“Pada akhirnya, untuk simpati yang menyenangkan, untuk puisi, untuk pekerjaan, untuk perasaan dan ekspresi orisinal, untuk persahabatan yang sempurna dengan teman - beri aku pedesaan.” (D. H. Lawrance, 2022)

Desa merupakan salah satu bagian demografi Indonesia yang tidak bisa dinafikan dan memiliki potensi yang tinggi. Apabila sahabat wirausaha tinggal di desa, maka memaksimalkan berbagai potensi di desa sendiri dapat menjadi opsi untuk menjalankan usaha, khususnya untuk sektor pariwisata. Hal ini dapat disebabkan oleh karakteristik alam dan sosial desa yang cenderung unik untuk dinikmati. Meskipun begitu, tentu saja tidak semudah itu untuk memaksimalkan kelebihan yang dimiliki sebuah desa untuk menjadi objek pariwisata. Sahabat pariwisata perlu memiliki birokrasi dan dukungan infrastruktur yang baik. 

Dalam mempelajari bagaimana cara mengelola desa wisata yang baik, sahabat wirausaha dapat belajar dari Desa Ketapanrame, di Mojokerto. Desa ini baru saja dianugerahi sebagai Desa Wisata Terbaik 2023. Selain didukung oleh kondisi alam dan sosial, desa ini juga memiliki manajemen yang rapi dalam pengelolaan tempat wisata. 


Kerapian Birokrasi dan Pengelolaan Desa Wisata

Dalam menjalankan desa wisata, hal pertama yang perlu dipastikan adalah dukungan dari birokrasi dalam menjalankan pengelolaan desa. Hal ini dikarenakan aspek wisata yang terdapat pada setiap desa sering bersifat fasilitas umum dimana pemerintah desa merupakan pihak pengambil keputusan. Apabila pemerintah desa tidak mendukung mengenai keinginan untuk mendirikan desa wisata, maka penggunaan fasilitas umum akan menjadi sulit dilakukan.

Selain dalam rangka mempermudah penggunaan fasilitas umum, penguatan birokrasi juga dapat membantu menjalankan desa wisata dari sisi pembiayaan dan dukungan lainnya. Hal ini dikarenakan pemerintah pusat memiliki program-program khusus yang dapat membantu meningkatkan kapasitas ekonomi desa, dimana salah satu programnya adalah Badan Usaha Milik Desa atau yang sering disebut dengan BUMDes. Semenjak tahun 2014, pemerintah pusat telah mendorong pemanfaatan dana desa untuk menjalankan BUMDes.

Baca Juga: Niat Mulia Berdayakan Petani, Cimory Berkembang Jadi Bisnis Pariwisata dan Oleh-Oleh

Birokrasi dan pengelolaan yang baik ini dapat dilihat secara langsung pada Desa Ketapanrame. Desa tersebut memiliki transparansi yang baik dalam pengelolaan desa, termasuk di dalamnya mengenai anggaran dan keuangan. Sebagai contoh, realisasi anggaran pada tahun 2022 dapat dibuka pada website resmi miliki pemerintah desa (https://ketapanrame.desa.id/). Keterbukaan ini menjadi indikasi mengenai kesiapan Desa Ketapanrame untuk mengelola desa secara profesional.

Pada sisi pemanfaatan BUMDes dan dana desa, Desa Ketapanrame sendiri memiliki komitmen yang kuat untuk melakukan pengembangan ekonomi desa. Jauh sebelum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dikeluarkan, Desa Ketapanrame telah memiliki konsep mengenai unit usaha milik desa, khususnya berkaitan dengan pengelolaan air bersih. Hal ini dimulai pada tahun 1987 ketika ABRI menjalankan program ABRI Masuk Desa dan mendirikan penampungan mata air dari sumber air yang ada di kaki pegunungan desa tersebut. Unit usaha ini terus berjalan hingga kemudian digabung dalam satu naungan BUMDes yang dimiliki oleh Desa Ketapanrame. 

Saat ini usaha BUMDes Ketapanrame tidak hanya berfokus pada pengelolaan air minum saja. BUMDes telah memiliki beberapa unit lain seperti kebersihan lingkungan, pengelolaan wisata, kios dan kandang ternak hingga simpan pinjam. Dengan berbagai lini bisnis yang dimiliki tersebut, BUMDes telah memberikan tambahan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang cukup besar bagi pemerintah desa. 

Hal seperti yang dilakukan oleh Desa Ketapanrame juga perlu dilakukan oleh sahabat wirausaha ketika akan mengembangkan desa wisata. Sahabat wirausaha harus mampu memastikan bahwa pemerintah desa setempat memiliki konsepsi yang sama. Pemerintah desa juga diharapkan mampu memaksimalkan berbagai sumber daya yang dimiliki desa untuk memajukan usaha desa.


Menentukan Destinasi Wisata Utama di Desa

Setelah memastikan birokrasi yang kondusif, langkah berikutnya adalah dengan melakukan identifikasi sumber daya yang dimiliki. Sumber daya yang paling dapat dimanfaatkan adalah sumber daya alam. Pada umumnya, salah satu kelebihan desa jika dibandingkan dengan perkotaan adalah kondisi alam yang masih asri sehingga cukup cocok untuk dijadikan sebagai lokasi wisata.

Aspek utama dalam menciptakan desa wisata adalah penentuan branding atau pemasaran mengenai desa itu sendiri. Dengan banyaknya sumber daya yang bisa dieksploitasi sebagai objek wisata, sahabat wirausaha harus mampu memilih beberapa destinasi utama dari suatu desa. Hal ini untuk membantu pemerintah desa fokus pada beberapa destinasi utama. Konsumen juga akan terbantu dengan lebih mudah mengidentifikasi lokasi tersebut dengan destinasi utama yang telah ditentukan.

Gunung Welirang (Sumber foto: kompas.com)

Selain wisata yang berbasis sumber daya alam, Sahabat Wirausaha juga bisa membuat beberapa wisata buatan. Wisata buatan ini dapat terdiri dari tempat makan, taman hiburan dan agrowisata. Pada wisata buatan, sahabat wirausaha biasanya perlu menyiapkan lebih banyak modal dikarenakan pembangunan infrastruktur tidak hanya bersifat mendukung tetapi juga objek wisata itu sendiri.

Baca Juga: 7 Ide Bisnis Pariwisata Kekinian yang Potensial dan Cocok Untuk Wirausaha Pemula

Objek wisata juga dapat berasal dari keunikan sosial dan budaya. Wisata ini didasari dari sebuah karakter untuk dari masyarakat sosial yang biasanya terimplementasi dalam karya seni dan dapat dinikmati oleh wisatawan. Tidak hanya itu, objek wisata ini dapat juga dikonversi menjadi sebuah wisata edukasi yang membuat wisatawannya dapat belajar mengenai aspek sosial dan budaya yang dimiliki oleh desa tersebut.

Hal ini yang kemudian dikembangkan oleh Desa Ketapanrame. Hal pertama yang dilakukan oleh unit usaha wisata dari BUMDes Ketapanrame adalah menentukan wisata utama. Wisata utama yang dibangun dan menjadi perwajahan dari Desa Ketapanrame adalah Wisata Sawah Sumber Gempong. Dengan lokasi strategis yang berada di bawah Gunung Welirang, wisata sawah menjadi sebuah hal yang menarik. Pada wisata tersebut, pihak pengelola sengaja memberikan kesan alami dengan tidak membangun banyak bangunan dan berfokus pada pembangunan wahana yang mendukung kealamian dari sawah yang ada seperti pembuatan kolam, sepeda gantung hingga pemandian.

Wisata Sawah Sumber Gempong (Sumber foto: kompas.com)

Setelah berhasil dengan destinasi utama tersebut, BUMDes kemudian mulai mengembangkan objek wisata desa berdasarkan 4 kategori, yang terdiri dari wisata alam, buatan, budaya dan edukasi. Pada kategori wisata alam, terdapat Wisata Air Terjun Dlundung dan Wisata Sawah Sumber Gentong sedangkan pada kategori wisata buatan terdapat Taman Ghanjaran. Pada kategori wisata berbasis budaya dan pendidikan terdapat wisata Tari Mayang Rontek dan wisata tanam padi. Dengan beragam jenis wisata tersebut, wisatawan yang sudah mengenal Desa Ketapanrame melalui wisata sawahnya menjadi memiliki lebih banyak opsi untuk menikmati desa.

Dalam melakukan replikasi langkah yang dilakukan oleh Desa Ketapanrame, sahabat wirausaha dapat melakukan analisis terlebih dahulu untuk menentukan objek wisata utama dari desa yang ditempati. Analisis ini mencakup dua hal, yaitu orisinalitas dan ketersediaan sumber daya pendukung. Sahabat wirausaha harus mampu mengidentifikasi objek wisata yang unik dan tidak banyak ada. Akan tetapi, di satu sisi objek wisata tersebut juga harus mampu didukung dengan sumber daya yang dimiliki desa, baik sumber daya alam maupun sosial budaya.


Membangun Infrastruktur Pendukung Pariwisata

Setelah menentukan destinasi utama, hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah membangun infrastruktur. Pada dasarnya sumber daya alam biasa pun hampir selalu bisa dijadikan sebagai objek wisata apabila memiliki infrastruktur yang mendukung. Ketersediaan infrastruktur sering menjadi salah satu pertimbangan utama dari wisatawan untuk datang ke suatu lokasi wisata alam. Terdapat banyak kasus dimana wisata alam yang sangat unik tidak mampu menarik banyak wisatawan untuk hadir dikarenakan kurangnya ketersediaan infrastruktur.

Beberapa infrastruktur utama yang diperlukan oleh pengunjung adalah toilet dan tempat parkir. Kedua aspek ini harus dipastikan tersedia dan mudah diakses oleh wisatawan karena keduanya merupakan aspek pendukung utama bagi kehadiran wirausaha. Perlu diperhatikan juga bahwa ketersediaan kedua fasilitas ini bukan hanya dari sisi kuantitas tetapi juga kualitas. Pemerintah desa harus memastikan bahwa fasilitas tersebut disertai dengan pengelolaan yang baik. Dalam biaya pengelolaannya, kedua fasilitas tersebut juga dapat menambah sumber pemasukan dengan memberikan biaya tambahan bagi wisatawan yang ingin menggunakan.

Jalan Desa Ketapanrame (Sumber foto: Times Indonesia)

Selain kedua infrastruktur tersebut, fasilitas yang tidak kalah penting adalah tempat ibadah, khususnya untuk penganut agama Islam. Hal ini mengingat pengguna agama Islam merupakan mayoritas dengan durasi waktu yang cukup intens. Berbeda dengan kedua fasilitas tersebut, pada infrastruktur ibadah, pengelola tidak dapat membebankan biaya karena tidak lazim dilakukan.

Beberapa infrastruktur pendukung yang bersifat opsional dan dapat dijadikan sebagai pendukung adalah penginapan dan tempat makan. Pemerintah desa dapat membangun kedua fasilitas ini untuk memberikan opsi tambahan bagi wisatawan untuk menikmati desa. Pada penginapan misalnya, apabila desa ingin memberikan pengalaman unik yang hanya bisa dilakukan saat menginap, maka penginapan menjadi sebuah hal yang penting untuk disediakan. Hal serupa juga berlaku pada infrastruktur tempat makan.

Baca Juga: Masjid Menara Kudus, Destinasi Wisata Religi Kabupaten Kudus yang Hidupkan Perekonomian Lewat Pariwisata

Selain infrastruktur yang bersifat umum, terdapat pula beberapa infrastruktur pendukung yang berkaitan dengan keamanan. Infrastruktur ini tidak berdampak langsung terdapat pelayanan pariwisata, tetapi akan menjadi sebuah mitigasi risiko terhadap kemungkinan terburuk seperti kejadian bencana alam ataupun kecelakaan lainnya. Dengan adanya infrastruktur tersebut, wisatawan akan merasa aman dan mitigasi risiko terpenuhi.

Pemenuhan infrastruktur pendukung ini yang juga dilakukan oleh Desa Ketapanrame. Desa Ketapanrame melakukan pembangunan secara berkala terhadap berbagai infrastruktur yang ada. Beberapa infrastruktur pendukung tersebut dapat dilihat pada halaman daring utama miliki unit usaha pariwisata Desa Ketapanrame (http://www.soboketapanrame.com). Komitmen pembangunan infrastruktur pendukung tersebut juga dapat terlihat pada realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. 

Pada laporan tersebut, anggaran pelaksanaan pembangunan desa mencapai 30 persen dari total belanja desa. Salah satu penggunaan anggaran tersebut adalah untuk membangun fasilitas pendukung pariwisata yang ada di Desa Ketapanrame. Dalam beberapa dokumentasi, Desa Ketapanrame bahkan sudah memikirkan fasilitas anti bencana di beberapa lokasi wisata seperti Sumber Gentong.

Langkah yang sama dapat dilakukan oleh sahabat wirausaha ketika akan menjalankan desa wisata. Dalam melakukan pemenuhan fasilitas ini, sahabat wirausaha dapat bekerja sama dengan pemerintah desa atau BUMDes. Hal ini dikarenakan fasilitas tersebut pada akhirnya akan menjadi fasilitas umum. Meskipun begitu, opsi lain juga sebenarnya bisa dijajaki dengan bekerja sama dengan pihak swasta untuk menyediakan beberapa fasilitas pendukung, tentunya dengan memberikan biaya tambahan.

Nah, begitulah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mendirikan sebuah desa wisata. Apabila sahabat wirausaha tinggal di desa atau memiliki desa yang dapat dikembangkan, yuk, kita coba terapkan tahapan-tahapan tersebut dalam rangka menghidupkan ekonomi desa.

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.