Kesalahan Branding Yang Harus Dihindari Oleh Startup  Tahun pertama dalam perjalanan startup adalah masa-masa paling krusial. Di sinilah fondasi bisnismu dibangun, termasuk salah satu elemen terpenting: branding. Sayangnya, banyak pelaku startup yang terlalu fokus pada produk atau layanan saja, sampai lupa membangun identitas merek yang kuat dan konsisten.

Padahal, branding bukan sekadar logo dan warna. Ia adalah wajah, suara, dan kesan pertama yang kamu berikan pada dunia. Branding yang salah bisa bikin konsumen bingung, ragu, bahkan enggan kembali. Maka dari itu, penting sekali untuk mengenali kesalahan branding yang harus dihindari oleh startup, terutama di tahun pertama.

Yuk, kita kupas satu per satu—lengkap dengan contoh nyata agar kamu bisa lebih waspada dan siap melangkah!

1. Tidak Punya Identitas Brand yang Jelas

Salah satu kesalahan branding yang harus dihindari oleh startup adalah membiarkan brand berjalan tanpa arah. Banyak yang langsung terjun ke pasar tanpa memahami siapa mereka, apa nilai-nilai yang dibawa, dan bagaimana ingin dikenali.

Contoh: Sebuah startup kuliner mencoba tampil premium, tapi menggunakan desain logo dan konten media sosial yang terkesan murah. Ini membuat pesan yang disampaikan tidak konsisten dan membingungkan konsumen.

Solusi? Tentukan sejak awal brand value, visi, misi, dan brand personality. Apakah kamu ingin dikenal sebagai startup yang elegan, ramah, atau inovatif? Semuanya harus terintegrasi dalam komunikasi dan visual.

Baca Juga: Bikin Melekat di Ingatan: Strategi Jitu Membangun Branding Startup yang Diingat Konsumen dan Bikin Berkesan

2. Mengabaikan Target Audiens

Banyak startup terlalu fokus pada diri sendiri, sampai lupa siapa yang sebenarnya akan menggunakan produk atau jasanya. Padahal, branding yang kuat harus berbicara langsung kepada target audiens.

Contoh: Startup yang menjual produk skincare remaja menggunakan bahasa yang terlalu formal dan visual yang kaku. Akibatnya, audiens merasa tidak terhubung.

Ini adalah kesalahan branding yang harus dihindari oleh startup karena bisa menghambat pertumbuhan sejak awal. Lakukan riset audiens secara mendalam, lalu sesuaikan bahasa, gaya visual, dan brand tone yang relevan.

3. Terlalu Fokus pada Logo dan Mengabaikan Esensi Brand

Memiliki logo yang bagus memang penting, tapi bukan berarti itu segalanya. Banyak startup menghabiskan waktu dan biaya untuk desain visual, tapi lupa membangun narasi dan pengalaman merek.

Contoh: Sebuah startup teknologi memiliki logo futuristik yang menarik, tapi saat pelanggan mencoba layanan mereka, tidak ada kejelasan, panduan, atau pengalaman yang menyenangkan.

Ingat, kesalahan branding yang harus dihindari oleh startup adalah terlalu terobsesi pada tampilan luar tanpa memperhatikan isi. Branding adalah pengalaman total, bukan sekadar tampilan visual.

4. Tidak Konsisten di Berbagai Platform

Konsistensi adalah kunci dari branding yang kuat. Jika pesan, gaya bahasa, atau visual berubah-ubah di media sosial, website, hingga kemasan produk, pelanggan akan sulit membangun hubungan emosional dengan brand-mu.

Contoh: Di Instagram, sebuah startup makanan tampak ceria dan kasual. Tapi di website, mereka menggunakan bahasa yang formal dan berjarak. Ini menciptakan ketidakselarasan yang membuat orang bingung.

Kesalahan branding yang harus dihindari oleh startup ini bisa dicegah dengan membuat brand guideline yang mencakup tone suara, warna, gaya visual, hingga cara berkomunikasi.

5. Meniru Brand Lain Secara Mentah-Mentah

Mengambil inspirasi dari brand besar memang sah-sah saja, tapi meniru sepenuhnya akan membuat startup-mu kehilangan identitas. Konsumen bisa langsung menyadarinya dan merasa bahwa kamu tidak otentik.

Contoh: Sebuah startup lokal menggunakan warna, slogan, bahkan gaya konten mirip salah satu e-commerce besar. Bukannya menarik, hal ini justru mengurangi kredibilitas brand mereka.

Maka dari itu, salah satu kesalahan branding yang harus dihindari oleh startup adalah tidak percaya pada kekuatan unik dari identitas sendiri. Temukan “cerita” yang hanya bisa kamu ceritakan, dan bangun dari sana.

Gabung jadi Member ukmindonesia.id buat update terus info seputar UMKM dan peluang usaha!

6. Tidak Memiliki Pesan Brand yang Kuat

Apa yang ingin kamu sampaikan kepada dunia? Jika pertanyaan ini sulit dijawab, berarti brand message-mu belum kuat. Padahal, pesan inilah yang menjadi inti dari komunikasi brand kamu.

Contoh: Sebuah startup jasa pengiriman menyebut diri mereka “cepat dan aman.” Tapi begitu ditanya lebih lanjut, tidak ada data, cerita, atau bukti yang mendukung klaim itu.

Kesalahan branding yang harus dihindari oleh startup ini bisa berdampak besar karena pesan yang lemah tidak akan meninggalkan kesan. Buat pesan yang ringkas, emosional, dan relevan dengan kebutuhan konsumenmu.

7. Tidak Mendengarkan Feedback Konsumen

Di tahun pertama, pelanggan pertamamu adalah aset berharga. Sayangnya, banyak startup yang belum siap menerima masukan dan malah mengabaikannya. Padahal, dari sinilah kamu bisa mengembangkan brand yang relevan.

Contoh: Ada konsumen yang mengeluh soal kemasan produk yang mudah rusak, tapi startup tersebut tidak menanggapinya dan terus memproduksi dengan cara yang sama. Akibatnya, citra brand menurun.

Sahabat Wirausaha, kesalahan branding yang harus dihindari oleh startup ini bisa dicegah dengan membangun komunikasi dua arah. Jadikan feedback sebagai bahan perbaikan, bukan kritik yang diabaikan.

8. Tidak Aktif di Media Sosial

Media sosial adalah etalase digital yang wajib dimanfaatkan, apalagi di tahun pertama. Tapi banyak startup yang terlalu sibuk mengurus operasional hingga melupakan membangun kehadiran online.

Contoh: Sebuah startup fashion memulai dengan semangat, tapi setelah tiga bulan, tidak ada postingan baru di Instagram. Konsumen pun mulai ragu, apakah brand ini masih aktif atau tidak?

Padahal, salah satu kesalahan branding yang harus dihindari oleh startup adalah membiarkan media sosial terbengkalai. Jadwalkan konten secara rutin, bangun interaksi, dan tunjukkan bahwa brand kamu hidup!

9. Mengabaikan Cerita di Balik Brand (Storytelling)

Cerita adalah senjata yang ampuh untuk membangun koneksi emosional. Sayangnya, banyak startup yang tidak memanfaatkan potensi ini, dan hanya tampil seperti “penjual” biasa.

Contoh: Sebuah startup makanan sehat punya cerita menarik—didirikan oleh pasangan yang berjuang mengatasi obesitas. Tapi cerita itu tidak muncul di website atau kemasan mereka. Sayang banget, kan?

Kesalahan branding yang harus dihindari oleh startup ini sering terjadi karena merasa cerita pribadi tidak penting. Padahal, di balik setiap brand yang sukses, pasti ada cerita yang menyentuh.

Baca Juga: Viral Tapi Tetap Relevan: 10 Langkah Membuat Konten Viral yang Sesuai dengan Brand Bisnismu

10. Terlalu Cepat Rebranding Tanpa Alasan yang Kuat

Kadang, karena panik atau merasa belum sukses, banyak startup buru-buru mengubah logo, nama, atau arah komunikasi. Padahal, belum tentu itu solusi yang tepat.

Contoh: Sebuah startup teknologi mengubah nama dan desain brand tiga kali dalam setahun. Alih-alih dikenal, konsumen jadi bingung dan tidak percaya.

Rebranding sebaiknya dilakukan secara terencana, bukan impulsif. Maka, kesalahan branding yang harus dihindari oleh startup adalah terlalu cepat mengubah identitas tanpa alasan strategis yang kuat.

Sahabat Wirausaha, membangun branding bukan soal instan. Perlu waktu, konsistensi, dan kesadaran akan setiap langkah yang kamu ambil. Hindari 10 kesalahan branding yang harus dihindari oleh startup di atas, dan kamu akan lebih siap menciptakan merek yang bukan hanya dikenal, tapi juga dicintai.

Ingatlah bahwa branding bukan soal terlihat besar di awal, tapi tentang bagaimana kamu membangun hubungan yang bermakna dan berkelanjutan dengan konsumen. Jadikan tahun pertama sebagai pondasi yang kokoh untuk pertumbuhan jangka panjang.

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.