Sadarkah sahabat wirausaha? Bahwa kita melakukan segala aktivitas di bumi ini. Mulai dari melakukan aktivitas sehari-hari hingga transaksi bisnis. Kita telah mengotori bumi dengan 67 juta ton sampah per tahun yang mana hanya 18 persen saja diantaranya yang diolah. Untuk itu, kita perlu memberikan keseimbangan kepada bumi kita. Maka, bagi sahabat wirausaha yang ingin memulai bisnis, mungkin bisa beralih ke bisnis lestari. Mari kita simak sedikit tentang bisnis lestari!


Apa itu Bisnis Lestari?

Bisnis lestari merupakan suatu bisnis yang lebih ramah lingkungan. Bisnis lestari ini dibedakan menjadi 3 macam, diantaranya adalah bisnis sirkular, bisnis inklusif, dan bisnis tahan banting. Bisnis sirkular merupakan bisnis memanfaatkan limbah usaha untuk usahanya sendiri terlebih bisa digunakan untuk menambah produk atau digunakan kembali untuk produksi. Sebagai contoh, sebuah restoran yang membuat limbahnya menjadi pupuk untuk sayuran yang menjadi bahan dasar makanan mereka. Bisnis inklusif adalah bisnis yang dapat memberikan kesempatan kepada siapa saja tanpa memandang apapun kecuali kapabilitas. Dengan ini, bisnis memberikan kesempatan bagi para laki-laki, perempuan, bahkan penyandang disabilitas selama mereka dapat bekerja sesuai yang diinginkan. Sedangkan bisnis yang tahan banting adalah bisnis bisa bertahan di kondisi penuh risiko seperti saat merebaknya wabah COVID-19. Dengan ini, bisnis bisa cepat beradaptasi pada perubahan. Sehingga tidak kalah ditekan oleh perubahan.

Baca Juga: Tips Mendaur Ulang dan Memanfaatkan Kembali Limbah Plastik


Mengapa bisnis harus bertransformasi menuju bisnis lestari?

Tahukah sahabat wirausaha, bisnis lestari kini telah menjadi tren sehingga sudah diterapkan di beberapa belahan dunia. Sehingga untuk menjadi bisnis yang sukses harus dapat menyesuaikan dengan keadaan yang ada. Selain itu banyak mitra kerjasama yang juga sudah menerapkan ini, sehingga mau tidak mau harus menyesuaikan dengan keadaan yang ada. Dari sisi keuangan, program lomba, hibah, dan pendanaan semakin banyak yang ingin membiayai dan memprioritaskan bisnis hijau. Jadi marilah sahabat wirausaha bertransformasi menuju bisnis lestari.


Berani Inovasi dan Tingkatkan Daya Saing dengan Prinsip Bisnis Lestari

Sahabat wirausaha berikut beberapa langkah untuk berinovasi dan meningkatkan daya saing dengan prinsip bisnis lestari:

  1. Pola pikir atau mindset: pertama pola pikir hijau harus ada pada para wirausaha yang menyatakan bahwa bisnis lestari adalah hal yang harus dicapai.
  2. Keterampilan dan pengetahuan atau skill set: keterampilan ini digunakan untuk dapat berinovasi menghasilkan produk dan layanan yang lebih baik dan hijau.
  3. Alat dan metode atau tool set: prosedur dan metode yang dapat memantau bagaimana capaian organisasi bisa terealisasi.
  4. Berani berinovasi

Baca Juga: Bagaimana Memisahkan dan Membuang Limbah Bisnis yang Baik?

Inovasi ini dapat muncul dengan memahami pelanggan. Persona konsumen/buyer berupa masalah dan tata nilai mereka dalam berbelanja. Hal ini menjadi penting karena sebuah inovasi akan terjadi jika produk kita menjadi solusi bagi konsumennya. Solusi yang meningkatkan kualitas kehidupan konsumen kita.

  1. Menambah saluran distribusi ke toko-toko isi ulang
  2. Kolaborasi paket bundling dengan merek atau usaha lain
  3. Membuat paket eco-friendly

Langkah Sederhana Transformasi Memulai Bisnis Lestari

Salah satu contoh alat yang dapat membantu mewujudkan transformasi adalah kuisioner GUSTI. GUSTI adalah perangkat evaluasi yang sangat mudah dalam mengidentifikasinya. Sangat mudah! Berikut keterangan dari GUSTI.

1. G = Gesit digital

Di era sekarang, gesit digital sangat penting agar kita dapat hemat kertas, mengurangi emisi akibat transportasi dan juga hemat waktu

2. U = untung

Untung berisi tentang bagaimana UMKM berstrategi agar sebisa mungkin perusahaan bisa untung terus, baik melalui perluasan pasar dan omset, penghematan, atau keduanya. Kemudian strategi ini dapat dijaga keberlanjutannya.

Baca Juga: Jawa Classic, Mengulik Limbah Menjadi Apik dan Menarik

3. S = sirkuler

Sirkuler dimaksudkan agar UMKM melakukan upaya agar sisa atau limbah usahanya itu digunakan kembali (reuse) atau setidaknya diolah kembali (recycle). Yang utama adalah kita dapat mengambil upaya agar limbah yang dihasilkan dapat dikelola dengan baik sehingga tidak menumpuk begitu saja di pembuangan akhir.

4. T = Tahan banting

Tahan banting distrategikan dengan beragam upaya yang dilakukan oleh UMKM agar memiliki beragam alternatif dengan menyiapkan jarring-jaring pengaman untuk ragam jenis resiko yang mungkin dihadapi.

5. I = inklusif

Bisnis lestari memberikan ruang partisipasi bagi tim atau karyawan, masyarakat sekitar, bahkan yang lebih mulia lagi memberi ruang keterlibatan masyarakat marginal tertentu agar bisa meraih pendapatan melalui rantai pasokan bisnis yang didirikan.

Baca Juga: Ragam Bentuk Pelestarian Lingkungan Untuk UMKM


Pertanyaan-Pertanyaan Apa Saja Yang Terdapat Dalam Kuesioner GUSTI?

Kuesioner ini merupakan salah satu alat evaluasi yang sangat mudah dalam mengidentifikasinya. Kuesioner ini terdiri dari 25 pertanyaan yang hanya perlu dijawab dengan ya dan tidak. Sahabat wirausaha harus menjawab pertanyaan berikut ini dengan tegas yakni ya atau tidak.

1. Gesit digital

  1. Minimal 2/3 anggota tim mampu mengoperasikan beberapa aplikasi digital yang penting untuk mendukung produktivitas dan kecepatan perusahaan merespon perubahan seperti microsoft office, media sosial, dan ecommerce. (Ya/Tidak)
  2. Menghadirkan produk dan layanan yang membantu masyarakat menyelesaikan permasalahan atau keinginannya, serta dapat dibeli masyarakat secara online melalui minimal dua saluran digital. (Ya/Tidak)
  3. Memiliki tim yang kompak dan adaptif, yang mampu mengoptimalkan minimal 2 solusi digital untuk koordinasi, diskusi, saling mereview hasil kerja, dan melakukan berbagai persetujuan atas hasil atau rencana kerja. (Ya/Tidak)
  4. Memiliki pemimpin perusahaan yang pro-aktif mem perluas jejaring dengan memiliki kontak lebih dari 50 mitra perusahaan, menjadi anggota di minimal 3 organisasi/komunitas (offline atau online), dan mudah diakses oleh seluruh jajaran timnya (minimal secara online). (Ya/Tidak)
  5. Minimal 1 bulan 1 kali melakukan sesi review umpan balik konsumen baik dengan mengamati komen dan review konsumen di berbagai platform digital maupun dengan diskusi evaluasi bersama tim, untuk memastikan arah inovasi berbasis masukan konsumen. (Ya/Tidak)

Baca Juga: Beberapa Skema Transformasi Untuk Menjadi Bisnis yang Lebih Bertanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

2. Untung

  1. Setiap tahun ada upaya terstruktur untuk membuka potensi pasar baru dengan merancang produk dari kacamata kebutuhan konsumen, memvalidasi, mengukur besaran pasarnya. Melakukan perhitungan terlebih dahulu, berapa jumlah penduduk potensial, sudah berapa produk sejenis disana, dan lain sebagainya. (Ya/Tidak)
  2. Mengeksplorasi cara-cara baru berusaha - dari sisi pengadaan bahan baku, produksi, sampai pada urusan distribusi, promosi, dan pembangunan hubungan baik dengan konsumen - melalui diskusi dengan mentor atau ahli minimal 3 kali dalam setahun. Kita mengajak mentor atau ahli mengevaluasi usaha kita apakah ada yang bisa dirubah agar lebih efisien atau produktif. (Ya/Tidak)
  3. Secara terstruktur merencanakan dan menyelenggarakan kegiatan untuk memperkuat hubungan baik dengan konsumen dan mengunci loyalitasnya. Contohnya , memiliki sesi ngopi bersama konsumen atau reseller untuk mengakanya urun sumbang ide inovasi dari konsumen untuk perusahaan, dan sejenisnya, minimal 5 aktivitas per tahun. Ini penting banget agar kita bisa empati dan mendalami apa yang penting dan diharapkan dari bisnis kita. (Ya/Tidak)
  4. Memiliki formula profit yang mengidentifikasi setidaknya 5 produk atau kegiatan sumber profit yang dijadikan andalan perusahaan di setiap tahunnya. Contoh untuk bisnis rumah makan, kita memiliki strategi bahwa sumber profit adalah es teh manis, ayam goreng, pepes jamur, es jahe, dan paket training masak ayam goreng; menu lain yang ditawarkan ke konsumen adalah pelengkap atau variasi. (Ya/Tidak)
  5. Mengalokasikan sebagian untung perusahaan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bisnis utama. Contoh, dari seluruh profit, 10% ditempatkan ke peluang investasi lain seperti deposito, saham, hewan ternak, waralaba, atau bisnis lain, tentunya dengan pertimbangan risiko dan imbal hasil yang matang. (Ya/Tidak)

Baca Juga: Apa itu Reuse?

3. Sirkuler

  1. Minimal 50% bahan baku produk ramah lingkungan (Eco label, organik, non-pestisida, bersertifikasi legal. dll) dan 50% komponen kemasan dari material yang bisa dipakai ulang (reuse) atau didaur ulang (recycle). (Ya/Tidak)
  2. Minimal telah mengupayakan agar sisa produksi dikelola kembali (recycle) sehingga tidak mencemari lingkungan atau menumpuk di tempat pembuangan sampah, baik secara langsung atau tidak langsung melalui kemitraan. Jika baru ada 1 action pun tidak masalah. (Ya/Tidak)
  3. Minimal ada sisa atau limbah produksi yang dipakai kembali (reuse) untuk mendukung aktivitas bisnis. Misalnya, membuat program diskon bagi konsumen yang mengembalikan botol produk, atau jika produk kerajinan, furnitur dan fashion, terdapat program pengembalian baju pre-loved (bekas) untuk diolah lagi untuk dibuat jadi produk baru. (Ya/Tidak)
  4. Minimal telah ada upaya efisiensi energi penunjang bisnis (termasuk penggunaan energi yang berasal dari sumber terbarukan seperti biogas, solar panel, listrik tenaga air, dll) ) Contoh paling mudah, ganti lampu saja dulu agar hemat listrik, atau buat ruang kerja yang paparan cahayanya luas, jadi siang hari benar-benar tidak perlu pasang lampu. Banyak lho tempat usaha yang siang-siang juga masih perlu pasang lampu. (Ya/Tidak)
  5. Mengkomunikasikan data capaian upaya sirkuler bisnis di berbagai media publikasi (kemasan, label, profil media sosial, Company profile dll). Misalnya membuat konten di media sosial sebulan sekali dan menuliskan: “Yey, bulan ini kami sudah mengolah kembali 100 kg sampah organik dari dapur kami” . (Ya/Tidak)

Baca Juga: Cerita Inspirasi, Bhoomi Art

4. Tahan banting

  1. Memiliki kontak dan hubungan baik dengan lebih dari 3 mitra/kolega pemasok bahan baku maupun kemasan. Jangan hanya memiliki 1 pemasok saja. (Ya/Tidak)
  2. Tergabung di minimal 2 komunitas/ekosistem solidaritas tertentu yang dapat menjadi jejaring pengaman ketika terjadi masalah atau hambatan tertentu. Ini beda ya dengan komunitas bisnis, melainkan lebih ke komunitas pendukung lain, misalnya akrab dengan keluarga besar, alumni SMA, dan semacamnya. (Ya/Tidak)
  3. Mengikuti program asuransi untuk memindahkan risiko, minimal berupa asuransi kesehatan pemilik dan karyawan tetap, serta asuransi musibah/kecelakaan di tempat kerja. (Ya/Tidak)
  4. Memiliki cadangan aset (kas, stok, hewan ternak, emas dll) dengan nilai yang cukup untuk menutupi seluruh biaya rutin bisnis selama 6 bulan; dan cadangan kas sendiri minimal bisa menutupi 3 bulan biaya rutin. Jadi jika terjadi kerugian, usaha masih memiliki cadangan untuk menjamin keberlanjutan usaha sambil memikirkan strategi selanjutnya. (Ya/Tidak)
  5. Memiliki dokumen profil usaha serta Standar Operasional dan Mutu tertulis untuk memudahkan proses transfer pengetahuan kepada karyawan baru atau karyawan pengganti, minimal terkait proses produksi dan Customer Service (FAQ, dll). (Ya/Tidak)

Baca Juga: Kanagoods, Melangkah Dengan Produk Fashion Berkelanjutan

5. Inklusif

  1. Memiliki forum/ pertemuan rutin/mekanisme untuk seluruh jajaran tim berpendapat, menyampaikan komplain, dan mengajukan gagasan/usulan perbaikan. Minimal 3 bulan sekali aja. Lebih cepat ya lebih baik. (Ya/Tidak)
  2. Melibatkan kelompok masyarakat di sekitar tempat usaha dan/atau masyarakat marginal tertentu (orang dengan disabilitas, narapidana, remaja putus sekolah, dll) sebagai mitra di dalam rantai pasok bisnis. Agar mereka juga bisa meraih penghasilan dari bisnis kita. (Ya/Tidak)
  3. Memberi upah yang sesuai dengan peraturan UMR setempat minimal untuk karyawan tetap dan memastikan kesepakatan harga bersama mitra bisnis terjadi secara sukarela dan saling menguntungkan. (Ya/Tidak)
  4. Mengalokasikan sumber daya untuk meningkatkan keterampilan mitra komunitas dan karyawan pada program rutin tahunan Misalnya, buat program pelatihan gratis tahunan, ini bisa dikemas dengan program wajib jadi relawan untuk karyawan misalnya 4 jam setahun. (Ya/Tidak)
  5. Memiliki mekanisme partisipasi kepemilikan atau penyampaian saran/masukan bagi tim internal dan mitra komunitas untuk terlibat dalam pengambilan keputusan strategis perusahaan. Misalnya waktu pandemi nih, keputusan untuk potong gaji semua, atau ada yang diPHK, ini kan bisa diambil bersama. Cukup banyak yang lakukan ini dan justru tim nya jadi makin solid. Setelah evaluasi semua, nanti kelihatan mana yang sudah dan belum checklist kan? tinggal diskusikan bersama tim, perbaikan mana yang ingin diprioritaskan terlebih dulu. (Ya/Tidak)

Baca Juga: 10 Wirausaha Inovatif yang Ramah Lingkungan

https://lh3.googleusercontent.com/Ev2ikO4DFUGBCKeM41pRyC7DWF5cqC_19SAgwmFIuImfHRkfZEW_jgSuHpqwx7vPbDWw4r6KLHB7x9j6LSj8sPjwN_jgnsSLHtXXulkgRM6JaV-WjhyYWQbf6Pbuubzgd0UQ2ZBDsXiDO5e1HY-3Lg=s2048

Keterangan : Daftar Pertanyaan GUSTI

Sumber: ttps://docs.google.com/presentation/d/1WarjOxl7ZpVgusfV29KJCT0xWWjiKnXJ/edit#slide=id.p1

Sekian penjelasan tentang bisnis lestari dan transformasi bisnis lestari. Semoga sahabat wirausaha semua semakin yakin dan tertarik untuk melakukan transformasi bisnisnya menjadi lebih lestari. Untuk mempermudah dapat digunakan kuesioner GUSTI ini. Ikuti juga kursus onlinenya, gratis di sini ya: tumbu.co.id/tranformasibisnislestari.

Semangat!

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini.

Daftar Pustaka:

Modul 1 Bangkit Lawan Pandemi dengan Inovasi Menjadi Bisnis Lestari.pptx - Google Slide