white Android smartphone beside banknotes

Di tengah pandemi COVID-19 yang telah berlangsung selama lebih dari satu tahun, transaksi jual-beli secara digital menjadi kian populer. Selain memudahkan pelanggan dalam berbelanja, transaksi digital juga melindungi pengusaha dan pelanggan dari paparan virus.

Nah, karenanya para pelaku UMKM saat ini didorong untuk belajar mengelola transaksi secara digital, baik melalui jaringan internet maupun mobile banking. Selain itu, peralihan digital ini didukung pula dengan maraknya berbagai aplikasi kasir online yang berpengaruh besar terhadap pencatatan kas dan keuangan usaha. Canggih, bukan?

Seperti apa sih peralihan sistem pembayaran dan pengelolaan keuangan secara digital ini diterapkan? Dan apa saja keuntungannya bagi konsumen maupun penjual? Untuk menjawabnya, simak penjelasan lengkap berikut ini.


Proses Digitalisasi Usaha Di Era Industri 4.0

Saat ini, UMKM perlu lebih melek digital dengan mengalihkan sistem pembayaran dan transaksinya ke ranah digital. Dilansir dari Solopos.com, pembayaran non-tunai atau digital didefinisikan sebagai mekanisme atau cara pembayaran transaksi jual-beli yang tidak lagi memerlukan uang dalam bentuk fisik.

Konsumen cukup menggunakan kartu kredit, debit, hingga yang paling baru adalah menggunakan uang elektronik alias e-money. Nah, melalui alat pembayaran digital ini, konsumen dan penjual tidak perlu lagi repot-repot membawa atau menyimpan uang tunai dalam jumlah banyak, karena semuanya sudah disetor dengan aman di kartu dan sistem elektronik.

Baca Juga: Upgrade Bisnis dengan Costumer Service Otomatis

Sebisa mungkin, pelaku bisnis F&B sebisa mungkin harus cepat beradaptasi dengan teknologi digital. Proses menuju digitalisasi bisnis pertama-tama bisa dimulai dengan menerapkan sistem kasir digital, yang langsung terhubung dengan bank. Beberapa aplikasi kasir digital yang sudah tersedia saat ini antara lain adalah Moka, Pawoon, dan Olsera.

Apa keuntungan utama aplikasi ini? Pertama, kasir digital bisa membaca data lebih baik. Kita bisa mendapatkan data lengkap tentang produk apa yang paling sering dibeli, jam berapa atau di hari apa saja restoran sepi pelanggan, dan bahkan berapa banyak biasanya pelanggan berbelanja di tempat kita.

Baca Juga: Tips Mudah Bikin Laporan Keuangan Dengan Aplikasi Digital

Kasir digital bisa terhubung lewat smartphone melalui koneksi internet, dan karenanya bisa diakses dari mana saja. Sebagai pemilik bisnis, kita bisa jadi lebih mudah melihat laporan harian dan analisis performa usaha kita. Sistem kasir digital ini bisa diterapkan melalui pembayaran menggunakan kartu debit, kredit, Flazz, atau scan QR Code Payment dan QRIS.

Digitalisasi Pengelolaan Arus Kas juga memiliki beberapa keuntungan lainnya, yaitu :

  • Menghemat waktu berhitung karyawan, karena meskipun kasir memang sudah terlatih berhitung, mereka tetap akan repot merapikan uang fisik di mesin kasir.
  • Tidak perlu repot mengurus uang kembalian
  • Lebih bersih dan less contact, padahal demi meminimalisir penyebaran COVID-19, kita harus jaga jarak secara fisik.
  • Aman, karena uang di kasir sedikit, akan lebih sulit bagi preman atau perampok untuk melakukan tindak kejahatan terhadap hasil usaha kita.
  • Pengelolaan arus kas yang lebih mudah, karena semua langsung masuk ke sistem pencatatan digital dan bisa ditotalkan langsung dengan sekali klik. Dan bisa langsung refresh untuk keesokan harinya untuk halaman pencatatan baru. Semua bisa diakses melalui internet di mana saja sehingga lebih mudah bagi pemilik bisnis untuk melihat laporan arus kasnya.
  • Promosi yang lebih mudah direncanakan lewat data yang didapat melalui sistem pengelolaan keuangan bisnis secara digital.

Baca Juga: Inilah Aplikasi Akuntansi yang Membantu UMKM


Tujuan Transformasi Pembayaran Digital

Banyak pelaku bisnis mulai menerapkan digitalisasi kasir dan pembayaran, karena lebih mudah bagi mereka untuk mengelola produk dan perputaran uang dalam penjualan. Setiap hari, penjualan mengalami naik turun, dan akan lebih mudah menganalisis performa ini melalui sistem digital. Begitu data dimasukkan, langsung bisa terbaca dan diakses.

Selain itu, saat ini pelanggan juga banyak yang membatasi diri dalam membawa uang tunai dan lebih senang membayar dengan cara digital. Selain itu, orang-orang juga lebih suka melakukan segala hal lewat gadget yang dibawa, seperti smartphone. Karenanya, untuk mengikuti perkembangan zaman yang sudah memasuki era industri 4.0, banyak pebisnis lebih memilih menerapkan sistem pembayaran digital.

Baca Juga: 5 Jenis Aplikasi Digital Untuk Bisnis Naik Kelas

Sekarang penerapan pembayaran digital juga sudah bisa memakai QR Code, yang lebih aman dan bisa dilakukan lewat smartphone. Tidak perlu lagi khawatir jika alat gesek kartu kredit dan debit mendadak tidak berfungsi atau hilang koneksi. Tentunya, hal ini bisa mengeliminasi satu dua masalah yang kerap timbul saat bertransaksi dengan uang tunai.


Contoh Kasus: Soto Kudus Senayan

Dalam kondisi pandemi semua hal harus mengalami penyesuaian, termasuk operasional usaha. Namun, tentu ada beberapa hal yang tetap harus diperhatikan. Dalam mengelola bisnis F&B miliknya, Adrianus juga harus melakukan penyesuaian.

Soto Kudus Senayan adalah salah satu UKM yang terdampak pandemi namun mampu bertahan. Awalnya, ia memilih berbisnis F&B karena tingkat keberhasilannya yang cukup besar dan modal yang dibutuhkan tidak besar. Tak hanya itu, semua orang butuh makan, dan karenanya pasar untuk produk F&B akan selalu ada. Soto Kudus Senayan sendiri lebih menyasar konsumen muda, yang masih senang berbelanja makanan.

Baca Juga: Tips Mudah Bikin Laporan Keuangan Dengan Aplikasi Digital

Adrianus Roy Samanta, owner Soto Kudus Senayan mengaku memilih soto kudus karena kuliner ini sudah terkenal di mana-mana, bahkan menjadi comfort food bagi sebagian orang. Karenanya, soto pasti gampang diterima oleh pasar. Jangkauan pasarnya pun luas, meskipun kompetitornya juga tak kalah banyak. Namun, meskipun sudah melakukan banyak penyesuaian, Adrianus tetap kesulitan mempertahankan bisnisnya di tengah pandemi.

Saat angka kasus COVID-19 meningkat, Adrianus berpikir untuk membuka outlet di salah satu rumah sakit. Alasannya, karena rumah sakit merupakan tempat yang ramai, sementara di mall justru sepi. Namun, ternyata masyarakat masih takut dalam membeli masakan di rumah sakit. “Yang berani masuk ke area publik seperti ini masih sedikit, kecuali yang memang benar-benar membutuhkan pelayanan rumah sakit, seperti pemeriksaan kehamilan dan pemberian vaksin wajib pada anak serta balita,” ujar Adrianus.

Baca Juga: Mengenalkan Kuliner Nusantara ala Winny Soendaroe

Karenanya, ia kemudian berusaha mengalihkan pengoperasian bisnisnya ke ranah digital. Ia menerapkan sistem kasir dan transaksi dengan pelanggan secara digital, dibantu aplikasi-aplikasi yang ada. Hasilnya, konsumen menjadi lebih nyaman dan merasa aman berbelanja karena sistem yang diberlakukan mengusung konsep less contact. Ia juga mengaku mendapat gambaran performa bisnis yang lebih baik secara digital.

Timnya menjadi lebih sadar terhadap produk-produk apa saja yang lebih diminati konsumen, dan kapan saja waktu konsumen giat berbelanja di tempat mereka. Kedua data ini memungkinkannya untuk lebih mudah menargetkan promosi dan produk yang dijual.

Namun, peralihan ini bukannya tanpa hambatan. Di awal penerapannya, beberapa staf sempat bingung dengan sistem digital yang baru diterapkan. Namun, karena staf dan karyawan yang dipekerjakan juga masih muda, mereka masih ingin banyak belajar sehingga hambatan ini mudah diatasi dengan mendorong staf untuk terus belajar. Hingga saat ini, peralihannya ke ranah digital bisa terbilang cukup lancar.

Baca Juga: Jenis-jenis Promosi Paling Pas Untuk Bisnis Kuliner

Banyak orang tidak mengerti bahwa digital economy sebenarnya selaras dengan pengelolaan data digital. Padahal, Go Digital lebih banyak dan mudah memberi kita akses terhadap data. Saat ini, data adalah hal penting. Promosi, penentuan harga, penentuan jam buka, semuanya bisa ditentukan dengan efektif melalui pembacaan data-data tersebut.

Dengan memanfaatkan hal ini, kita bisa menjalankan bisnis dan promosi dengan lebih efisien. Jangan hanya mengandalkan asumsi dan intuisi. Sudah saatnya kita memajukan bisnis dengan memanfaatkan data digital lebih baik lagi.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Referensi :

  1. https://www.solopos.com/sistem-pembayaran-digital-...
  2. https://help.pawoon.com/hc/id/sections/36000037841...
  3. https://www.harapanrakyat.com/2020/12/aplikasi-pem...