Seminar yang diadakan hari Kamis pada tanggal 25 April 2019 di Main Hall, The Kasablanka mengangkat tema “Reinventing the Business and Making the Shift from Offline to Online” diikuti oleh ribuan peserta dari berbagai profesi khususnya dari pelaku usaha kecil menengah (UKM).

Hadir berbagi pandangan hari itu adalah David Soong atau yang lebih akrab dipanggil Pak Awi, selaku founder dari aplikasi Sweet Escape, Elisa Suteja selaku Deputy CEO dari Fore Coffee dan yang ke-tiga, Doddy Lukito selaku co-founder dari Halodoc. Ketiganya melakukan bisnis dibidang usaha yang berbeda, Elisa berjualan kopi dengan system offline dan online, Doddy Lukito menjual jasa konsultasi dokter online, dan Pak Awi menjual jasa fotografer di seluruh dunia juga berbasis online. Namun terlepas dari perbedaan bidang usaha tersebut, mereka bersepakat pada beberapa hal prinsip seputar kunci sukses transformasi bisnis dari offline ke online. Apa sajakah itu? Berikut ulasannya.

Baca Juga: 5 Jenis Aplikasi Digital Untuk Bisnis Naik Kelas


1. Rancang produk/jasa kita sebagai solusi atas suatu masalah konsumen.

Menurut Doddy Lukito, simplifikasi pelayanan untuk health care sangatlah penting karena menghemat waktu dan biaya. Melalui aplikasi Halodoc, sekarang user tidak perlu lagi berlama-lama mengantre mengambil nomor antrean dan menunggu di ruang tunggu pasien karena sudah bisa langsung konsultasi dengan dokter. “Inilah salah satu kelebihan dari kemajuan teknologi digital,” imbuhnya.

Lalu menurut Elisa Suteja, dengan menginput teknologi digital pada servis food and beverage membuat penjualan Fore Coffee meningkat hingga 1500% sejak diluncurkannya aplikasi Fore Coffee pertama kali di tahun 2018. Berawal dari berjualan dengan store yang kecil dan susah dijangkau oleh pelanggan, Elisa mencari cara agar pelanggan dengan praktis dapat memesan kopi dan diantarkan ke tempatnya masing-masing. “Customer tidak hanya offline, tetapi juga online. Dan dengan aplikasi Fore Coffee, untuk memesan kopi sekarang hanya one click away dari pelanggan,” katanya.

Baca Juga: Tips Membuat Jadwal Konten di Media Sosial

2. Selalu mendengarkan kritik dan masukan dari konsumen.

Pak Awi menyampaikan bahwa aplikasi bukanlah solusi utama, melainkan identifikasi masalah-lah yang merupakan solusi. “Tugasnya aplikasi itu mempermudah, yang memecahkan masalah itu sebenarnya adalah identifikasi masalah itu sendiri,” katanya. Maka dari itu, sangat penting agar identifikasi masalah dapat dilakukan secara benar. Kuncinya agar bisa mengidentifikasi masalah konsumen dengan benar adalah dengan cara mendengarkan keluh kesah, masukan, bahkan kritik tajam dari konsumen itu sendiri.

Hal ini dipertegas oleh Doddy Lukito yang menyatakan, “listening to our customers adalah kunci. Kami berjanji 60 menit obat pasti sampai ke customer kami. Karena customers HaloDoc berbeda dengan customers Sweet Escape, dan Fore Coffee, customers HaloDoc cenderung lebih emosional karena yang kami layani ini orang yang keluarga atau kerabat atau dirinya sedang sakit. Jadi sekali lagi kuncinya listening to our customers.”

Baca Juga: 14 Hal yang Wajib Dilakukan Untuk Menjamin Keamanan Komunikasi Digital di WhatsApp

3. Membangun hubungan baik melalui interaksi digital yang menyenangkan.

Dalam transformasi bisnis dari offline ke online, membangun hubungan baik dengan pelanggan adalah hal yang penting. Diperlukan deskripsi produk yang serba jelas dan lengkap di setiap tampilan layar gadget. Dan tidak kalah penting data-data tentang apa yang pelanggan suka dan tidak suka. Aplikasi harus bisa membaca dan mengetahui alternative-alternatif yang kemungkinan disukai pelanggan. Hal inilah yang coba dijelaskan oleh Elisa Suteja, “make sure customer experience adalah product! Kita selalu butuh feedback dari customer berupa kritik dan saran. Karena kritik dan saran itu membantu kita untuk menjadi lebih baik. Lalu data-data seperti pesan dari mana, paling suka rasa apa juga tak kalah penting. Pokoknya harus really understand the customers,” imbuh Elisa Suteja.

Baca Juga: Menentukan Unique Selling Proposition


Senada dengan Elisa Suteja, Pak Awi menilai customer experience harus sangat diperhatikan. Beliau merasa amat bahagia jika pelanggannya merasa bahagia dan puas. Menurutnya kepuasan customer-nya dapat ia nilai dari social media para pelanggannya. Jika mereka mem-posting hasil foto yang diterima dari Sweet Escape ke akun social media pribadinya, berarti mereka puas terhadap hasil foto yang diberikan. Karena, lanjutnya, “kepuasan costumer sangatlah berarti. Itu dapat menutupi jerih payah dan kesulitannya selama ini mencari fotografer-fotografer yang OK dan profesional di berbagai negara. Dan kami akan memberikan potongan harga untuk customer yang memesan jasa kami lagi untuk foto di destinasi berikutnya.”

Itulah 3 hal penting untuk tranformasi bisnis dari offline ke online yang telah kami rangkum dari event Mekari Conference 25 April 2019 silam. Yuk mulai beralih ke online! Salam hangat dan sukses selalu! Semangat!

#saatnyaukmnaikkelas

photo by: Pixabay.com

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.