Selama 2 tahun, Vivin Rofiqoh rela bolak-balik menempuh perjalanan 1 jam 15 menit dari kediaman demi mendalami ilmu batik. Dan hasilnya kini wanita yang kerap dipanggil Ivy itu bisa mendirikan bisnis batik yang dia beri nama Sekar Waru Batik. Katanya, keinginan berbisnis muncul lantaran kecintaan pada tanah kelahirannya di Desa Tegalwaru. Seperti apa lika-liku bisnisnya? Berikut ceritanya.

Baca Juga: Peluang Pasar Fashion Batik


Alasan Memilih Usaha Batik

Perjalanan Vivin Rofiqoh dalam merintis usaha Sekar Waru Batik diawali dengan kecintaan pada seni gambar dan mewarnai. Lama kelamaan, kelebihannya itu dimanfaatkannya dengan mengikuti pelatihan dasar membatik di Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Jember tahun 2015.

Setelah menamatkan kursus, wanita yang akrab disapa Ivy ini lantas tak puas hati lalu kembali belajar menekuni batik selama hampir 2 tahun. Hal ini dilakukannya karena selama digembleng BLKI, ilmu yang didapatkan dianggap masih belum memadai.

"Saat itu saya masih bingung mau ngapain dengan ilmu yang 45 hari itu (lama pendidikan di BLKI). Sementara pelajaran batik itu luas sekali," ujarnya.

Berawal dari keresahan itu plus bermodalkan uang 100 ribu rupiah untuk membeli kain batik sendiri, niat Ivy untuk lebih menyelami ilmu membatik dibuktikan dengan mencari guru baru. Perjuangannya bukan tanpa halang rintang. Seperti misalnya harus rela bolak-balik dengan jarak tempuh perjalanan 1 jam 15 menit dari kediamannya.

Baca Juga: Peluang Pasar: Produk Aksesoris Wanita

Karena terkendala waktu, Ivy kala itu hanya bisa berkunjung satu kali dalam seminggu, kadang kalau beruntung bisa sampai dua kali atau bahkan bisa satu kali dalam sebulan. Akibat kondisi seperti itu Ivy merasa jenuh dan tidak PD lantaran cukup lama mempelajari ilmu membatik akibat tidak bisa fokus. Diakuinya, jika bisa lebih fokus, Ivy yakin waktu pembelajaran yang ia tempuh tidak akan sampai 2 tahun. Pelan-pelan tapi pasti, Ivy akhirnya berhasil mendapatkan ilmu membatik.

"Meskipun ya belum 100 persen bahkan sampai hari ini. Alasannya karena batik itu adalah proses yang sangat luar biasa dan sangat banyak sekali teknik baru yang harus dicoba," ujarnya.

Berawal dari perjuangannya itu pula pikiran Ivy seperti kedatangan cahaya terang. Dia tidak hanya memikirkan proses dan pengerjaan, namun lebih kepada nilai bisnis yang bisa dihasilkan dari batik. Dan akhirnya, Ivy yakin ilmu yang didapatkan dengan susah payah itu harus bisa dia bagikan kepada semua orang dengan membuat bisnis batik yang dia beri nama Sekar Waru Batik pada 2018.

"Untuk nama Sekar (bunga) saya pilih karena banyak memiliki filosofi. Maka saya ambil sekar yang berarti mewakili perempuan yang bisa mengharumkan daerahnya dengan membatik. Sementara Waru itu adalah icon dari desa saya (Tegalwaru) biar ingat dari mana saya berasal," jelasnya.

Baca Juga: Shiroshima Indonesia


Tonjolkan Batik Tulis Gradasi dan Batik Karakter Buatan Warga Desa

Menurut Ivy, Sekar Waru Batik memiliki koleksi yang tak dimiliki perajin batik lain. Koleksinya itu adalah batik tulis abstrak gradasi. Perbedaan mencolok dari hasil karyanya terletak dari warna dasar kain. Jika perajin lain hanya memiliki warna polos, maka Sekar Waru Batik memiliki warna dasar smoke, bintik hitam, bintik merah yang bisa disesuaikan dengan selera masing-masing.

Sehingga menghasilkan warna yang menurutnya cukup unik, beda dari yang lain. "Saya berani jamin kalau se Indonesia itu tidak ada batik gradasi bintik. Tapi hanya ada di Sekar Waru Batik," ujarnya.

Selain batik gradasi, keunggulan yang ditonjolkan Sekar Waru Batik lainnya adalah batik karakter motif kartun atau wayang yang sengaja dibuat untuk menarik minat anak kecil untuk mencintai batik sejak dini. Sayang, di awal-awal launching, batik jenis ini mendapatkan cibiran dari warga sekitar.

Baca Juga: Jawa Classic, Mengulik Limbah Menjadi Apik dan Menarik

"Lah kok batik e unyil-unyilan," ujar Ivy menirukan sindiran orang. Atau "Lah kok batiknya kartun sih. Masak kartun ada di batik," ucapnya kembali.

"Tapi saya positif thinking kembali pada tujuan saya untuk mengajarkan sejak dini pada anak untuk mencintai batik. Gambar kartun kesukaan mereka dapat dijadikan sebagai stimulus agar mereka tertarik belajar batik," ujarnya.

Poin terakhir yang ditonjolkan dari Sekar Waru Batik yakni pusat produksi terletak di daerah terpencil, jauh dari hiruk pikuk perkotaan dan langsung diproduksi oleh remaja desa atau perempuan asli desa. Namun minusnya, akibat mempekerjakan warga sekitar, dia malah mengalami kendala produksi. Ketika ada karyawan yang mengundurkan diri, maka Ivy mau tidak mau harus merekrut karyawan baru.

Dari yang belum tahu sampai menjadi mahir, katanya membutuhkan waktu 3-4 bulan untuk menguasai salah satu proses membatik. Sehingga, arus produksi Sekar Waru Batik kerap tersendat-sendat.

Meskipun seperti itu, niatnya tidak pernah surut dan padam untuk mempekerjakan dan memilih warga tempatan ketimbang warga luar yang memiliki pengalaman membatik. Oleh sebab itu dia menginginkan masukan dari berbagai pihak agar dapat mengetahui resep biar lebih fokus lagi dalam manajemen produksi.

Baca Juga: Ragam Cara Mengembangkan Usaha dengan Mengoptimalkan Dampak Sosial dan Pemberdayaan Komunitas


Keluarga dan Warga Desa Jadi Motivasi Untuk Terus Berkarya

Karena termotivasi dengan kehadiran keluarga dan warga desa, usaha Ivy masih tetap eksis sampai saat ini. Katanya, di desanya kaum hawa masih banyak yang tidak produktif. Atau tidak bisa bekerja ke kota karena harus mengurus anak.

Termasuk masih banyak anak putus sekolah, sampai remaja yang belum mendapatkan pekerjaan. Sadar dengan kondisi desanya itu, Ivy ingin Sekar Waru Batik bermanfaat bagi warga sekitar. Hal ini katanya mendapatkan dukungan dari perangkat desa yang bersedia menjadi promotor agar Sekar Waru Batik semakin berkembang.

Baca Juga: Menembus Pasar Global Melalui Pemberdayaan Potensi Lokal Ala Salam Rancage


Membuka Diri Untuk Saling Berkolaborasi

Ditengah banyaknya para perajin yang memilih menutup diri dengan lingkungan sekitar, Sekar Waru Batik malah kebalikannya. Ivy mengaku membuka diri dengan aktif di berbagai kegiatan bersama pihak lain terutama untuk urusan kolaborasi.

Salah satu yang dia lakukan adalah menjalin kerja sama dengan para desainer sampai agensi model. Yang terbaru ketika Sekar Waru Batik terlibat langsung dalam acara Papuma Fashion Week (PFW) di Pantai Papuma, peragaan busana di pantai berlatar batu karang, 10-11 September 2022.

Baca Juga: Kemitraan, Strategi Bisnis UMKM Dalam Meningkatkan Omzet Penjualan


Sumber: jatim.genpi.co

Di sana, Ivy mengaku menjalin kerja sama dengan Shame modeling, menampilkan 15 karya batik terbaiknya. Ivy memberikan masukan bagi sahabat wirausaha yang ingin mengikuti jejaknya dalam hal kolaborasi. Sarannya yakni dengan ikut aktif dalam berbagai macam kegiatan. Dari sana tentu kita akan mengenal banyak orang, terutama dari para agensi dan model.


Empat Poin Memulai Bisnis dari Nol

Ivy menutup pembicaraan dengan memberikan masukan bagaimana caranya memulai bisnis dari awal. Pertama, tanamkan kemauan yang kuat untuk memulai bisnis, kemudian harus pintar-pintar membaca peluang terkait bisnis yang kini tengah digandrungi.

Setelah poin kemauan dan membaca peluang, untuk memulai bisnis dari nol itu harus memiliki ilmunya. Ketika sahabat wirausaha ingin memulai bisnis batik seperti Ivy, seluk beluk dari hulu ke hilir harus sudah benar-benar dikuasai. Keempat poin di atas ditutupnya dengan kata-kata: Jangan Pernah Menyerah dan Tetap Berinovasi. "Karena kegagalan itu bukan karena terjatuh, tapi karena berhenti dan menyerah," sebutnya.

Baca Juga: Tips Memulai Usaha Dagang atau Toko Online

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini.

Referensi:

Vivin Rofiqoh