Mitos Konsumen Tiktok – Sahabat Wirausaha, saat ini perkembangan media sosial sudah berkembang pesat, salah satunya adalah TikTok. Ya, aplikasi rilisan ByteDance yang masuk ke Indonesia sejak tahun 2017 silam, kini telah menjadi media sosial yang digunakan di berbagai wilayah di Indonesia, mulai dari kota-kota besar, wilayah kabupaten, dan lainnya. Menurut data, per Oktober 2023 tahun lalu Indonesia menjadi negara ke-2 dengan pengguna TikTok terbanyak di dunia (106,52 juta) setelah Amerika Serikat (143,41 juta). Angka yang fantastis, bukan?

Maka, dari potensi di atas kita bisa melihatnya sebagai “peluang” bisnis untuk menjangkau lebih banyak target konsumen atau calon pembeli, sesuai dengan karakteristik wilayah yang dituju. Kira-kira, siapa saja ya calon pembeli kita di TikTok? serta promosi seperti apa yang tepat untuk menarik perhatian mereka? Nah, pada artikel ini akan dibahas tentang beragam karakteristik calon pembeli kita yang ada di TikTok, yang menjadi target konsumen kita untuk meningkatkan penjualan. Silakan disimak, ya!


Menentukan Target Konsumen dan Calon Pembeli Kita dengan Konten

Seiring dengan perkembangan zaman, budaya di setiap kota yang ada di Indonesia terus berubah. Bersamaan juga dengan maraknya penggunaan internet, setiap orang pun kini bisa terhubung secara online dengan mudah. Populasi internet di Indonesia meningkat dari 71 juta di tahun 2014, menjadi 205 juta di tahun 2023. Artinya, peningkatan populasinya sangat pesat hingga 188%. Selain itu, 95% dari mereka terhubung secara online dengan smartphone mereka, lebih tinggi jika dibandingkan dengan media lokal lainnya (tayangan televisi, media fisik/cetak, dan radio).

Grafik Pertumbuhan Populasi Internet di Indonesia (Sumber: Maju Bareng TikTok, 17-18 Januari 2024)

Dari data di atas, tentunya TikTok sangat memungkinkan menjadi tempat untuk menjangkau kebutuhan audiens atau calon pembeli kita melalui konten. Apalagi, pengguna TikTok juga sering membuat tren tersendiri di setiap waktunya, misalnya seperti konten cinematic, QnA, dan lainnya. Bahkan, kita juga memiliki potensi untuk menjangkau audiens di luar kota besar lainnya, agar produk bisa dikenal secara luas oleh masyarakat.

Selain itu, banyak tren yang berasal dari luar kota besar dongan konten yang variatif dan menghibur, di mana brand dan pelanggan sangat potensial untuk bisa dipertemukan secara organik maupun dengan iklan. Hal ini selaras dengan data yang menunjukkan bahwa 67% pengguna TikTok mengakses aplikasi tersebut untuk mencari hiburan melalui konten yang disajikan.

Baca Juga: Inspiratif! Inilah 5 Mompreneur yang Sukses Mendirikan Bisnis Rumahan Hingga Beromzet Ratusan Juta


Mematahkan “Mitos” Mengenai Konsumen di Luar Kota Besar & Solusinya dengan TikTok

Meski aksesnya mudah dan menjangkau berbagai lapisan masyarakat, tapi seringkali muncul mitos-mitos yang mengatakan bahwa minat masyarakat luar daerah untuk belanja via TikTok masih rendah. Benarkah? Daripada penasaran, yuk kita kupas tuntas berbagai mitos tadi!

Mitos 1: Masyarakat Di Luar Kota Besar Kebanyakan Mengonsumsi Media “Tradisional”

Faktanya, masyarakat yang tinggal di luar kota-kota besar justru menggunakan media sosial setiap harinya, bahkan mereka bisa menghabiskan sebagian besar waktunya hingga scroll 2 (dua) jenis media sosial termasuk TikTok. Hal ini mereka lakukan untuk mencari hiburan dan terhubung dengan pengguna lainnya. 

Jadi, kita bisa mulai membangun kehadiran brand usaha kita dengan akun TikTok. Tentunya tipe akun yang dibutuhkan berupa akun bisnis, supaya bisa melakukan konversi dan calon pembeli bisa langsung ke TikTok Shop yang diarahkan ke Tokopedia. Maka, jangan lupa untuk menyiapkan akun Tokopedia juga ya! 

Mitos 2: TikTok Hanya Untuk Kota - Kota Besar

Faktanya, 1 dari setiap 2 pengguna TikTok berasal dari luar kota besar. Hal ini sangat memungkinkan kita untuk menjangkau konsumen atau calon pembeli dengan lebih luas, dengan konten yang sesuai dengan karakteristik mereka. 

Selain itu, penonton di luar kota-kota besar juga bersedia untuk mengambil tindakan, seperti 1 dari 2 pengguna TikTok terinspirasi untuk membeli sesuatu setelah melihat Iklan di TikTok. Setelah melihat iklan di TikTok, mereka biasanya akan tertarik untuk mencari Informasi jauh lebih dalam dan berpartisipasi, seperti melihat produk, memberi like/comment, dan sebagainya. 

Maka, dari sini kita bisa mempromosikan produk kita dengan kampanye atau campaign in-feed yang diiklankan selama 30 hari di TikTok. Nantinya, produk kita akan masuk ke FYP (For Your Page/Halaman Untuk Anda) para pengguna TikTok dan sangat potensial untuk menjangkau calon pembeli dari seluruh wilayah Indonesia. 

Baca Juga: 7 Tips Optimalkan Strategi Pemasaran Kupon, Pertahankan Pelanggan Lama dan Tarik Pelanggan Baru

Mitos 3: Masyarakat Di Luar Kota Besar Tidak Membuat Konten Dan Tidak Berpartisipasi Di TikTok

Faktanya, pengguna TikTok dari luar kota besar menemukan kebahagiaan dalam menikmati dan membuat konten di TikTok. Adapun kegiatan yang mereka lakukan di antaranya seperti berpartisipasi dalam tren (contohnya seperti tren Citayam Fashion Week), mengikuti challenge dengan hashtag tertentu, hingga memberi komentar atau membagikan video yang mereka sukai. Adapun kategori konten yang mereka sukai di antaranya adalah: 

  • Entertainment;
  • Life Hacks;
  • Makanan;
  • Olahraga dan Kesehatan; serta
  • Teknologi

Jadi, dari beberapa kategori di atas kita bisa menjangkau dan berinteraksi kepada penonton dari luar kota-kota besar sesuai dengan karakteristiknya. Misalnya, jika produk kita adalah busana remaja kekinian maka kita bisa membuat konten tentang outfit hari ini atau OOTD (Outfit of the Day). 

Selain itu, bisa juga dikemas dengan unsur hiburan seperti mengikuti tren Citayam Fashion Week di atas, atau membangun engagement dengan caption “Kalau kamu, biasanya pakai outfit apa pas jalan bareng temen? Tulis di kolom komentar ya!”  Nantinya, para pengguna akan merasa “diajak” untuk berinteraksi sehingga menulis komentar outfitnya, dan bisa kita arahkan untuk membeli produk busana kita di TikTok Shop yang berafiliasi dengan Tokopedia.

Mitos 4: Masyarakat Di Luar Kota Besar Tidak Menganggap Iklan Relevan Bagi Dirinya

Faktanya, kini sudah banyak konten kreator lokal yang membuat konten untuk diiklankan di halaman FYP TikTok. Apalagi, para konten kreator tadi juga tergabung dalam komunitas tertentu, sehingga engagement serta tingkat awareness terhadap kontennya relatif tinggi. Jadi, sebagai pelaku usaha kita juga perlu menyesuaikan produk yang ditawarkan agar tetap relevan dengan karakteristik pengguna TikTok yang ditargetkan. Relevansi ini sangat penting supaya produk bisa tepat sasaran dan memenuhi kebutuhan dari calon pembeli.

Maka, untuk kontennya kita bisa menggunakan strategi kolaborasi dengan konten kreator lokal dan nasional, tergantung dengan kebutuhan dan jenis produk yang ditawarkan. Misalnya, jika ingin menjangkau daerah di luar kota besar, kita bisa berkolaborasi dengan konten kreator lokal seperti @akangfirdan (traveler), atau @mursid241 (komedian). 

Adapun jika ingin menjangkau masyarakat di kota besar, kita bisa berkolaborasi dengan konten kreator nasional yang cenderung sudah banyak dikenali, seperti @tamaradai (influencer & KOL fashion), @jessnolimit (influencer & gamer), serta masih banyak lagi. Apabila kolaborasi sudah disetujui, maka konten tersebut bisa diiklankan di TikTok melalui kampanye in-feed seperti poin sebelumnya.

Gambar Beberapa Contoh Konten Kreator Nasional di Indonesia (Sumber: Maju Bareng TikTok, 17-18 Januari 2024)

Baca Juga: 10 Tips Membuka Toko Online di Bukalapak, Raih Lebih Banyak Pembeli

Mitos 5: Masyarakat Di Luar Kota Besar Tidak Berbelanja Online

Faktanya, setelah TikTok Shop berkolaborasi dengan Tokopedia, pengguna TikTok dari luar kota-kota besar di Indonesia justru lebih sering berbelanja online dengan berbagai macam kategori produk. Adapun beberapa kategori produk tersebut adalah:

  • Produk kecantikan dan perawatan pribadi;
  • Produk fashion dan aksesoris;
  • Produk Elektronik;
  • Produk Makanan dan Minuman; serta
  • Produk Perawatan Rumah.

Dari kategori tersebut, kita bisa memanfaatkan potensinya dengan menggunakan fitur Live Shopping Ads di TikTok. yaitu iklan berupa Live Shopping yang mengarah ke katalog produk kita di TikTok Shop. Jadi, kalau kita ingin meningkatkan engagement dengan pengguna maka kegiatan Live Shopping ini bisa menjadi salah satu pilihan. Apalagi jika diiklankan, pengguna TikTok bisa langsung melihat produk yang ditawarkan dari katalog produk kita di TikTok Shop melalui halaman FYP.

Sahabat Wirausaha, dari pembahasan di atas kita bisa mempelajari bahwa setiap wilayah di Indonesia telah memiliki akses untuk menggunakan media sosial, termasuk TikTok. Maka, kita bisa mulai dengan mengoptimalkan konten kita di TikTok, kemudian dikorelasikan dengan produk yang ditawarkan agar bisa menjadi “kebutuhan” bagi segmen pelanggan yang ditargetkan. 

Jadi, kenali dahulu produk kita, lalu tentukan segmen pelanggannya berdasarkan karakteristik wilayah yang ada. Supaya tepat sasaran, dan bisa untung besar-besaran!

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM. 

Referensi: Program Maju Bareng TikTok @Hotel Bidakara Jakarta, 18 Januari 2024