Penyebab UMKM Gagal - Membangun dan mengembangkan bisnis UMKM memanglah tidak mudah. Tanpa adanya strategi yang baik, UMKM dapat mengalami kegagalan, bahkan bisa gulung tikar di tahun-tahun pertama.

Melansir dari kanal YouTube Raymond Chin, UMKM di Indonesia memberikan kontribusi besar terhadap GDP, yakni Rp8.500 triliun. Namun meskipun begitu, UMKM di Indonesia juga banyak sekali yang gagal dan gulung tikar. 

Apa penyebabnya? Nah, Raymond Chin membagikan tiga hal yang menjadi sebab UMKM di Indonesia banyak yang mengalami kegagalan, yaitu : 

1. Kurangnya Digitalisasi (Lack of Digitalization

Alasan pertama kenapa banyak UMKM di Indonesia yang gagal dan gulung tikar adalah kurangnya digitalisasi. Sebagai customer, kita mungkin sudah ‘digital’, namun secara bisnis, nyatanya kita belum paham dan belum banyak yang go digital.

Melansir dari laman Katadata, hal yang menjadi sebab UMKM di Indonesia masih sulit dalam melakukan transformasi digital adalah kurangnya pembiayaan, kurangnya pelatihan digital, kurangnya dukungan kebijakan, tidak ada mentor bisnis, dan infrastruktur yang tidak memadai.

Penyebab sulitnya UMKM melakukan transformasi digital. Foto : Katadata

Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), jumlah UMKM pada tahun 2022 mencapai sekitar 64 juta unit usaha yang tersebar di seluruh Indonesia. Namun dari angka yang besar tersebut hanya sekitar 29% atau 19 juta unit UMKM yang sudah digital atau berbisnis secara online.

Baca Juga: Menyerah atau Bangkit? Ini Dia 8 Cara Bangkit dari Usaha yang Bangkrut

Sementara itu, menurut Raymond, jika dibandingkan dengan negara Singapura dan Vietnam, small business atau UMKM di Indonesia jauh tertinggal dari kata ‘digitalisasi’. Data menunjukkan bahwa tingkat digitalisasi UMKM di Indonesia hanya berkisar 8%, sementara Singapura 65% dan VIetnam 35%. Jauh sekali, bukan?

Hal ini mungkin disebabkan karena masih banyak UMKM di Indonesia yang menggunakan pola pikir tradisional, yang mana hanya mengandalkan toko fisik saja. Artinya hanya bergantung pada mereka yang lewat di depan toko dan kemudian membeli produk. Padahal, bisnis apapun itu sudah seharusnya untuk mulai go digital, sekalipun yang berada di pelosok atau daerah pedalaman. 

Nah, Sahabat Wirausaha bisa mulai melakukan go digital dengan melihat tiga hal terlebih dahulu, yakni product, marketing, dan operation. Berikut penjelasan lebih detail.

a. Marketing

Hal yang paling mudah untuk dilakukan lebih dulu adalah marketing. Sebelumnya, satu hal yang harus dipahami bersama, bahwa yang namanya go digital itu, maka kita harus memiliki sosial media, toko online, dan setidaknya kita juga mengerti sedikit mengenai dunia digital marketing.

Kembali dengan topik marketing, Sahabat Wirausaha bisa mulai go digital dengan memanfaatkan sosial media, misalnya live berjualan di Tiktok, Instagram, atau Facebook, dan sosial media lainnya. Bahkan menurut Raymond Chin, ada perusahaan yang bahkan melakukan live di Tiktok selama 24 jam dalam 7 hari. Alhasil perusahaan tersebut memperoleh omzet hingga milyaran.

b. Operations

Selanjutnya mengenai operations, saat kita akan menjual suatu barang, maka kita akan membutuhkan yang namanya rekap penjualan, atau hal-hal yang berkaitan dengan inventory management (pengelolaan persediaan bisnis)  stock keeping unit atau kode tertentu untuk mempermudah pengelolaan barang, dan hal lainnya.

Raymond Chin juga mengatakan, bahwa di Indonesia sendiri, lebih dari 90% bisnis masih melakukan proses bisnis secara manual. Padahal sebagai UMKM, sudah seharusnya untuk mulai melakukan proses bisnis yang lebih baik dan efisien. Misalnya memanfaatkan penggunaan alat digital, seperti akuntansi online, dan sebagainya.

Baca Juga: ​Tupperware Gulung Tikar, Gagal Beradaptasi Hingga Gagal Branding

c. Products

Terakhir berkaitan dengan product, tentunya jika kita sudah go digital, kita bisa memberikan sesuatu yang berbeda terhadap konsumen dengan menambahkan value lebih terhadap produk, misalnya memberikan voucher gratis ongkir, diskon dengan minimal belanja sekian, paket bundling, dan sebagainya, sehingga kita pun akan memberikan pengalaman berbelanja yang berbeda jika dibandingkan dengan belanja secara offline

Selain itu, jika kita sudah go digital, dengan proses bisnis yang juga sudah digital, maka kita juga bisa melakukan analisa terhadap produk melalui data digital yang kita miliki, misalnya produk mana saja yang lebih disukai dan terjual paling banyak, atau mana saja produk yang kurang menarik, atau teknik promosi apa yang telah berhasil membuat konsumen melakukan ‘click’ untuk membeli produk, dan sebagainya. Pada akhirnya, data digital tersebut membantu kita untuk memperbaiki dan mempersiapkan strategi penjualan yang lebih baik.

d. Persaingan dari Perusahaan Besar (Competition from Larger Firms)

Alasan kedua kenapa banyak UMKM yang gagal dan gulung tikar berkaitan dengan persaingan yang datang dari perusahaan besar. Mungkin banyak di antara kita yang beranggapan bahwa penyebab UMKM banyak yang gagal adalah karena adanya pesaing dari perusahaan besar yang memiliki modal dan SDM yang banyak, sehingga UMKM yang notabene adalah bisnis kecil, maka sudah pasti akan kalah.

Raymond Chin mengungkapkan, berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan UMKM, bahwa UMKM di Indonesia yang bisa membuat bisnis formal dan terstruktur hanya berkisar 17%.

Sekalipun hanya bisnis kecil, jika menggunakan business plan yang baik dan tepat, maka akan lebih mudah dikembangkan daripada yang tidak menggunakan business plan sama sekali. Meskipun ada juga bisnis yang berhasil berkembang tanpa hal tersebut. Namun, dengan bisnis yang terstruktur dan memiliki business plan yang baik, tentunya akan lebih mudah untuk beradaptasi dengan segala kemungkinan, termasuk hadirnya pesaing dari perusahaan besar.

Nah, untuk dapat bersaing dengan perusahaan besar, kita bisa membuat business plan dengan beberapa tips berikut :

  • Kenali Pesaing

Mengenali pesaing dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan mereka. Sahabat Wirausaha bisa mengenali pesaing dengan melihat beberapa hal, misalnya harga yang pesaing tawarkan, teknologi yang digunakan, cara dan media promosinya, produk unggulan, dan sebagainya.

  • Kenali Kebutuhan Konsumen

Mengenali kebutuhan konsumen bisa dilakukan dengan mencari tahu apa yang sedang dibutuhkan dan bagaimana kebiasaan konsumen dalam membeli produk. Misalnya Sahabat Wirausaha memiliki usaha kue, maka kita perlu riset terkait kue apa yang sedang digemari masyarakat dan kapan biasanya konsumen akan menginkan kue atau pada perayaan apa konsumen mencari kue, sehingga kita bisa membuat stok kue yang lebih banyak pada saat itu.

Kebiasaan berbelanja juga perlu kita perhatikan, misalnya konsumen saat ini cenderung lebih suka memesan secara online, maka kita bisa menambahkan pemesanan online dalam pilihan berbelanja.

  • Inovasi dan Aktif Promosi  

Untuk bisa bersaing dan bertahan dengan para pesaing, terlebih pesaing besar, maka kita harus bisa melakukan inovasi dan aktif melakukan promosi. Sahabat Wirausaha juga bisa mengikuti event, misalnya pameran, bazar, dan festival sebagai media promosi selain sosial media.

Baca Juga: UMKM Perlu Tahu! Begini Cara Mengetahui Kebutuhan Konsumen Agar Produk Sesuai Permintaan Pasar 

3. Sulit Mengikuti Tren (Difficulty in Catching Trends)

Berbicara tren bukan hanya tentang apa yang sedang hype di kalangan masyarakat, namun tren juga berkaitan dengan perubahan kebiasaan konsumen (customer behavior). Menurut Raymond Chin, berdasarkan data survei dari McKinsey & Company, persentase UMKM di Indonesia yang memanfaatkan penggunaan alat digital seperti Google Trends, Google Analytic, dan sebagainya hanya berkisar 10%.

Dalam survei yang sama, dikatakan bahwa hanya sekitar 6% dari UMKM di Indonesia yang memanfaatkan data analitik untuk melakukan perubahan keuangan berdasarkan tren tersebut. Sementara itu, berdasarkan data survey dari Indonesian Chamber of Commerce and Industry (KADIN), 74% bisnis juga umumnya tidak melakukan riset pasar sebelum membuat dan memasarkan produk baru. Kebanyakan dari mereka hanya menggunakan feeling saja ketika akan meluncurkan produk. 

Sebagai pemilik bisnis, alangkah baiknya kita bisa peka dan melihat perubahan yang ada di sekitar kita. Caranya bisa dengan melakukan riset pasar dan memanfaatkan tools digital, seperti Google Trends, Google Analytic, dan sebagainya, sehingga kita bisa dengan mudah dan cepat dalam mengatur strategi terbaru untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut. 

Nah, berdasarkan penjelasan di atas, kita telah mengetahui bahwa penyebab utama UMKM Indonesia banyak yang mengalami kegagalan adalah karena masih banyak yang belum go digital. Kita tidak bisa lagi menganggap remeh teknologi, karena faktanya, teknologi semakin hari semakin maju, jika kita tidak segera terjun dalam era kemajuan itu, maka bisa dipastikan bisnis kita akan tertinggal di belakang.

Kehadiran pesaing juga tidak bisa kita anggap remeh, kita perlu berpikir untuk bisa bertahan dan bersaing dengan mereka, begitu pula dengan tren yang ada. Bisnis kita bisa berkembang jika kita bisa melihat peluang dari tren tersebut. Apa yang menjadi tren bisa menjadi ide untuk melakukan inovasi tertentu, dan inovasi menjadi salah satu hal yang dapat menyelamatkan kita dari persaingan bisnis yang ketat.

Nah, demikianlah artikel mengenai alasan banyaknya UMKM di Indonesia yang gagal dan gulung tikar. Dengan mengetahui penyebabnya, tentunya kita bisa melakukan perbaikan atau membuat antisipasi dan strategi bisnis yang lebih baik. Semoga informasi di atas bermanfaat dan tetap semangat!

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM. 

Referensi : 

  1. https://www.youtube.com/watch?v=hXOCjdtKiks
  2. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/11/14/banyak-umkm-belum-bisa-bisnis-online-ini-kendala-utamanya
  3. https://majoo.id/blog/detail/produk-umkm-mampu-bersaing-dengan-brand-besar-ini-tipsnya