Cara menghitung modal adalah aspek yang wajib diketahui sebelum memulai bisnis. Oleh karena itu, cara menghitung modal dan keuntungan penting untuk Sahabat Wirausaha pelajari. Hal ini karena perhitungan tersebut dapat memetakan seberapa banyak barang yang harus diproduksi, bagaimana strategi pemasaran terbaik, dan tentunya guna menentukan harga jual produk maupun jasa.
Dengan mengetahui cara menghitung modal usaha dan harga jual, Sahabat Wirausaha juga bisa memetakan pengeluaran-pengeluaran yang dirasa terlalu besar sehingga dapat diatur ulang. Simak ulasannya di artikel ini, ya!
Baca Juga: Pitch Deck/Prospektus Untuk Akses Modal Ekuitas
Modal dapat dipahami sebagai biaya atau barang yang digunakan untuk menjalankan sebuah usaha atau bisnis. Selain itu, dalam pembahasan mengenai modal ini terdapat beberapa istilah penting yang harus Sahabat Wirausaha pahami terkait dengan modal yaitu:
Modal awal adalah seluruh dana yang digunakan untuk memulai produksi sebuah bisnis dan menjalankannya hingga berkelanjutan. Dalam arti lain, modal awal merupakan gabungan modal yang terdiri dari modal kerja, modal investasi, dan modal operasional.
Merupakan keseluruhan biaya yang digunakan untuk membeli bahan baku, atau bahan mentah, yang akan diproduksi oleh perusahaan. Seberapa besar modal kerja ini tentu akan bergantung pada bidang bisnis yang dikerjakan oleh perusahaan. modal kerja adalah harta dalam kegiatan bisnis yang bersirkulasi dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Perubahan ini berupa perubahan nilai jual seiring dengan perkembangan dari kegiatan bisnis yang dilakukan.
Baca Juga: Laporan Perubahan Modal
Yaitu keseluruhan biaya yang dibutuhkan untuk membeli alat utama produksi. Modal ini dikeluarkan hanya sekali dalam waktu yang panjang, tetapi dengan nominal harga yang lebih tinggi dari modal lainnya. Perawatan mesin tersebut umumnya tidak dimasukkan ke dalam modal investasi, melainkan modal operasional.
Yaitu biaya yang dibutuhkan dalam satu periode sekali, umumnya satu bulan sekali, untuk kebutuhan proses produksi. Modal ini akan terus berulang sesuai dengan tingginya kapasitas produksi. Artinya, semakin banyak kapasitas yang diproduksi akan membuat biaya operasional semakin meningkat karena harus membayar listrik lebih banyak, karyawan lebih banyak, dan lainnya.
Yaitu keseluruhan dana yang merupakan gabungan dari modal awal dan laba. Jumlahnya bisa saja bertambah dari modal awal, tetapi juga bisa berkurang dari modal awal jika mengalami kerugian.
Baca Juga: Modal UKM Berbasis Musyarakah: Ringan dan Menguntungkan
Jadi, apabila sebuah perusahaan mengalami keuntungan, maka modal akhir adalah penjumlahan dari modal awal dan laba untung. Sementara itu, jika perusahaan mengalami kerugian, maka modal akhir adalah pengurangan antara modal awal dengan laba rugi. Penghitungan modal akhir umumnya dilakukan ketika akhir periode produksi.
Hal itu bertujuan untuk memulai periode produksi yang baru. Apabila perusahaan mengalami untung, maka modal usaha di periode selanjutnya akan meningkat. Sebaliknya, jika perusahaan rugi dan membuat modal akhir berkurang, maka modal awal untuk periode selanjutnya akan berkurang.
Tidak jarang sebuah badan usaha tidak mengalami peningkatan modal akhir. Padahal, di saat yang sama beberapa kalkulasi menyebutkan bahwa harus ada penambahan modal agar produksi semakin baik.
Dalam memulai sebuah bisnis, seorang pengusaha wajib mengetahui bagaimana cara menghitung modal dan harga jual. Berikut beberapa pilihan caranya yang dapat Sahabat Wirausaha pilih:
Baca Juga: Pinjaman LPDB Kepada KUKM Melalui Modal Ventura
1. Menghitung modal usaha menggunakan laba, modal akhir, dan prive
2. Menghitung modal usaha kecil berdasarkan investasi, modal kerja, dan modal operasional
Baca Juga: Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
3. Menghitung modal usaha kecil dengan capital expenses dan operational expenses
4. Menghitung dengan beban, pajak, modal akhir, pendapatan, dan prive
Dalam dunia usaha, keuntungan disebut juga dengan istilah laba. Sederhananya, laba adalah selisih dari total nilai penjualan dengan biaya produksi. Karena yang dihitung adalah selisih, maka nilainya bisa saja positif dan bisa juga negatif.
Baca Juga: Murafa Gemstone, Berawal Modal Rp 200 Ribu Kini Omzet Rp 15 Juta
Sebuah laba dikatakan sebagai laba untung apabila selisih antara total nilai penjualan dengan biaya produksi menunjukkan angka yang positif. Artinya, untuk mencapai keuntungan maka harga penjualan harus di atas biaya produksi.
Sementara itu, laba disebut sebagai laba rugi apabila selisih antara nilai penjualan dengan biaya produksi menunjukkan nilai yang negatif. Sebuah perusahaan atau badan produksi akan dinyatakan rugi apabila biaya produksi lebih besar ketimbang total penjualan produk.
Oleh karena itu, menghitung laba penting dilakukan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Terdapat dua jenis laba yang digunakan untuk menghitung keuntungan, yaitu laba kotor dan bersih. Penjelasan mengenai arti dan dan rumus menghitung dua laba tersebut adalah:
1. Laba kotorLaba kotor, atau yang biasa dikenal juga dengan istilah gross profit, adalah nilai dari keseluruhan hasil penjualan produk yang dikurangi dengan biaya pokok produksi. Biaya pokok produksi yang menjadi faktor pengurang tersebut umumnya adalah biaya material untuk membuat produk tersebut. Hal-hal seperti pajak dan bunga tidak diikutsertakan.
Baca Juga: M.A.R.S. Genuine Leather: Usaha dengan Modal Rp 0, Bisa!
Cara menghitung laba kotor dapat dilakukan dengan rumus:
laba kotor = total pendapatan - harga pokok penjualan (HPP)
Contoh:
Perusahaan Sahabat Wirausaha mempunyai rincian informasi Laporan Laba Rugi sebagai berikut:
Berdasarkan rincian data di atas, maka perhitungan laba kotornya adalah sebagai berikut:
Laba kotor = pendapatan – HPP
= Rp 50.000.000 – Rp 20.000.000
= Rp 30.000.000
2. Laba bersihLaba bersih, atau disebut juga net profit, adalah nilai dari seluruh hasil penjualan produk yang dikurangi dengan harga pokok penjualan, pajak, bunga, dan seluruh pengeluaran. Dengan kata lain, laba bersih sama dengan laba kotor yang dikurangi dengan pajak dan pengeluaran lain.
Baca Juga: Jaminan (Collateral) Dalam Akses Modal UMKM
Cara menghitung laba bersih dapat dilakukan menggunakan rumus sederhana berikut:
Contoh:
Perusahaan Sahabat Wirausaha memiliki margin pendapatan bersih sebesar 10% dengan pendapatan sebesar Rp 50.000.000. Maka laba bersih yang diperoleh perusahaan adalah sebagai berikut:
Laba bersih = margin bersih x pendapatan
= 10% * Rp 50.000.000
= Rp 5.000.000
Pendapatan bersih bukanlah ukuran seberapa banyak pendapatan selama periode waktu tertentu. Pasalnya, laporan laba rugi dapat mencakup berbagai pengeluaran non-tunai, seperti amortisasi dan depresiasi.
Laba bersih menjadi area dana yang dapat ditarik oleh pemilik perusahaan atau saham, atau yang disebut sebagai prive. Namun, jika tidak diambil, maka bisa dilimpahkan menjadi di bagian dari modal awal pada periode selanjutnya.
Baca Juga: Berbagai Alternatif Permodalan yang UKM Perlu Ketahui
Selamat untuk Sahabat Wirausaha yang sudah tepat menghitung modal usaha! Dan untuk Sahabat Wirausaha yang akan merintis usaha baru, bisa dicoba menghitung modal dengan cara-cara pada artikel ini. Selamat berhitung!
Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini.
Referensi: