besaran angsurannya pun bisa disesuaikan dengan kemampuan mitranya.

“Contohnya pada Januari mengangsur Rp3 juta. Bulan depan, Rp2 juta, lalu berikutnya Rp5 juta. Pokoknya sih, bebas saja,” jelas Sayudi.


Strategi Warteg Kharisma Bahari Naik Kelas  

Salah satu strategi Warteg Kharisma Bahari, yang turut membuat mereka naik daun dan menjadi pilihan bagi banyak konsumen adalah diantaranya, memperhatikan kebersihan tempat makan. Memberikan berbagai promo seperti es teh gratis hingga promo Jumat Berkah: tiap Jumat pada jam tertentu konsumen cukup bayar Rp10 ribu. Bahkan, sekarang ini di beberapa jaringan Warteg Kharisma Bahari sudah tersedia pendingin ruangan (AC).

Strategi Warteg Kharisma Bahari lainnya dalam pengembangan bisnis adalah pemilihan lokasi. Mengingat Warteg Kharisma Bahari bergerak di bidang kuliner, penentuan lokasi menjadi faktor penting hingga akhirnya memiliki ribuan gerai. Termasuk biaya sewa kios akan masuk kalkulasi mereka dalam pencarian lokasi baru.

“Salah satu keunggulan kami juga, pada umumnya franchise lain menerapkan royalti. Kami tidak. Untuk satu lokasi yang menggunakan nama WKB, bebas mau berapa tahun (menggunakan) tidak ada biaya royalti,” tambah Sayudi.

Baca Juga: 10 Cara Memulai Usaha Warung Makan yang Menguntungkan


Mewartegkan Indonesia

Setelah kemunculan waralaba Warteg Kharisma Bahari, kini juga banyak bermunculan waralaba warteg setipe mereka. Biasanya, secara desain terlihat mirip dengan perbedaan nama dan warna logo. Sayudi tentu sadar akan potensi kemunculan kompetitor yang menggunakan konsep strategi Warteg Kharisma Bahari.

Namun, ia tidak ambil pusing. Baginya, bisnis akan selalu ada yang mengekor ketika yang dilakukan pionir berhasil. Saat ini, jaringan waralaba WKB memang masih terpusat di Jabodetabek.

Semakin berkembangnya bisnis, tentu visi pun berubah mengikuti skalanya. Ketika awal Sayudi memulai dengan konsep waralaba strategi Warteg Kharisma Bahari, ia memiliki visi “Siap Mewartegkan Jabodetabek.” Tapi, visi tersebut kini berganti menjadi “Siap Mewartegkan Indonesia.” Bukti konkretnya, ekspansi Warteg Kharisma Bahari tidak berhenti di Jabodetabek. Mereka kini juga telah masuk ke luar Pulau Jawa, dengan menyasar Bali.

“Dulu kami fokus Jabodetabek. Karena sekarang banyak kompetitor di area tersebut, kami pun saat ini menjadi pelopor di luar Jabodetabek, sekarang di Bali juga banyak,” ungkap Sayudi.

Konsep yang dibawa ke luar Jawa pun masih sama. Perbedaannya, hanya pada harga franchise-nya yang lebih mahal. Menurut Sayudi, hal ini karena tim dan tukang yang mengerjakan kios masih dari Jakarta.

“Beda Rp40-Rp50 jutaan,” kata Sayudi.

Dari data yang UKMIndonesia.ID himpun, untuk menggunakan hak waralaba merek Warteg Kharisma Bahari, setidaknya membutuhkan modal Rp135 jutaan belum termasuk sewa gerai/kios. Saat ini, sistem waralaba Warteg Kharisma Bahari pun terbagi ke dua jenis. Pertama adalah waralaba untuk sesama pengusaha warteg. Kedua adalah untuk investor.

“Kalau dengan investor, cash (pembayaran waralaba). Kalau dengan sesama rekan yang sudah punya usaha warteg bisa dengan sistem cicil asal membayar uang muka 50%.”

Dana KUR Rp1 milyar pun diproyeksikan strategi Warteg Kharisma Bahari untuk para pengelola warteg agar mereka juga memiliki gerai/kios warteg sendiri. Sehingga tidak mengandalkan bagi hasil. Saat ini, sistem pendapatan WKB adalah bagi hasil dengan proporsi 50:50 antara pengelola dan investor.

Baca Juga: Pentingnya Keamanan Pangan Untuk Bisnis Kuliner, Inilah Alasan dan Cara Penerapannya


Strategi Warteg Kharisma Bahari, Memanfaatkan Teknologi Digital 

Di tengah persaingan ketat industri kuliner saat ini, Sayudi pun tidak mau terlewat untuk memanfaatkan instrumen digital. Kini, Warteg Kharisma Bahari sudah memiliki situs resmi. Para calon mitra yang ingin menggunakan nama Warteg Kharisma Bahari, bisa membaca terlebih dulu via website mereka sebelum diarahkan ke WhatsApp.

Sistem pembayaran mereka juga sudah dilengkapi dengan QRIS. Ini tentu menguntungkan bagi para pekerja atau konsumen yang sudah terbiasa melakukan pembayaran non-tunai. Menurut Sayudi, ini biasanya lebih banyak dimanfaatkan di gerai WKB di area perkantoran.

Selain itu, mereka juga memasukkan gerai mereka ke sistem aplikasi pesan antar makanan. Hal ini, menurut Sayudi berperan signifikan. Meski, Sayudi juga memberikan tanggapan terkait proses bisnisnya saat ini.

“Namanya usaha, pasti punya risiko. Tidak semuanya itu berjalan stabil bersamaan. Ada yang memang hasilnya kecil, sedang-sedang saja, dan besar. Makanya sebagai wirausahawan harus selalu berinovasi.”

Salah satu inovasi terbaru di tengah berjayanya Strategi Warteg Kharisma Bahari adalah dengan merambah ke industri hiburan. Ekspansi lini bisnis pun kini tengah dijajaki oleh WKB, selain ekspansi secara lokasi.

“Kami mulai terjun di dunia seni musik dangdut. Biar nanti dunia entertainment juga mengenal kami. Seperti saya yang sedang proses penggarapan album dengan Ratu Dangdut Umi Elvy Sukaesih. Ini salah satu trik marketing kami di titik ini,” cerita Sayudi dengan riang sambil menunjukkan fotonya bersama sang diva dangdut.

Keduanya juga baru saja merampungkan penggarapan video musik pada Jumat, (11/8). Sayudi bertindak sebagai produser. Nantinya, WKB pun akan merilis beberapa lagu dangdut dengan semua penyanyi berasal dari perusahaannya. 

“Kami juga sudah punya channel Youtube, namanya Kharisma Bahari Official. Itu khusus saya yang nyanyi.”

Dengan berekspansi di lini vertikal dan horizontal, tentu menunjukkan keseriusan Warteg Kharisma Bahari untuk kian memapankan bisnis mereka. Bermula dari bisnis kuliner, strategi Warteg Kharisma Bahari juga berencana untuk mulai menjajaki sektor manajemen label dan industri hiburan.

Sayudi pun berpesan ke Sahabat Wirausaha untuk selalu menjadi diri sendiri dan tidak mengekor ke orang lain. Serta, harus berani tampil berbeda.

“Kalau mau jadi besar, kudu bisa menghargai yang kecil. Sama karyawan juga jangan menjadikan seakan mereka adalah buruh kasar. Jadikan mitra. Agar yang bekerja juga merasa nyaman,” kata Sayudi tentang salah satu kiat suksesnya dalam membesarkan bisnis dan salah satu yang menjadi titik balik nama besar Warteg Kharisma Bahari.

Dari perjalanan Sayudi bersama Warteg Kharisma Bahari, tentu memberikan banyak inspirasi bagi para Sahabat Wirausaha dalam pengembangan bisnis yang sedang dijalankan. Tentu, Sayudi memulainya tidak mulus. Ada berbagai rintangan yang dihadapi. Tapi, seperti katanya, dalam berbisnis juga harus tampil beda. Serta bagaimana ia menangkap peluang yang muncul untuk mengembangkan bisnisnya menjadi besar.

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.