Sistem pembayaran QRIS semakin populer beberapa tahun belakangan, terbukti menurut laporan Bank Indonesia pertumbuhan pembayaran QRIS melesat hingga 226,54 persen per Juli 2024 lalu.
Teknologi yang makin canggih dan jumlah pengguna ponsel pintar yang meningkat jadi faktor pendorongnya. Terlebih, generasi milenial, generasi Z, dan generasi Alpha kini lebih suka melakukan transaksi pembayaran non tunai dibanding dengan pembayaran tunai dinilai kurang praktis.
Masih Banyak UMKM yang Enggan Pakai QRIS
Meski jumlah pengguna QRIS terus naik, jumlah pelaku UMKM mikro dan ultra mikro yang enggan menggunakan layanan ini masih relatif banyak. Alasannya, karena ada biaya potongan atau Merchant Discount Rate (MDR) yang dikenakan ke pedagang setiap transaksi QRIS.
Padahal biaya MDR yang dikenakan relatif terjangkau, yaitu sebesar 0,4 persen setiap transaksi yang besarannya di atas Rp100.000. Untuk transaksi yang nominalnya di bawah jumlah tersebut tidak dikenakan potongan apapun.
Ada juga UMKM yang enggan menggunakan QRIS karena merasa khawatir. Hal ini diungkapkan Diana Yumanita, Direktur Grup Perlindungan Konsumen Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia, bahwa masyarakat yang enggan menggunakan QRIS disebabkan karena kurangnya literasi digital. Misalnya, ada kekhawatiran penyalahgunaan data pribadi, penipuan dengan menggunakan QRIS oleh oknum konsumen, kendala jaringan, hingga tidak tahu cara menggunakannya.
Diana menjelaskan bahwa risiko memang ada, tapi bisa dihindari dengan memahami penggunaan sistem pembayaran digital dengan baik.
Pakai QRIS, Omzet Jadi Naik
Dilansir dari viva.co.id, Abdul Muis, seorang pengusaha kebab di kawasan Universitas Diponegoro Tembalang, Kota Semarang, awalnya hanya menerima pembayaran tunai sejak awal membuka usaha. Ia berpikir penjualan lancar-lancar saja meskipun tidak menyediakan opsi pembayaran non tunai.
Tapi setelah dirinya mencoba gunakan QRIS, ia merasakan manfaat yang luar biasa karena memudahkan pembeli, yang kebanyakan mahasiswa, untuk bertransaksi.
"Tapi tentu saja kita tetap menerapkan kedua-duanya, karena uang tunai rupiah dan QRIS saling melengkapi. Dan terus terang, QRIS ini membuat omzet jualan meningkat karena membuat orang milih beli di sini, pembayaran jadi cepat dan efektif. Apalagi kalau tanggal muda biasanya yang bayar tunai pakai uang besar, kita repot nyusuki (kembalian). Maka pakai QRIS lebih praktis," pungkas Abdul dilansir dari viva.co.id.
Putri Atika, pemilik brand Mutiara Songket asal Aceh juga menceritakan pengalamannya menggunakan QRIS. Sejak menggunakan metode pembayaran tersebut, ia mengaku omzetnya naik pesat.
Sebelum memanfaatkan QRIS, omzet usahanya sekitar Rp100 juta per tahun, setelah menggunakan QRIS omzetnya naik jadi Rp300 juta per tahun atau 3 kali lipat. Putri mengakui, QRIS sangat membantu mempercepat transaksi, terutama saat menghadiri berbagai pameran dan event besar seperti KKI, Inacraft, hingga Paris Fashion Week.
"Ada peningkatan penghasilan karena QRIS. Setiap tahun peningkatan penjualannya meningkat," bebernya.
***
Menyediakan metode pembayaran QRIS memudahkan konsumen bertransaksi sehingga berpotensi meningkatkan penghasilan bisnis. Tapi tentunya, kita juga harus mengedukasi diri agar mampu menggunakan sistem pembayaran digital dengan cara yang aman dan bijak.
Bagaimana Sahabat Wirausaha, sudah sediakan QRIS untuk bertransaksi?