Meningkatnya persaingan dalam era perdagangan bebas saat ini, maka mau tidak mau kita harus menemukan nilai keunggulan unik yang ditawarkan oleh produk ekspor kepada pembeli, yang biasa disebut value propositions atau unique selling propositions. Tapi pertanyaannya, bagaimanakah kita bisa mencari nilai keunggulan tersebut ketika sudah banyak produk yang hampir sama ditawarkan di pasar ekspor? Inilah saatnya kita dapat menawarkan dan mengkomunikasikan prinsip sustainability (berkelanjutan) sebagai nilai keunggulan produk ekspor kita.

Baca Juga: UKM Bisa Siap Ekspor dengan Kenali 8 Hal ini

Kita dapat melihat bahwa saat ini terdapat kebutuhan dari pasar ekspor terhadap sertifikasi yang berkaitan dengan praktik sustainability. Pemenuhan standar ini meskipun belum bersifat sepenuhnya wajib dan umum, tapi terjadi peningkatan permintaan yang terus berkembang serta dapat meningkatkan daya saing dan harga jual secara signifikan. Tapi kita harus akui, bahwa kita sebagai pelaku UKM memiliki keterbatasan dalam kemampuan dan modal untuk memenuhi berbagai sertifikasi standar sustainability tersebut.

Maka dari itu, disini kita akan membahas bagaimana pemenuhan standar ekspor berkaitan sustainability itu tanpa melalui sertifikasi. Caranya itu adalah dengan “story” atau cerita. Sudah banyak bukti bahwa pembeli/importir mampu tertarik membeli produk UKM yang memiliki cerita unik terkait prinsip sustainability ini.


Apa itu Sustainability?

Sustainability (berkelanjutan) dalam konteks umum artinya bagaimana bisnis memenuhi kebutuhan konsumen saat ini sembari turut serta memberdayakan masyarakat dan melestarikan lingkungan hidup. Terdapat tiga pilar utama dalam konsep sustainability ini yang dapat dijalankan dalam bisnis, yaitu:

Baca Juga: Tips Sukses Ekspor Berdasarkan Hasil Penelitian

  • Ekonomi: suatu bisnis harus memberikan keuntungan ekonomi bagi kesinambungan usahanya dan bagaimana keuntungan ini dapat dikontribusikan bagi pemberdayaan masyarakat dan lingkungan.
  • Lingkungan: suatu bisnis harus mengurangi dampak kerugian bagi lingkungan seperti pada limbah, air dan energi, sekaligus menemukan inovasi baru untuk produk dan layanan yang lebih hijau.
  • Sosial: suatu bisnis harus mendukung karyawan, masyarakat, konsumen dan pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya di sekitarnya, melalui program perlindungan kerja karyawan, pemberian renumerasi yang adil bagi karyawan, penanganan keluhan konsumen, perlindungan keseh

Prinsip sustainability mendorong bisnis untuk mengutamakan dampak jangka panjang daripada jangka pendek. Ini juga mempengaruhi bisnis untuk mempertimbangkan banyak aspek ketimbang hanya aspek laba-rugi. Biasanya upaya sustainability membutuhkan suatu investasi di awal untuk manfaat di masa mendatang. Beberapa contoh upaya bisnis yang berkelanjutan (sustainable) adalah menurunkan pemakaian energi, memperhatikan kesejahteraan karyawan, membeli bahan baku yang transparan dan berkualitas, mendaur ulang limbah, serta berinovasi dalam hal produk untuk kesehatan pelanggan.

Baca Juga: Melihat Potensi Ekspor bagi UKM Indonesia


Mengapa Prinsip Sustainability itu Penting bagi UKM?

Pertama-tama, coba sahabat UKM bandingkan kedua iklan menu kuliner ayam di bawah. Manakah yang lebih menjual? Apakah perbedaan dari kedua iklan tersebut?


Gambar diambil dari O'Chicken dan Ayam Geprek Juara

Dua-duanya memiliki nilai jual tersendiri. Iklan Ayam Penyet Organik berusaha menarik pembeli dengan isu kesehatan dan lingkungan dengan solusi produksi ayam yang bebas hormon, antibiotik, dan MSG. Di sisi lain, Ayam Geprek Juara lebih menarik pembeli melalui manfaat keterjangkauan harga dan paket yang lengkap. Akan tetapi, kebanyakan orang sudah tahu cita rasa dari kedua menu kuliner ayam di atas.

Baca Juga: Standar yang Wajib Dipenuhi dalam Ekspor

Jadi untuk menggugah emosi konsumen, tidak bisa kita hanya menekankan sekedar manfaat/fungsi pada produk ekspor kita. Bagi segmen konsumen yang peduli dengan isu kesehatan dan lingkungan, mereka akan lebih tergugah emosinya dengan produk yang mengedepankan nilai keunggulan produksi organik yang unik seperti pada iklan Ayam Penyet Organik, yang termasuk dalam prinsip sustainability.

Apalagi, saat ini konsumen, khususnya generasi milenial, sudah mulai peduli dan tertarik terhadap produk yang mengedepankan prinsip sustainability seperti organik, eco-green, social enterprise, hingga perlindungan anak dan perempuan. Forbes mengatakan bahwa generasi milenial adalah konsumen yang paling penting untuk dibidik sekarang karena besarnya kemampuan pengeluaran yang mereka miliki. Data penelitian Nielsen juga menemukan bahwa 81% konsumen merasa penting bahwa perusahaan turut meningkatkan kondisi lingkungan. Opini ini disetujui oleh semua gender dan generasi (tidak hanya millennial). Bahkan, berdasarkan riset tersebut, kepedulian konsumen di negara-negara Asia Pasifik saat ini sudah lebih tinggi daripada negara-negara Eropa dan Amerika Utara. Fakta-fakta ini menerangkan bahwa produk yang mengedepankan prinsip sustainability akan lebih memiliki nilai jual di pasar ekspor.

Baca Juga: Standar yang Umum Dibutuhkan Pembeli Ekspor

Pada sisi kebijakan dan regulasi, PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) sudah menjadikan Sustainable Development Goals (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) sebagai tujuan pembangunan global yang harus dijalankan setiap negara. Begitu juga pemerintah Indonesia yang mendorong pelaku usaha untuk menerapkan prinsip sustainability melalui regulasinya. Salah satunya melalui POJK (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan) No. 51 Tahun 2017, yang mewajibkan perusahaan publik dan lembaga jasa keuangan untuk membuat laporan berkelanjutan (sustainability report).

Oleh karena itu, pelaku UKM yang mulai menerapkan prinsip sustainability dalam bisnisnya dijamin akan memiliki prospek bagus kedepannya, baik itu di pasar domestik maupun ekspor, karena selalu up-to-date dan naik kelas sesuai dengan tren global.

Baca Juga: Standar yang Khusus untuk Unggul dalam Ekspor


Bagaimana UKM dapat Memiliki Prinsip Sustainability?

Prinsip sustainability ini sebetulnya sangat mudah loh. Ingat, sustainability itu bukan hanya mengenai isu lingkungan. Terdapat aspek-aspek lainnya yang dicakup dalam sustainability ini, termasuk salah satunya isu sosial yang sangat erat keberadaannya di sekitar usaha kita.

Banyak sekali saat ini pelaku UKM yang sudah memberikan pemberdayaan masyarakat. Misalnya, kita memberikan pelatihan pada masyarakat sekitar yang kurang mampu untuk dapat memproduksi barang tertentu, lalu barang tersebut kita beli dan jualkan ke pasar. Secara tidak sadar, kita tidak hanya tidak hanya memberikan ilmu kepada masyarakat tersebut, tapi juga meningkatkan taraf hidup mereka. Contoh lainnya yang sering ditemukan adalah meningkatkan kesejahteraan karyawan, memberdayakan masyarakat, mendorong gaya hidup positif, membeli dari pemasok lokal, dan melindungi hak pekerja perempuan, dan mengurangi tingkat kecelakaan kerja di lokasi UKM.

Baca Juga: Potensi Impor ASEAN

Hal terpenting disini adalah bahwa sustainability harus diidentifikasi dalam setiap proses bisnis. Setiap langkah proses bisnis pada masing-masing industri memiliki aspek sustainability yang dapat dilakukan. Contohnya pada industri makanan, kita dapat mengidentifikasinya dari mulai pertanian, pengolahan, distribusi, konsumsi, sampai limbah. Sama halnya pada industri tekstil yang dapat diidentifikasi dari mulai pertanian, penenunan, penjahitan, distribusi, pemakaian, sampai limbah.

Secara umum, sahabat UKM dapat mengidentifikasi aspek sustainability pada tiga tahapan proses ini:

  1. Pembelian Bahan Baku: misalnya asal pemasok (lokal/luar negeri), verifikasi pemilihan pemasok, dan kontrol keamanan bahan baku.
  2. Pengolahan Bahan Baku: misalnya keamanan & kebersihan tempat produksi, penghematan energi, keselamatan & kesejahteraan karyawan, dan daur ulang limbah.
  3. Distribusi & Konsumsi: misalnya mode transportasi distribusi, kemasan yang ramah lingkungan, keamanan konsumsi, dan layanan purnajual & komplain konsumen.

Cerita-cerita dalam setiap tahap inilah yang harus kita identifikasi untuk dapat menciptakan nilai keunggulan sustainability dibandingkan para pesaing kita. Tapi ingat, semua proses positif ini harus diceritakan dan dikomunikasikan ke publik agar produk kita dikenal dengan keunikan dan kontribusi positifnya. Komunikasi cerita sustainability ini tidak hanya mampu menarik calon pembeli, tapi juga mampu menarik calon investor yang dapat meningkatkan modal. Yuk kita bahas selanjutnya bagaimana cara mengkomunikasikannya.

Baca Juga: Tren Ekspor-Impor (B2B) Indonesia dalam Era New Normal


Menyusun Company Profile Berbasis Sustainability sebagai Fondasi Komunikasi

Langkah awal yang dapat dilakukan oleh sahabat UKM disini adalah melalui penyusunan company profile dengan berbagai aspek sustainability yang sudah diidentifikasi. Ini merupakan fondasi bagi UKM dalam mengkomunikasikan prinsip sustainability dalam bisnis ke calon pembeli atau importir.

Mengapa company profile ini penting dalam melakukan ekspor? Calon pembeli/importir dalam membeli suatu produk ekspor, tidak hanya melihat dari hanya dari barangnya. Tapi mereka lebih mempertimbangkan bagaimana profil dan kinerja perusahaan eksportir tersebut. Bahkan biasanya mereka sampai ingin mengetahui secara detail bahan baku dan proses bisnis yang sudah sesuai dengan etika dan bertanggung jawab.

Baca Juga: Tips Jitu Untuk Sukses di Pameran Internasional

Terutama pada pasar negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat, kebanyakan importir dan konsumen ingin memastikan bahan baku yang digunakan aman dan tersertifikasi, tenaga kerja terlindungi dan sejahtera, tidak mempekerjakan anak di bawah umur, serta proses bisnis kita tidak merusak lingkungan. Tidak heran jika mereka biasanya melakukan audit terhadap produsen/eksportir sebelum terjadi kesepakatan jual-beli.

Nah, dengan adanya company profile berbasis sustainability ini, kita dapat dengan mudah mengkomunikasikan hal ini kepada calon pembeli/importir. Setidaknya kita sudah menang pada tahap seleksi awal di antara banyak pesaing ekspor, dengan menunjukkan kepedulian usaha kita terhadap prinsip sustainability. Jadi, peluang kita untuk lanjut ke tahap negosiasi penjualan akan meningkat setelah mengirimkan atau mengkomunikasikan company profile ini bagi calon pembeli/importir.

Baca Juga: Tips Sukses Mengikuti Pameran dan Meningkatkan Kualitas Produk Ala Kultiva Co

Company profile ini nantinya juga bisa menjadi dasar dalam penyusunan konten di aset promosi/komunikasi lainnya seperti website, media sosial, brosur, dan lainnya. Pastikan bahwa sahabat UKM konsisten dalam mengkomunikasikan prinsip sustainability pada setiap aset promosi/komunikasi ini.


GRI Standards sebagai Panduan Penyusunan Company Profile Berbasis Sustainability

Kita sudah mengetahui pentingnya komunikasi prinsip sustainability melalui company profile. Tapi, pasti banyak yang bingung bagaimana menyusunnya sesuai yang dibutuhkan oleh pasar ekspor. Inilah mengapa kita sebaiknya mencari praktik terbaik dalam pelaporan aspek sustainability ini. Salah satu standar sustainability reporting yang diakui internasional adalah GRI Standards. GRI (Global Reporting Initiative) adalah suatu lembaga non-profit di Belanda, berdiri sejak 1977, yang menjadi pertama menjadi acuan dalam sustainability reporting bagi berbagai perusahaan ternama di dunia.

Baca Juga: Cost, Insurance, dan Freight (CIF)

Tidak hanya perusahaan besar yang bisa mengaplikasikan GRI Standards dalam mengkomunikasikan prinsip sustainability, tapi ini bisa juga dilakukan oleh pelaku UKM. GRI Standards mampu memberikan panduan bagi sahabat UKM dalam memilih berbagai topik sustainability yang bisa dikomunikasikan dan mengintegrasikannya dalam company profile. Yuk kita bahas apa saja topik sustainability yang direkomendasikan tersebut,

Sebenarnya GRI Standards memiliki 34 topik spesifik sustainability dari tiga kategori untuk dapat dibahas oleh perusahaan pada sustainability reporting. Namun pelaku UKM tidak perlu memasukkan semua topik tersebut. Berikut beberapa topik terpenting yang dapat diaplikasikan bagi pelaku UKM dan dimasukkan dalam company profile.


Itulah beberapa topik yang pelaku UKM dapat komunikasikan ke calon pembeli melalui company profile atau aset komunikasi/promosi lainnya. Penting bahwa komunikasi ini tidak hanya berupa penjelasan, tapi lebih baik diberikan data kuantitatif dan foto-foto sebagai bukti sehingga calon pembeli menjadi percaya.

Baca Juga: Memantau Peluang Pasar Ekspor melalui Platform Alibaba

Sudah banyak UKM yang mendapatkan manfaat dari komunikasi prinsip sustainability mengikuti acuan GRI Standards ini yang meningkatkan akses pasar lokal maupun ekspor. Beberapa contoh diantaranya adalah Rorokenes, Zanana Chips, dan Bakmi Sundoro. Baca juga artikel Keberhasilan Ekspor Rorokenes Menggunakan Prinsip Sustainability

Intinya, jika sahabat UKM mampu mengkomunikasikan prinsip sustainability melalui company profile (apalagi mengikuti acuan GRI Standards), maka sudah memiliki orientasi jangka panjang dan berskala global. Kebutuhan ekspor pun akan semakin mudah untuk dipenuhi, meskipun belum adanya sertifikasi.

Sebagai penutup, pelaku UKM penting sekali untuk mulai peduli dengan tren kebutuhan sustainability ini, terutama untuk bisa sukses dalam ekspor. Jangan terlebih dahulu memikirkan sulitnya pemenuhan standar sustainability apalagi sertifikasi. Hal terpenting yang bisa dilakukan UKM saat ini adalah mulai melakukan praktik sustainability ini secara bertahap. Dengan memiliki komitmen dan praktik akan prinsip sustainability yang kuat, kedepannya akan membantu menarik perhatian konsumen, importir, dan investor, dan menjadikan bisnis anda ‘naik kelas’ sesuai dengan tren global. Serta jangan lupa, komunikasikan secara konsisten prinsip sustainability ini melalui cerita yang unik dan kuat kepada para calon pembeli atau importir.

Baca Juga: Mengenal Ragam Standar Produk Ekspor

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.