Produk kita sudah memenuhi regulasi standar di target negara. Lalu, produk kita sudah memiliki beberapa sertifikasi standar manajemen yang banyak dibutuhkan oleh pembeli/importir. Pertanyaannya, apakah produk kita sudah cukup siap untuk diekspor? Jawabannya bisa saja belum.

Alasannya adalah ekportir harus mengenali lebih dalam tentang segmen pasar yang ditargetkan. Masing-masing segmen pasar tersebut memiliki kebutuhan spesifik atau bisa kita sebut dengan standar khusus.

Baca Juga: Mengenal Berbagai Metode Pembayaran Ekspor

Standar khusus merupakan standar yang dipersiapkan terakhir, setelah standar wajib dan standar umum, ketika sudah menentukan calon pembeli/importir. Biasanya standar khusus juga adalah yang paling sulit dan mahal untuk dipersiapkan.

Akan tetapi, tanpa persiapan standar khusus ini, produk kita sulit untuk laku di pasar ekspor karena persaingan yang makin ketat saat ini dengan adanya perdagangan bebas. Sekarang bagaimanakah kita menyiapkan standar khusus ekspor ini? Apa sajakah jenis-jenis standar khusus yang biasanya dibutuhkan?


Definisi

Standar khusus (standar tersier), merupakan standar dan persyaratan yang tidak wajib dibutuhkan oleh regulasi dan kebanyakan pembeli/importir, namun dibutuhkan oleh sebagian pembeli/importir untuk target pasar yang spesifik, atau bisa disebut “niche market”. Meskipun kebutuhannya spesifik, standar khusus ini akan memberikan kekuatan daya saing bagi eksportir, khususnya di target pasar negara-negara maju, seperti Eropa, Amerika Serikat, dan Australia.

Saat ini, standar khusus yang paling penting dan signifikan adalah untuk segmen konsumen yang peduli terhadap prinsip proses berkelanjutan, atau “sustainability”. Sertifikasi standar berkelanjutan yang paling signifikan dibutuhkan sekarang adalah sertifikasi organik dan Fairtrade. Lalu, terdapat juga standar yang fokus pada kriteria kualitas pada suatu jenis produk yang diinginkan oleh suatu target pasar tertentu. Berbagai standar khusus ini dibuktikan dengan sertifikasi.

Baca Juga: Strategi untuk Meningkatkan Ekspor Indonesia

Selain itu, standar khusus ini juga bisa dalam hal spesifikasi teknis produk, yang sangat spesifik dibutuhkan oleh masing-masing pembeli/importir atau segmen pasar. Contohnya dalam hal ini adalah produk “specialty” yang memiliki kualitas sangat tinggi, seperti pada specialty coffee, specialty tea, dan lainnya. Dikarenakan cakupan standar khusus ini luas, kita akan membahas lebih lanjut hanya mengenai jenis-jenis standar khusus yang berkaitan dengan sertifikasi spesifik.


Apa Bedanya Standar Umum dan Standar Khusus?

Sebelum kita berlanjut, mungkin sahabat UKM bingung membedakan apa perbedaan standar khusus dengan standar wajib, yang sudah dibahas di artikel sebelumnya. Sebenarnya, keduanya bisa dikatakan dalam golongan yang sama, yaitu standar komersil, atau standar yang dibutuhkan oleh pembeli/importir dalam melakukan transaksi.

Namun di satu sisi, standar umum dibutuhkan oleh kebanyakan pembeli/importir, sehingga sifatnya mendekati wajib untuk dipersiapkan dalam melakukan ekspor. Di sisi lain, standar khusus tidak dibutuhkan oleh banyak pembeli/importir, sehingga ini bersifat lebih tidak wajib untuk dipersiapkan.

Baca Juga: Potensi Ekspor Produk Apparel

Untuk ilustrasi lebih jelasnya, mari kita lihat perbedaan tersebut pada kasus produk kopi. Standar umum yang dibutuhkan banyak pembeli/importir adalah adanya sertifikat GLOBAL G.A.P untuk kualitas proses pertanian kopi, serta sertifikat ISO 9001 atau ISO 22000 untuk kualitas proses pengolahan kopi.

Di lain hal, terdapat sebagian pembeli/importir yang khusus mendistribusikan produk organik, juga membutuhkan sertifikasi organik untuk memastikan bahwa kopi diproduksi dengan metode organik.

Kesimpulannya, standar khusus tidak berlaku untuk semua pembeli/importir. Sehingga, eksportir haruslah mengetahui siapa target pembeli/importir, sebelum menyiapkan standar khusus ini.

Yang harus diutamakan dalam mempersiapkan ekspor adalah standar umum yang dibutuhkan oleh kebanyakan pembeli/importir. Akan tetapi, yang jelas standar khusus ini akan memberikan keunggulan bagi eksportir karena target pasarnya spesifik.

Standar khusus memiliki variasi yang sangat luas, bukan hanya tergantung dari industri maupun produknya, namun juga tergantung dari segmentasi pasar dan tipe pembeli/importir. Oleh karena itu, tidak ada standar khusus yang berlaku umum untuk semua industri. Kita akan membahas jenis-jenis standar khusus ini untuk industri makanan dan industri tekstil yang mendominasi UKM di Indonesia.


Jenis-Jenis Standar Khusus untuk Produk Makanan

Berikut di bawah ini tabel yang menerangkan adalah berbagai jenis standar khusus untuk industri makanan.

Standar Khusus Ekspor Produk Makanan

1. Organik

Produk makanan dapat dikatakan organik jika minimal 95% bahan-bahan yang digunakan memenuhi standar organik. Standar-standar orgaik diantaranya adalah memakai sistem rotasi/gilir tanam, tidak menggunakan pestisida kimia dan pupuk sintetis, tidak menggunakan bahan GMO (genetically modified organisms), serta menggunakan sumber daya di lahan pertanian untuk dijadikan pupuk natural dan makanan hewan.

Meskipun Indonesia memiliki sertifikasi organik nasional, namun ini belum diakui di pasar internasional. Oleh karena itu, eksportir Indonesia perlu melakukan sertifikasi organik dengan badan yang diakui secara internasional, contohnya IFOAM dan Demeter International.

Baca Juga: Ingin Ekspor? Ini Tipsnya Memilih Jasa Forwarder yang Cocok!

Namun, saat ini sertifikasi standar organik pada level nasional lebih diakui dan diterima oleh target pasar. Misalnya, negara-negara Uni Eropa memiliki standar EU Organic, negara Amerika Serikat memiliki standar USDA Organic, negara Australia memiliki standar NASAA, Jepang memiliki standar JAS, dan masih banyak standar organik di masing-masing negara. Maka dari itu, tanyakanlah calon pembeli/importir sertifikasi standar organik manakah yang dibutuhkan.

2. Fairtrade

Standar Fairtrade didesain untuk mendukung pengembangan yang berkelanjutan bagi para UKM dan petani terkait di negara-negara berkembang. Fairtrade International merupakan standar yang paling diakui untuk Fairtrade. Standar Fairtrade lainnya yang cukup diakui adalah Faritrade Ecocert dan Fair for Life. Produk-produk yang memiliki label Fairtrade mengindikasikan bahwa produsen dibayar dengan harga minimum yang ditentukan.

Standar Fairtrade sudah menentukan harga minimum beserta harga premium (bagi kualitas yang lebih tinggi) untuk masing-masing kategori produk, yang juga dibedakan harga untuk produk organik dan produk konvensional. Contohnya, Kopi Arabika yang konvensional memiliki harga minimum 1.35 USD per pound. Sedangkan kopi organik memiliki harga minimum 1.65 USD per pound (FLO, 2019).

3. Rainforest Alliance

Rainforest Alliance, yang juga terintegrasi dengan UTZ pada 2018, menciptakan standar produksi berkelanjutan di pertanian yang melakukan sertifikasi bagi para petani dan mendorong perusahaan untuk melakukan operasional secara lebih bertanggung jawab dan efisien.

Standar UTZ sudah lama menjadi landasan penting untuk produksi berkelanjutan pada kopi, teh, dan cokelat. Setelah terintegrasi, standar Rainforest Alliance memberikan landasan produksi berkelanjutan bagi lebih dari 100 jenis produk pertanian.

Standar ini menunjukkan ke konsumen bahwa produk yang disertifikasi diproduksi, dari pertanian sampai toko, dengan sistem yang berkelanjutan. Salah satunya mensyaratkan bahwa produk dapat dilacak dari produsen ke pengolah sampai ke konsumen. Untuk dapat disertifikasi, produsen harus mengikuti berbagai prosedur dalam hal metode pertanian, kondisi kerja, dan perlakuan kepada lingkungan sekitar.

4. Keanekaragaman Hayati (Biodiversity)

Terdapat jenis standar yang lebih tinggi daripada organik, yaitu yang juga fokus untuk menjaga keanekaragaman hayati, diantaranya adalah Demeter dan Forest Garden Products. Sertifikasi Biodinamik Demeter dianggap kualitas yang paling tinggi di pertanian organik.

Sistem ini memerlukan pemeliharaan keanekaragaman hayati dan ekosistem, pengelolaan tanah, integrasi hewan, dan tidak menggunakan organisme hasil rekayasa genetika. Lalu, sertifikasi Forest Garden Products merupakan pendekatan restorasi ekologi yang menggunakan hutan alami untuk menciptakan ekologi yang stabil dan produktif secara sosial-ekonomi, yang menciptakan level pertanian organik lebih tinggi.

5. Standar-Standar Diet

Terdapat banyak standar diet yang dibutuhkan oleh suatu segmen pasar tertentu di produk makanan. Pertama, terdapat standar diet yang fokus pada segmen pasar Muslim dan Yahudi, yaitu Halal dan Kosher.

Baca Juga: Tips Menentukan Produk yang Tepat Untuk Ekspor

Saat ini, standar ini masih fokus pada level nasional, bukan internasional. Jadi eksportir perlu untuk mengecek agensi sertifikasi Halal dan Kosher pada masing-masing target pasar. Bahkan, standar Halal ini merupakan standar wajib di berbagai negara muslim.

Selanjutnya, terdapat segmen pasar tertentu yang alergi terhadap Gluten, sehingga memerlukan standar Gluten-Free pada produk makanan. Selain itu, saat ini terdapat cukup besar segmen pasar dinamakan “Vegan” yang hanya mengkonsumsi makanan berbahan nabati dan tidak sama sekali menggunakan bahan hewani, sehingga dibutuhkan standar tersebut pada produk

6. Standar-Standar Spesifik Jenis Produk Makanan

Meskipun terdapat berbagai standar khusus yang biasanya diterapkan di semua jenis produk makanan, terdapat pula lebih banyak lagi standar khusus di tiap jenis produk, diantaranya:

  • Untuk produk kopi, terdapat beberapa standar berkelanjutan yang ditetapkan oleh suatu pasar tertentu. Misalnya, C.A.F.E Practices dikembangkan oleh Starbucks dalam membeli bahan baku kopinya. Lalu, ada juga standar Nespresso AAA, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas bahan baku kopi yang digunakan pada produknya.
  • Untuk produk ikan & seafood, terdapat standar yang spesifik diterapkan di segmen ini berkaitan dengan ramah lingkungan. MSC merupakan standar penting dalam hal penangkapan ikan secara liar. Selanjutnya, terdapat ASC yang juga merupakan standar utama dalam hal peternakan ikan & seafood.
  • Untuk produk gula, terdapat standar sistem berkelanjutan yang spesifik penerapannya pada gula, salah satunya adalah Bonsucro. Standar ini meliputi hak asasi pekerja, manajemen ekosistem, dan komitmen untuk peningkatan bisnis.
  • Untuk produk rempah-rempah, terdapat standar sistem berkelanjutan yang spesifik penerapannya pada rempah-rempah. Standar yang penting di segmen ini adalah Sustainable Spices Initiative. Namun, juga terdapat standar yang spesifik penerapannya pada suatu jenis produk, seperti Sustainable Vanilla Inititiative.

Jenis-Jenis Standar Khusus untuk Produk Tekstil

Setelah kita membahas mengenai jenis-jenis standar khusus pada produk makanan. Berikut dibawah ini adalah berbagai jenis standar khusus pada produk tekstil.

Standar Khusus Ekspor Produk Tekstil

1. Tekstil Organik atau Ramah Lingkungan (Eco-Friendly)

Industri tekstil memiliki berbagai standar khusus tersendiri dalam hal memastikan produksi organik atau ramah lingkungan. Salah satu contoh standar dalam memproduksi tekstil organik adalah Global Organic Textile Standard (GOTS).

Standar ini dikembangkan dari kolaborasi beberapa asosiasi tekstil di dunia, yaitu United States Organic Trade Association, Soil Association, International Association of Nature Textile Industry (IVN), dan Japan Organic Cotton Association (JOCA). Standar ini menetapkan kriteria organic pada keseluruhan supply chain pada produksi tekstil, dari pertanian bahan baku sampai distribusi.

Baca Juga: Menentukan Target Negara untuk Ekspor

Namun, standar ini hanya bisa diterapkan pada produk tekstil yang minimal 70% berbahan natural, bukan yang sintetis. Selain kriteria organik, GOTS juga menetapkan kriteria sosial seperti: tidak ada pekerja yang dipaksa, tidak ada pekerja anak-anak, dan kondisi kerja aman dan higienis. Standar ini juga memerlukan pengelolaan air pada proses produksi, dari limbah, suhu, sampai pH.

Terdapat beberapa standar khusus pada industri tekstil yang menekankan pada tidak menggunakan bahan kimia pada proses produksi. Salah satu contohnya adalah OEKO-TEX.

Standar ini menetapkan list bahan kimia pada industri tekstil yang dapat merusak kesehatan berdasarkan riset dari berbagai institut yang tergabung dalam International Oeko-Tex Association. Beberapa contoh kriteria yang ditetapkan adalah nilai pH, kandungan pestisida, logam, dan beberapa bahan pengawet seperti pentachlorophenol dan etrachlorophenol.

2. Tekstil Fairtrade

Standar Fairtade juga diberlakukan pada industri tekstil, yang mendukung penetapan harga yang adil dan meningkatkan kondisi berbagai produsen kecil berserta komunitasnya. Standar ini dibutuhkan khususnya pada produk tekstil kerajinan tangan, yang memerlukan banyak tenaga kerja daripada mesin.

Baca Juga: UKM Bisa Siap Ekspor Dengan Kenali 8 Hal ini

Sertifikasi ini jelas akan memberikan keunggulan daya saing pada konsumen tekstil yang sadar akan Fairtrade. Beberapa standar Fairtrade yang diterapkan pada industri tekstil adalah Fairtrade International, Fair for Life, dan World Fair Trade Organization (WFTO).

3. Standar-Standar Spesifik Jenis Produk Tekstil

Sebetulnya, standar-standar khusus di industri tekstil lebih banyak berlaku pada spesifik jenis produk misalnya:

  • Untuk produk berbahan katun, terdapat standar Better Cotton Intitative (BCI) yang menciptakan proses produksi katun yang lebih baik bagi produsen, lingkungan, dan konsumen. Standar ini lebih menekankan pada pertanian katun yang menyediakan panduan prosedur dan peralatan memadai. Sehingga, penerapan BCI fokus pada negara-negara produsen katun yaitu Brazil, India, Pakistan, dan Afrika.
  • Untuk produk berbahan kulit, juga terdapat standar organik spesifik. Standar yang populer di segmen ini adalah Leather Weather Group dan Naturleder.
  • Untuk produk berbahan wool, terdapat standar Woolmark yang lebih menekankan pada kualitas dibandingkan proses berkelanjutan. Standar ini menetapkan kriteria kandungan wool dan kualitas yang ketat. Selain itu, terdapat standar lebih spesik untuk berbagai jenis produk wool seperti selimut, karpet, keset, dan lainnya.
  • Untuk produk karpet, terdapat beberapa standar yang menekankan pada sistem yang etis. Contohnya, Goodweave yang fokus pada ketenagakerjaan anak-anak di negara-negara Asia Tenggara serta Label STEP yang berdasarkan keinginan pasar Eropa barat terhadap kondisi sosial produsen.
  • Untuk produk berbahan kertas, terdapat standar FSC, yang menekankan pengambilan bahan baku kertas didapatkan dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab. Standar ini populer di negara-negara Eropa barat.

Sekian yang kita bisa bahas mengenai standar khusus ekspor ini. Apakah sahabat UKM sekarang sudah menentukan apa saja standar khusus yang akan dipersiapkan untuk melakukan ekspor?

Baca Juga: Jitu Membidik Peluang Pasar dan Target Negara Ekspor

Di pembahasan ini, sebenarnya hanya dijelaskan beberapa sertifikasi spesifik yang dibutuhkan oleh beberapa pembeli/importir, khususnya untuk segmen "sustainability“. Namun, yang perlu diingat disini adalah kita harus mempelajari lebih dalam mengenai kebutuhan segmen pasar dan calon pembeli/importir kita. Tanyakan langsung kepada target pembeli/importir.

Ya, sertifikasi memang sangat mahal. Tetapi, lagi-lagi sertifikasi hanya sebagai bukti dalam suatu standar yang membantu kita untuk menawarkan produk ke calon pembeli/importir. Jika produk kita sebetulnya sudah memenuhi kriteria dari berbagai standar khusus tersebut, kita bisa menawarkan keunggulan ini kepada calon pembeli/importir sehingga dapat bekerjasama dalam proses sertifikasi.

Apalagi, jika produk kita memiliki spesifikasi teknis dalam kualitas yang sangat tinggi yang dibutuhkan oleh pasar premium, seperti pada kopi specialty. Ini bisa menjadi standar khusus yang sangat kuat bagi calon pembeli/importir, tanpa adanya sertifikasi.

Kesimpulannya, pelaku UKM di Indonesia harus mulai mengenali jenis-jenis standar khusus ekspor yang dibutuhkan oleh segmen pasar ekspor tertentu yang potensial saat ini. Namun hal paling utama yang pelaku UKM harus lakukan sebelum mempersiapkan standar khusus ini adalah mengenali keunggulan produk dan segmen pasar yang dituju.

Makin spesifik segmen pasar yang kita targetkan berdasarkan keunggulan produk kita, maka bisa saja makin mudah standar-standar khusus yang perlu dipersiapkan. Oleh karena itu, selalu semangat yah. UKM pasti bisa siap ekspor!

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Referensi:

  1. International Trade Center: Export Quality Management
  2. CBI: Which buyer requirements will I face on the European apparel market?
  3. Banu Rinaldi: Export Plan Development for Market Entry of Indonesian Agri-Food SMEs to Germany