Sudah hampir satu tahun penerapan peraturan PSBB di kota-kota besar membatasi ruang gerak masyarakat. Bagi industri perfilman Indonesia, keadaan tak pernah lebih buruk dari saat ini. Kegiatan syuting dan produksi film dihentikan. Bioskop-bioskop pun ditutup.

Banyak rumah produksi dan proyek sinema yang terlantar dan merugi. Belum lagi para aktor, aktris, dan kru-kru film lainnya yang kehilangan pekerjaan sementara.

Di tengah semua kendala dan pembatasan tersebut, sekelompok anak muda muncul di industri film dengan konsep Bioskop Online. Berbekal ide-ide progresif yang menggabungkan internet dengan penayangan film secara legal, mereka punya tujuan untuk menyokong industri perfilman lebih jauh lagi.

Baca Juga: Strategi Optimalisasi Digital Marketing & CRM Untuk Meningkatkan Penjualan

Tak hanya itu, dalam prakteknya, mereka juga terbuka untuk menggaet UMKM sebagai partner dalam produksi film. Penasaran seperti apa cara kerjanya?


Bioskop Online dan Rumah Sinema Indonesia

Digital Business Visinema Group punya visi sendiri dalam menghadapi turunnya penghasilan dunia perfilman akibat bioskop yang terpaksa tutup. Solusi yang ditawarkannya adalah penggunaan bioskop online, yang diproduksi dan dikelola oleh perusahaannya: Rumah Sinema Indonesia.

Berangkat dari kata-kata Tan Malaka bahwa “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki pemuda”, Ajeng dan kawan-kawannya di tim Visinema merupakan sekelompok anak muda idealis dengan ide-ide progresif. Strategi bsinis Visinema terutama adalah mengedepankan idealisme dan fleksibilitas sebagai kekuatan untuk mengatasi tantangan dan perubahan baru.

Baca Juga: Mengenal Strategi dan Konten Promosi Serta Evaluasi Efektifitasnya

“Kami percaya bahwa ada berbagai macam background yang masing-masing punya kontribusi cukup kuat untuk sinema kita, agar tidak terpaku pada konsep yang itu-itu saja,” ucap Ajeng. Ia juga menjelaskan bahwa ide-ide progresif yang dimiliki timnya mengedepankan idealisme dalam perfilman dan fleksibilitas sebagai kekuatan untuk mengatasi tantangan dan perubahan baru.

Dilansir dari situs Eventori.id, Angga Dwimas Sasongko, sutradara dan founder Visinema Pictures, mengatakan bahwa indepedensi konten kreator di Indonesia belum cukup. Sebagai pelaku industri, para pegiat film tidak punya jalur distribusi sendiri, dan karenanya Visinema hadir membuat inisiatif bisnis.

Saat ini, yang paling penting adalah bagaimana kita bisa mengemas konten yang dibuat dengan konsep yang lebih kuat. Jika ini berhasil, pada akhirnya kita juga akan diterima secara baik di kalangan para investor.

Selain itu, ada tiga faktor yang melatarbelakangi mereka mengembangkan bisnis Bioskop Online. Ketiganya adalah :

Baca Juga: Peluang Pasar: Membangun Usaha Jasa Rutin Pendukung Kehidupan

  • Pertama, jumlah layar di Indonesia yang terbatas sehingga banyak orang yang ingin menonton film karya anak bangsa yang berkualitas bagus, namun tidak memiliki akses ke layar. Terutama di masa pandemi.
  • Kedua, banyak konten kreator yang tidak bisa menunjukkan talent mereka secara penuh, karena persaingan layar yang cukup ketat.
  • Ketiga, dari sisi industri, penetrasi internet di Indonesia sangat baik. Ini bisa dimanfaatkan untuk memfasilitasi kebuutuhan layar dan mewadahi para konten kreator yang berbakat tadi.

Streaming Platform Tanpa Harus Subscribe

Angga Dwimas juga menyatakan bahwa hadirnya pandemi di Indonesia tidak mengendurkan perkembangan Visinema. Malahan, mereka tumbuh dengan signifikan. Bioskop Online yang digagas Visinema berbentuk sebuah streaming platform (seperti Netflix dan Disney+) yang khusus menayangkan menayangkan film-film besutan sutradara Indonesia.

Baca Juga: Beberapa Model Ekspansi Bisnis yang Perlu Diketahui UMKM

Pangsa pasar mereka memang orang-orang yang gemar menonton karya sineas dalam negeri. Meski begitu, Bioskop Online hanyalah satu pemain baru dari sekian banyak model bisnis yang serupa.

Nilai jual mereka yang utama adalah tidak menggunakan sistem subscribe atau berlangganan, melainkan sistem Transaction Video on Demand (TvoD). Artinya, pengguna hanya membayar untuk film yang mereka mau tonton. Itupun dengan harga yang sangat terjangkau, yaitu mulai dari 5 ribu dan 10 ribu rupiah per filmnya.

Proses pembayaran tidak ribet dan data-data yang diminta pun hanya sedikit, sehingga memudahkan pengguna dalam bertransaksi. Terakhir, flm-film yang ada juga sudah terkurasi dengan baik. Beberapa film Indonesia yang disajikan di situs ini, antara lain adalah Ziarah, Filosofi Kopi 2, Turah, Keluarga Cemara, Love For Sale, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, dan masih banyak lagi (Kompas.com).

Tak hanya menggenjot perfilman, Bioskop Online juga bekerjasama dengan Visinema untuk menyelenggarakan konser online bertajuk Wave of Cinema pada September 2020 lalu, seperti yang dilansir dari JawaPos.com. Tidak main-main, musisi yang turut mengisi acara antara lain adalah Isyana Sarasvati, Andien, Maliq & D’Essentials, Kunto Aji, Gamaliel, Hindia, Ananda Badudu, Ardhito Pramono, Nadin Amizah, hingga Efek Rumah Kaca.

Baca Juga: Sukses Usaha di Era Pandemi Dengan Teknologi Digital

Berbeda dengan konser pada umumnya, acara ini mengangkat isu yang denkat dengan masyarakat dan menyajikan alur cerita yang dibingkai dengan pertunjukaan musik. Hasilnya, diharapkan emosi penonton dalam menikmati euforia konser bisa turut terangkat meskipun konser tidak digelar secara fisik.

Tahun lalu, Wave Of Cinema dibuka dengan Konser Filosofi Kopi, dilanjutkan dengan Konser Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, dan ditutup dengan Konser Surat Dari Timur. Menayangkan konser online yang menggabungkan unsur musik dan film adalah salah satu usaha Bioskop Online dan Visinema dalam mendukung perfilman Indonesia selama pandemi.

Tujuan dari bisnis mereka adalah agar film-film Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negaranya sendiri. Sebab jika melihat data-data yang ada industri perfilman Indonesia mengalami perkembangan yang amat signifikan dalam 5 tahun terakhir.

Selain itu, jumlah layar di Indonesia juga sampai sekarang masih sangat terbatas sehingga banyak orang Indonesia yang kesulitan mendapat akses ke film yang berkualitas secara legal. Banyak konten kreator dalam negeri juga tidak leluasa dalam menunjukkan talent mereka secara maksimal. Sementara dari sisi industri, penetrasi internet di Indonesia sangat baik sehingga bisa digunakan untuk memfasilitasi dua kebutuhan pertama tadi.

Selama pandemi berlangsung, permintaan terhadap konten video, serial, dan film-film berkualitas juga semakin meningkat. Di sinilah Visinema dan Bioskop Online kemudian mengambil kesempatan untuk lebih menarik besar. Sebab, walaupun pemain di pasar ini cukup banyak, namun potensi pasarnya masih besar sekali. Selain itu, permintaan pasar di masa pandemi juga semakin meningkat.

Baca Juga: Online Marketing


Potensi Kerjasama Visinema Dengan UMKM

Saat ditanya tentang kemungkinan kolaborasi antara pegiat film dan content creator yang dibawahi Visinema, Ajeng menjawab bahwa kemungkinannya sangat terbuka. Lewat pengalamannya selama ini, banyak brand-brand yang memang berkontribusi dalam pembuatan film, bahkan sampai penayangannya.

Dan ini bukan hanya brand-brand besar, namun juga di lingkaran Usaha Kecil dan Menengah. Misalnya saja, jika syuting menggunakan salah satu hotel lokal, kita bisa bekerja sama dengan pihak hotel sehingga akan menguntungkan kedua belah pihak.

Hotel mendapatkan promosi yang layak karena namanya muncul di dalam film, dan kamu mendapat subsidi selama menggunakan hotel sebagai lokasi syuting. Hal ini membuktikan, bahwa influencing tidak hanya bisa dari individu melainkan bisa juga lewat media film.

Baca Juga: 3 Kunci Sukses Transformasi Bisnis Offline ke Online


Bagaimana Cara Kerjanya Saat Kita Berkolaborasi Dengan Film Untuk Influencing?

Semua itu balik lagi ke kesepakatannya, kerja sama ini mau bagaimana bentuknya. Biasanya, untuk di fim ada beberapa cara, yaitu dengan memasukkan produk ke dalam film dan disebutkan di credit film, bisa juga dipromosikan lewat sosial media sebagai aset atau properti filmnya.

Di samping itu, syuting film sangat erat kebutuhannya dengan pakaian, dan UMKM bisa bekerja sama di bidang ini dengan pihak wardrobe rumah produksi. Mereka akan punya skema dan rencana untuk masing-masing peran, jadi bisa lebih mudah menentukan produknya cocok untuk siapa. Hal ini sangat mungkin dilakukan untuk produksi wardrobe original series-nya Bioskop Online atau untuk kaus kru official yang seragam.

Baca Juga: Tips Memulai Bisnis Online Berbasis Jasa

Jadi, banyak kemungkinan yang bisa teman-teman UKM ambil, terutama bila kesepakatannya cocok antara kedua belah pihak. Jika memang teman-teman UMKM tertarik untuk bekerja sama dengan Bioskop Online, bisa mengajukan kerja sama lewat DM Instagram Bioskop Online atau lewat email : info@bioskoponline.com.


Cerita inspirasi dalam membangun Bioskop Online berlandaskan idealisme memang patut diacungi jempol. Selain menggenjot industri perfilman di masa pandemi, manfaatnya juga sampai pada industri UMKM yang diajak bekerjasama secara terbuka. Tentu, ini akan mendapat sambutan hangat dari teman-teman semua. Nah, teman-teman, melihat peluang yang terbuka, tidak ada salahnya jika kita mulai mencoba berkolaborasi dengan industri perfilman. Sebab, sudah saatnya UKM naik kelas!

Sahabat UKM yang mau tahu lebih lengkapnya, tonton Webinarnya di APINDO UMKM Akademi.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.