Sahabat Wirausaha, jika bicara soal jengkol mungkin yang terlintas di benak kalian adalah makanan berkulit gelap dengan aroma yang sangat menyengat. Beberapa orang bahkan sering menganggap kehadiran jengkol atau yang biasa disebut jering ini, cukup mengganggu. Namun tahukah kalian? Kalau jengkol justru memiliki peluang ekspor yang cukup menjanjikan.

Kendati dikenal luas oleh masyarakat Sumatera dan Jawa, pada dasarnya jengkol adalah tanaman asli Asia Tenggara sehingga jengkol juga tumbuh subur di Malaysia, Thailand, Myanmar, Laos, Filipina, hingga Nepal. Namun untuk jengkol asal Indonesia rupanya cukup diminati oleh pasar global dan berpeluang jadi komoditas ekspor menguntungkan. Seperti apa? Simak ulasannya.


Menilik 7 Negara Berpotensi Tujuan Ekspor Jengkol Indonesia

Sering  juga dianggap sebagai petai Jawa, jengkol ternyata merupakan sumber protein nabati yang kaya akan kandungan asam amino esensial. Seperti yang Sahabat Wirausaha ketahui, protein sangatlah dibutuhkan oleh tubuh kita untuk pembentukkan otot, pertumbuhan, dan pemeliharaan jaringan tubuh sehingga mengonsumsi jengkol akan membantu asupan kebutuhan protein harian.

Berdasarkan data Departemen Perdagangan seperti dilansir Jangkar Groups, nilai ekspor jengkol menyentuh US$4,7 juta (sekitar Rp73,5 miliar) pada tahun 2020. Tentu dibandingkan dengan produk sayur-sayuran lain termasuk sayuran beku dari kelompok polong-polongan, perdagangan jengkol di tingkat global masihlah tergolong kecil.

Kendati demikian, peluang ekspor jengkol ini tidak bisa dianggap remeh. Apalagi mendukung program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) setelah hantaman pandemi Covid-19 dan resesi ekonomi global, ada banyak komoditas baru yang didorong oleh Bea Cukai. Sejumlah ekspor perdana yang terjadi melibatkan permen jahe organik, pupuk urea hingga petai dan jengkol.

Baca Juga: Ekspor ke Mesir, Menjelajahi Peluang Emas Bagi UMKM Indonesia di Negeri Piramida

Jengkol sendiri untuk perdagangan internasional memang ditawarkan dalam bentuk beku sehingga besar kemungkinan masuk dalam komoditas ekspor kode 071080 yakni vegetables n.e.s., frozen. Sesuai dengan data Export Potential Map, ada sejumlah negara yang berpotensi jadi tujuan sayuran segar dan beku Indonesia, termasuk jengkol. Apa saja? Berikut data-data singkatnya:

1. Jepang

Nilai ekspor potensial Indonesia ke Jepang: $6,7 juta

Nilai ekspor aktual Indonesia ke Jepang: $12 juta

Total nilai impor sayuran beku Jepang secara global: $531 juta

2. Amerika Serikat

Nilai ekspor potensial Indonesia ke Amerika Serikat: $2,1 juta

Nilai ekspor aktual Indonesia ke Amerika Serikat: $0

Total nilai impor sayuran beku Amerika Serikat secara global: $811 juta

3. Korea Selatan

Nilai ekspor potensial Indonesia ke Korea Selatan: $892 ribu

Nilai ekspor aktual Indonesia ke Korea Selatan: $23 ribu

Total nilai impor sayuran beku Korea Selatan secara global: $256 juta

4. Australia

Nilai ekspor potensial Indonesia ke Australia: $359 ribu

Nilai ekspor aktual Indonesia ke Australia: $21 ribu

Total nilai impor sayuran beku Australia secara global: $37 juta

5. Belgia

Nilai ekspor potensial Indonesia ke Belgia: $350 ribu

Nilai ekspor aktual Indonesia ke Belgia: $167 ribu

Total nilai impor sayuran beku Belgia secara global: $238 juta

Baca Juga: Peluang Ekspor Indonesia ke Malaysia, Rahasia Sukses di Pasar Tetangga untuk UMKM

6. Kanada

Nilai ekspor potensial Indonesia ke Kanada: $263 ribu

Nilai ekspor aktual Indonesia ke Kanada: $0

Total nilai impor sayuran beku Kanada secara global: $104 juta

7. Jerman

Nilai ekspor potensial Indonesia ke Jerman: $224 ribu

Nilai ekspor aktual Indonesia ke Jerman: $3.100

Total nilai impor sayuran beku Jerman secara global: $371 juta

Dari data-data di atas, terungkap ada dua negara tujuan ekspor sayuran beku yang masih berpotensi tapi tidak ‘digarap’ maksimal oleh Indonesia yakni Amerika Serikat dan Kanada. Untuk itulah perlu keterlibatan banyak pihak agar jengkol-jengkol yang dipanen oleh petani lokal mampu memenuhi standar ekspor.

Hal ini pula yang akhirnya membuat pasar ekspor jengkol belum maksimal. Berdasarkan data Volza, setidaknya hanya ada delapan eksportir jengkol asal Indonesia yang melayani perdagangan dengan 14 perusahaan importir di seluruh dunia. Dari jumlah eksportir itu, PT Sungwon Indojaya yang berlokasi di Kabupaten Subang, Jawa Barat ada di posisi teratas dengan 39 pengiriman.

Perusahaan lain yang melakukan ekspor jengkol adalah PT Maruna Meugah Mulia asal Depok, PT Dahara Cipta Mandiri asal Bogor, PT Surya Elok Sejahtera asal Denpasar, CV Kresna Unikat asal Yogyakarta, CV TVP Prime Wood asal Semarang, dan CV Restu Ibu Maju Jaya asal Batam.


Sukses Ekspor Jengkol ke Jepang

Foto: pasbana

Dengan peluang ekspor jengkol yang masih terbuka lebar, keterlibatan seluruh pihak untuk memaksimal si sayuran berbau ini diperlukan. Apalagi sebagai komoditas ekspor, ada dua tantangan utama dari jengkol. Pertama adalah diperlukan peningkatan kualitas produksi supaya bau jengkol tidak terlalu menyengat, kedua masa simpan jengkol yang terbatas dan mudah rusak.

Mengingat komoditas pertanian Indonesia semakin diminati publik global seperti petai dan jengkol, pembenahan dari hulu ke hilir jelas jadi solusinya. Kementan disebutkan terus memaksimalkan produksi jengkol seperti mengembangkan sayuran gepeng ini di Desa Cimanyangray, Kecamatan Gunung Kencana, Kabupaten Lebak, Banten.

Sesuai dengan usulan Gubernur Banten seperti dilansir Tabloid Sinartani, ada lahan seluas 1.010 hektar yang akan ditanami jengkol. Secara bertahap dikembangkan 400 hektar terlebih dulu, dengan seluruh 1.000 benih dibelanjakan APBD Banten. Di Banten sendiri kebutuhan jengkol mencapai 1 ton tiap bulan, meskipun nantinya juga akan ditingkatkan untuk kebutuhan ekspor.

Baca Juga: Ekspor Kelapa Indonesia, Gemilang dan Peluang Emas di Pasar Global

Bergeser ke Jawa Barat, Kabupaten Ciamis juga terus menguatkan posisi sebagai ‘surganya’ petai dan jengkol. Terbukti dari data BPS (Badan Pusat Statistik) pada 2021, produksi jengkol di Jawa Barat dengan pusatnya di Ciamis (54.705 kuintal), mencapai 183.363 kuintal. Jumlah ini meningkat dari tahun 2020 sebanyak 15,6%, menandakan peminatnya memang terus bertambah.

Jika jengkol di Banten dan Ciamis masih memenuhi permintaan lokal, jengkol asal Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat berhasil menembus pasar ekspor Jepang. Dilansir CNN Indonesia, ada 100 kilogram jengkol senilai Rp339 juta yang dikirim ke Tokyo pada Agustus 2021. Bersama dengan petai Sumatera Utara, total kedua komoditas ini menembus empat ton pengiriman ke Jepang. PT. Surya Elok Sejahtera yang merupakan perusahaan ekspor impor asal Bali, bertanggung jawab untuk pengiriman jengko-jengkol asal Sumatera ini  ke Jepang.

“Nantinya petai dan jengkol itu akan dipromosikan atau dikenalkan di Jepang sebagai bahan makanan. Kami berharap ekspor perdana ini bisa membangkitkan semangat dan menjadi inspirasi bagi para pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Sumatera, sekaligus upaya membantu pemulihan ekonomi negara,” ungkap Hilman Satria selaku Kepala Kantor Bea Cukai Teluk Bayur, seperti dilansir website resmi Bea Cukai.

Bukan tanpa alasan kenapa jengkol-jengkol ini menarik minat Negeri Matahari Terbit itu, karena dalam kurun beberapa tahun terakhir, sejumlah cafe dan pelaku kuliner di Jepang tengah tertarik memproduksi es krim dengan bahan baku unik. 

Salah satunya adalah es krim funazushi yang memiliki aroma menyengat. Dikutip dari Soranews, es krim funazushi yang dijual di toko oleh-oleh Koko Shiga di Nihonbashi, Tokyo itu terbuat dari jenis sushi yang membusuk. Dimana sushi itu berbahan ikan tuna yang sudah dibaluri garam dan difermentasi selama setahun, lalu dicampur beras untuk difermentasi selama empat tahun. Sambutan yang positif ini membuat minat akan es krim dengan bahan baku tak biasa seperti jengkol, membuatnya menjadi komoditas yang diincar pelaku F&B Jepang.

Tak mau ketinggalan, wilayah Jawa Tengah rupanya juga mulai membidik peluang ekspor jengkol ke beberapa negara seperti Jepang, Belgia dan Australia. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo seperti dikutip website resmi Provinsi Jawa Tengah, menyebutkan kalau sudah ada permintaan kiriman jengkol dari Konjen (Konsulat Jenderal) Sydney - Australia pada Oktober 2021.

“Jadi setelah pembahasan dengan Konjen Sydney, mereka meminta selain Food & Beverages ada satu kontainer isinya 25% cabe merah beku, 10% petai, dan sisanya ada daun singkong, kakap putih, singkong, serta jengkol. Karena itu kami menjalin kerjasama dengan Distanbun Jateng,” papar Ganjar.

Beberapa bulan kemudian, giliran Jawa Barat yang melakukan ekspor jengkol hingga ke Dubai, Uni Emirat Arab. Tepatnya pada Desember 2021, Antara melaporkan kalau ada 50 kilogram jengkol yang diekspor ke Dubai lewat program OPOP (One Pesantren One Product) oleh Koperasi Pesantren Al-Ittifaq Ciwidey, Kabupaten Bandung. 

Bagaimana? Terbukti kalau peluang ekspor jengkol ini tidak bisa dianggap remeh, kan? Untuk itulah bagi Sahabat Wirausaha yang berminat menanam jengkol, bisa melakukan peningkatan kualitas produksi agar jengkol yang dihasilkan mampu menembus pasar ekspor. Karena meskipun berbau tidak sedap, cuan dari jengkol ini sangatlah ‘harum’!

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.