Hand arrange white letters brand

Berbisnis tidak hanya sekadar modal nekat dan yang penting bisa jalan, tetapi harus memiliki strategi marketing yang jitu agar bisa membidik target pasar dengan tepat. Tanpa strategi, bisnis hanya akan berjalan tanpa ‘nyawa’ sehingga tidak memiliki pancaran aura yang menjadi magnet untuk menarik customer.

Membangun brand positioning merupakan salah satu strategi penting dalam bisnis. Brand positioning adalah gambaran dari posisi suatu brand produk atau bisnis di benak customer. Jadi, brand positioning tak hanya sekadar logo atau tagline bisnis saja, tetapi juga strategi yang digunakan untuk membedakan suatu produk atau bisnis dengan yang lainnya.


Startegi Membangun Brand Positioning

Ketika suatu produk atau bisnis memiliki brand yang kuat, maka brand tersebut telah mendapat tempat khusus bahkan melekat di benak customer. Misalnya, Aqua adalah suatu brand produk air kemasan siap minum, dan telah menjadi market leader. Ketika orang membutuhkan air kemasan, maka brand yang muncul pertama kali dalam benak customer adalah Aqua, meski ada beragam produk air minum kemasan lainnya. Sebab itulah, brand positioning penting karena akan menuntun bisnis berjalan lebih terarah.

Baca Juga: Apa itu Product Adaptation?

Di tengah ketatnya persaingan bisnis pada setiap industri, membangun brand positioning tidaklah mudah, namun bukan berarti tidak mungkin alias mustahil. Jika Anda seorang entrepreneur, maka penting bagi Anda untuk mulai membangun brand positioning agar bisnis berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Bagaimana caranya? Simak tipsnya berikut ini.

1. Spesialisasi Produk atau Layanan

Ketika suatu bisnis tidak memiliki spesialisasi produk atau layanan, maka bisnis tersebut akan masuk dalam kategori komoditas, sehingga terjebak dalam pusaran persaingan harga. Hal ini cukup berbahaya apabila bisnis yang dijalankan tidak memiliki kekuatan baik dalam modal, sumber daya manusia, dan kekayaan intelektual.

Spesialisasi produk atau layanan penting dalam bisnis sebagai strategi yang membedakan dengan bisnis lain, yang bermain dalam industri sejenis. Misalnya percetakan, secara umum kegiatan usaha dalam bisnis ini sama, seperti mencetak brosur, kartu nama, kop surat, pamflet, dan lain sebagainya. Apabila bisnis percetakan Anda skala kecil menengah, maka Anda akan kalah dengan perusahaan-perusahaan percetakan lain yang skalanya lebih besar, yang mampu mencetak dalam jumlah banyak sekaligus.

Baca Juga: Cara Mendorong Kreativitas Dalam Berbisnis

Spesialisasi produk atau layanan memungkinkan Anda untuk membidik niche market yang memiliki kebutuhan, tetapi belum terpenuhi dengan produk atau layanan yang sudah ada. Dengan demikian, bisnis dengan produk atau layanan yang spesifik akan menjadi magnet yang menarik customer sesuai dengan kebutuhannya.

2. Lakukan Pemasaran Secara Gencar

Bisnis Anda telah memiliki branding? Jangan bersikap pasif dan menunggu customer datang. Lakukan pemasaran secara gencar. Pemasaran merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mengenalkan produk atau layanan bisnis kepada publik, terutama target pasar. Tanpa pemasaran, target pasar Anda tidak akan pernah tahu keberadaan bisnis Anda yang menawarkan produk atau layanan, yang sebenarnya mereka butuhkan.

Baca Juga: Apa itu Radical Innovation?

Pemasaran dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari yang konvensional atau cara lama hingga modern berbasis digital atau online. Cara pemasaran konvensional bisa dilakukan dengan menyebarkan brosur, memasang spanduk dan baliho di tempat-tempat strategis, memasang iklan di surat kabar lokal maupun nasional, atau beriklan di radio.

Sementara cara modern bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi yang ada saat ini, seperti beriklan di platform digital yakni Google Ads, Facebook Ads, dan lainnya, membuat akun media sosial, menjalin kemitraan dengan agen atau reseller, dan lainnya.

3. Miliki Unique Selling Point (USP)

Meski telah memiliki branding dengan produk atau layanan yang spesifik, namun bisnis akan selalu berkompetisi, entah dengan ‘pemain lama’ atau ‘pemain baru’ yang mencoba peruntungan di industri yang sama. Dalam lingkup dan zona industri yang sama, bagaimana bisnis Anda bisa jadi berbeda dibandingkan bisnis pesaing? Tentu saja Anda harus memiliki Unique Selling Point (USP).

Baca Juga: Menentukan Unique Selling Proposition

Unique Selling Point secara sederhana dapat dipahami sebagai keunikan dalam suatu bisnis yang membedakan dengan bisnis lain yang sejenis. Jika bisnis Anda tidak memiliki sesuatu yang unik, maka sulit bagi customer untuk melihat keunggulan kompetitif bisnis Anda itu. Adanya USP menjadikan bisnis Anda seolah memiliki aura yang memancar sehingga customer bisa dengan mudah mengenali produk atau layanan Anda. Buatlah sesuatu yang berbeda.

Contoh dalam suatu pasar di mana satu lantai menjual produk yang sama yaitu kacamata. Dalam sistem perdagangan yang telah berjalan selama bertahun-tahun di pasar tersebut tidak ada label harga pas, sehingga transaksi jual beli dilakukan dengan tawar-menawar. Setiap customer yang datang akan menganggap semua toko sama. Namun, ketika salah satu toko melakukan sesuatu yang berbeda, maka toko tersebut memiliki keunikan tersendiri yang membedakan dengan toko lainnya.

Baca juga: Tren dalam Instagram yang Penting Bagi Digital Marketing

Misalnya dengan memasang label harga, menempatkan produk stok lama di etalase depan dengan promo cuci gudang dengan tujuan memberi kesan bahwa toko ini menjual barang dengan harga murah. Ketika publik percaya dengan framing yang ditebar, maka publik akan menganggap hal itu sebagai kebenaran.

Tak berhenti sampai di situ saja, perubahan juga bisa dilakukan pada layout toko menjadi lebih terang dengan menambah lampu, termasuk dengan memasang neon box di depan toko. Tujuannya agar customer bisa langsung melihat toko tersebut ketika masuk ke lorong pasar. Selain itu, bisa juga dilakukan dengan menyebar brosur, agar publik tahu toko yang akan dituju ketika mengunjungi pasar di mana toko tersebut berada.

Baca Juga: Cara Mendorong Kreativitas Dalam Berbisnis

4. Tentukan Target Pasar

Branding sering kali diasumsikan sebagai iklan, sehingga banyak orang yang bingung, branding sebaiknya dimunculkan sebelum atau setelah bisnis berjalan. Padahal, memilih produk yang tepat dan menentukan target pasar merupakan bagian dari branding.

Sebagai contoh, Matahari dan Metro Department Store, keduanya sama-sama retailer di bidang fashion. Meski demikian, kedua brand tersebut memiliki positioning yang berbeda. Matahari menjual produk fashion dengan target pasar kelas menengah ke bawah, sedangkan Metro membidik target pasar kelas menengah ke atas. Hal ini tentu berpengaruh pada harga dan kualitas produk yang dijual di Metro cenderung lebih mahal dibandingkan Matahari.

Baca Juga: Lima Alasan Kenapa Budaya Inovasi Penting Bagi UMKM

Apabila Metro kemudian menjual produk fashion murahan dengan kualitas yang tidak terlalu bagus, agar bisa survive di masa pandemi seperti sekarang ini misalnya, maka brand positioning yang telah dibangun Metro akan rusak. Jadi, branding tidak hanya sekadar iklan dan logo saja, tetapi juga pengalaman (experience) di saluran distribusi.

5. Kenali dan Pahami Betul Industri Bisnis yang Dimasuki

Berbisnis tapi tidak tahu apalagi paham dengan industri bisnis yang dimasuki. Jangan kaget apalagi menyesal jika bisnis Anda tidak berkembang, bahkan harus tersingkir dari persaingan. Mengenali dan memahami industri bisnis yang dimasuki penting, agar Anda bisa menentukan strategi yang tepat untuk memajukan dan mengembangkan bisnis tersebut.

Baca Juga: Mengenal Psikologi Konsumen Untuk Mengambil Keputusan Pemasaran

Contohnya, Sari Roti dan Bread Talk. Meski menghasilkan output yang sama yaitu roti, namun keduanya berjalan di industri yang berbeda. Sari roti dikenal sebagai fast moving consumer goods yaitu produk yang dapat terjual cepat dengan harga yang relatif murah. Sebagai produk konsumen, Sari Roti dikemas dan didistribusikan melalui banyak retailer seperti Indomaret, Alfamart, dan supermarket-supermarket lainnya. Sementara Bread Talk masuk dalam industri jasa bakery, di mana penjualannya dilakukan di outlet-outlet milik perusahaan sendiri.

Ketika konsumen ingin membeli Sari Roti, mereka akan pergi ke supermarket dan langsung mencari kemasan produk tersebut di rak display. Lain halnya dengan Bread Talk, apabila konsumen ingin membeli produk roti ini, maka mereka harus datang ke outlet-oulet Bread Talk yang biasanya ada di pusat-pusat perbelanjaan. Dari sini jelas bahwa visual identity Sari Roti lebih mengacu ke kemasan (packaging), sedangkan Bread Talk pada outlet.

Baca Juga: Ragam Jenis Endorser Dalam Pemasaran Digital

Dalam upaya mengembangkan bisnis melalui peningkatan omzet, Sari Roti harus menambah tempat untuk menitipkan produknya. Artinya, Sari Roti harus menambah saluran distribusi atau jumlah retailernya. Sementara Bread Talk harus membuka cabang baru dengan memperbanyak jumlah outletnya.

6. Pilih Saluran Distribusi yang Tepat

Pemilihan saluran distribusi yang tepat memungkinkan Anda untuk menjangkau target pasar secara optimal. Dalam praktiknya, saluran distribusi dapat dibedakan menjadi dua yakni level nol dan satu. Saluran distribusi level nol digunakan untuk mendistribusikan produk langsung ke tangan end user. Sementara distribusi level satu untuk mendistribusikan produk melalui perantara atau retailer.

Contohnya adalah Zara dan Nevada. Keduanya bergerak di industri fashion, namun saluran distribusi yang digunakan berbeda. Zara menggunakan saluran distribusi level nol, sedangkan Nevada level satu, yaitu mendistribusikannya melalui Matahari Department Store sebagai retailernya.

Baca Juga: Tips Sukses Membangun Strategi Pemasaran Secara Offline dan Tetap Relevan ala Rendang Mizaki

Setiap saluran distribusi memiliki plus minus. Pada level nol, sisi positifnya adalah dapat memberikan pengalaman lebih ke konsumen, bisa memegang database konsumen, dan mengerti perilaku konsumen secara langsung. Dengan begitu, perusahaan dapat menentukan strategi yang tepat dalam menjangkau pasar, karena memiliki data konsumennya. Namun ada pula sisi negatifnya, yaitu biaya pengembangannya mahal, karena harus membangun outlet baru.

Sisi positif dari saluran distribusi level satu tentu saja biaya pengembangannya lebih murah, karena tidak perlu membangun outlet sendiri, sebab produk hanya dititipkan ke retailer. Meski demikian, di saluran distribusi level satu ini, perusahaan tidak bisa langsung berinteraksi dengan konsumen, sehingga tidak memiliki database konsumen, dan tidak bisa mengetahui perilaku konsumennya.

Umumnya pemilihan saluran distribusi ini disesuaikan dengan kualitas dan harga produk. Untuk produk yang harganya lebih murah, saluran distribusi level satu lebih tepat. Sementara untuk produk yang harganya cenderung mahal, dan membutuhkan konsultasi sebelum konsumen melakukan pembelian, maka saluran distribusi level nol paling tepat untuk dipilih.

7. Menyusun Produk Arsitektur

Untuk membangun brand positioning, Anda perlu menyusun produk arsitektur, yaitu semacam hierarki produk, yang mana diawali dengan brand, kemudian kategori produk, lalu varian, sehingga tercipta one brand one positioning. Hal ini penting untuk menghindari dominasi brand corporate yang bisa jadi bumerang bagi bisnis ketika melakukan inovasi produk atau layanan.

Baca Juga: Mengenal Istilah Social Media Campaign

Misalnya, Chevrolet dan Toyota yang masuk dalam bisnis otomotif. Chevrolet sebagai brand corporate awalnya hanya memiliki satu produk mobil kategori MPV. Sebagai brand, Chevrolet mampu menguasai pangsa pasar dengan penjualan tertinggi. Merasa memiliki basis konsumen yang besar, perusahaan otomotif ini kemudian berinovasi dengan memproduksi 21 lini produk. Sayangnya langkah tersebut justru membingungkan konsumen karena kategori produk yang terlalu banyak. Dulu konsumen akan langsung mengingat Chevrolet ketika ingin membeli mobil MPV, tapi kini brand tersebut telah terdepak dari benak konsumen.

Lain halnya dengan Toyota, meski memiliki banyak kategori produk, namun Toyota tetap mampu meningkatkan volume penjualannya. Sebab, Toyota sebagai brand corporate tidak mendominasi produk, di mana setiap produk memiliki brand positioning tersendiri. Sebut saja Avanza, Alphard, Fortuner, Calya, Agya, Rush, dan lain sebagainya. Ketika konsumen ingin membeli mobil dari Toyota, mereka tidak menyebutkan Toyota, tetapi langsung brand produk yang diinginkan.

Demikian halnya dengan Apple. Apple sebagain brand corporate yang memproduksi berbagai macam produk dengan brand positioning masing-masing. Misalnya iPhone untuk pasar smartphone, MacBook untuk pasar laptop, iPad untuk pasar PC tablet, dan iPod untuk pasar perangkat musik.

Baca Juga: Marketing Campaign, Seberapa Efektif Meningkatkan Penjualan?

Sahabat Wirausaha yang sedang menjalankan suatu bisnis, semoga tips-tips di atas dapat membantu dalam membangun brand positioning sehingga produk Anda bisa menjadi magnet bagi target pasar yang telah ditentukan.

Jika ingin menyimak tips lengkapnya, Anda dapat menonton video di link berikut Strategi Positioning Agar Produk Selalu Dicari.