Sahabat Wirausaha, siapa sih, yang tidak mengenal keripik tempe? Makanan tradisional ringan dari irisan tipis tempe, kemudian digoreng hingga renyah sehingga menghasilkan keripik tempe dengan tekstur yang renyah dan gurih. Seperti produk keripik tempe milik Ilmi Noor Rahmad, Founder SKawan Food, melalui produknya TempeTime. Memulai bisnisnya dari 0, siapa yang menyangka jika produk Ilmi akan mendapatkan kesempatan untuk mengekspansi bisnisnya ke Brunei? Yuk, simak perjalanan SKawan Food selengkapnya di artikel ini!
Awal Mula SKawan Food: Dari Berempat, Kini Tinggal Sendiri
Berawal pada tahun 2017, Ilmi yang berstatus sebagai karyawan bagian administrasi di sebuah universitas mengajak 3 kolega kantornya untuk membangun bisnis bersama demi menambah penghasilan dan menghasilkan lapangan pekerjaan untuk masyarakat usia produktif yang menganggur.
Baca Juga: KAHLA Tempe Crispy : Usaha Sukses Dengan Misi Sosial
“Mengapa dinamakan SKawan Food, karena kami awalnya mulai berempat. Kalau dalam Bahasa Jawa, sekawan itu artinya berempat. Supaya namanya lebih unik maka kami hilangkan huruf E-nya, dari sekawan menjadi SKawan,” ujar Ilmi sembari mengenang awal mula berdirinya SKawan Food.
“Kami berempat mulai mencari ide bersama-sama mau jualan apa. Nah, salah satu dari tim kami punya langganan keripik tempe. Kami coba beli dan merasakan terlebih dahulu keripiknya, ternyata enak dan unik karena jenis keripik tempenya persegi, bukan bulat-bulat seperti keripik tempe yang sering ditemukan di pasaran. Lalu kemudian kami berempat sepakat untuk menjual keripik tempe. Jadi sampai sekarang, kami mengambil keripik tempe dari produsen, dan me-repack sesuai kebutuhan SKawan Food.”
Dalam segi manajemen, Ilmi memegang pekerjaan terkait pengembangan produk, sementara 3 koleganya memegang pekerjaan terkait digital (mencakup media sosial dan marketplace), pemasaran dan pengiriman produk, serta keuangan bisnis. Ilmi mengenang bahwa dulu Ia dan koleganya memulai bisnis dengan modal awal patungan masing-masing mengumpulkan Rp2,000,000 per orang. Masing-masing orang mempunyai kewajiban untuk memasarkan produk SKawan Food dan yang berhasil menjualkan produk mendapatkan fee tambahan.
Namun seiring berjalannya waktu, perlahan-lahan 3 kolega Ilmi mengundurkan diri dari perannya sebagai pemilik usaha SKawan Food. Saat ini, Ilmi mengurus operasional SKawan Food sendiri sementara bagian keuangan dipegang oleh sang istri. Ilmi pun mempunyai target melepaskan pekerjaannya sebagai karyawan dan fokus sebagai wirausahawan dalam 2 tahun lagi.
Pentingnya Membangun Networking dan Mengurus Legalitas Usaha
Berdasarkan pengalamannya selama membangun usaha, Ilmi mengatakan bahwa membangun networking sangat penting. Ilmi membangun networking dengan mengikuti pelatihan-pelatihan digital tentang UMKM dan pengembangan usaha yang diselenggarakan oleh Kementerian, Dinas Pemerintah, serta UKM Indonesia. Selain itu, Ilmi bersama dengan SKawan Food juga aktif mengikuti pameran dan bazaar untuk mengetahui selera pasar dan mempromosikan produknya.
Baca Juga: Jenis Pangan yang Diizinkan dan Tidak Diizinkan Memperoleh SPP-IRT
“Networking merupakan salah satu modal terpenting dalam berbisnis, karena dari networking ini kita dapat menemukan reseller, mendapat pelanggan baru, mendapat ajakan kolaborasi antar brand, sampai berkesempatan untuk menjalin kerjasama dengan minimarket dan koperasi lho. Baru-baru ini SKawan Food bertemu seorang pengusaha dari Dubai dan mendapat kesempatan untuk menjual produk TempeTime di supermarket milik beliau,” tutur Ilmi.
Untuk dapat melebarkan sayap usaha SKawan Food ke luar negeri, legalitas produk TempeTime harus terdaftar terlebih dahulu. TempeTime pun telah mengantongi izin legal PIRT (Produk Industri Rumah Tangga), HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual), Halal MUI (Majelis Ulama Indonesia), dan NIB (Nomor Induk Berusaha).
“Mengurus legalitas itu penting, karena dengan adanya legalitas ini kita mendapatkan nilai tambah yang berfungsi sebagai jaminan ke konsumen bahwa produk kita halal, aman untuk dikonsumsi, dan telah terdaftar izinnya di Indonesia. Upayakan untuk mengurus legalitas terlebih dahulu bahkan sebelum produk launching,” nasihat Ilmi.
Kini, mengurus legalitas UMKM pun sangat mudah, terlebih terdapat banyak program pemerintah yang menyediakan pengurusan perizinan legal untuk UMKM secara gratis. Ilmi bercerita bahwa semua izin legal SKawan Food didapatkan melalui program-program kementerian yang menyediakan pengurusan legalitas secara gratis, seperti program milik dinas koperasi dan dinas kesehatan untuk izin P-IRT serta Halal MUI dan program milik Kemenparekraf RI untuk mengurus HAKI merek.
Jatuh Bangun SKawan Food Saat Masa Pandemi
Tahun 2020 merupakan tahun yang berat bagi Ilmi, dimana penjualan offline SKawan Food menurun akibat pandemi covid. “Saya dulu percaya dan berfikir positif bahwa kondisi pandemi ini tidak akan bertahan lama, jadi saya perbaiki kondisi internal SKawan Food mulai dari perbukuan, produk, penjualan online melalui marketplace, pengembangan konten media sosial serta copywriting,”
Baca Juga: Menjaga Standar Mutu Bisnis Kuliner Waralaba
“Harapannya ketika kondisi sudah normal, SKawan Food sudah siap dengan kondisi yang baru. Dalam kondisi apapun kan, pengusaha sudah harus siap,” cerita Ilmi sambil mengenang perjuangan dan upaya yang Ia lakukan agar usahanya tetap bertahan di kala pandemi.
Selain itu, Ilmi mengedukasi ke reseller saat masa pandemi terkait product knowledge SKawan Food dan memberikan akses untuk pengembangan diri, pengembangan usaha, serta pelatihan-pelatihan online tentang berbisnis agar tetap produktif. Ilmi juga melakukan endorse ke salah satu public figure secara gratis.
“Setelah endorse Ashanty, banyak yang mengirim pesan untuk memesan produk dan menjadi reseller. Kunci sukses endorse itu cuma satu, pilihlah public figure yang memiliki audiens seperti target pasar kita. Kenapa saya pilih Ashanty itu karena audiensnya sesuai target pasar SKawan Food, yaitu ibu-ibu yang suka bermedia sosial,” kata Ilmi.
Enam Tahun Berjalan, Skawan Food Tak Henti Inovasi
Memasuki tahun ke-6 sejak didirikannya SKawan Food, Ilmi terus melakukan inovasi produk untuk menciptakan produk terbaik yang dapat disajikan ke konsumen. Di awal berdirinya SKawan Food, produk TempeTime hanya dikemas dengan kemasan sederhana menggunakan plastik PP bening dengan sealing sederhana. Namun seiring berjalannya waktu, Ilmi menyadari bahwa umur produknya hanya bertahan 1 bulan akibat kemasan yang bening sehingga rentan saat terkena sinar matahari langsung.
“Saat keripik tempe yang digoreng menggunakan minyak terkena udara, keripik akan teroksidasi sehingga menyebabkan keripik menjadi tidak renyah dan menghasilkan bau tidak sedap,” terang Ilmi.
Melihat hal ini, Ilmi melakukan pengembangan produk dari segi kemasan dengan memilih kemasan berbahan aluminium foil yang mempunyai kerapatan material lebih tinggi, sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya pertukaran udara yang menyebabkan produk teroksidasi. Ilmi juga membeli alat sealer semi otomatis dan modern untuk menjaga kualitas produk didalamnya.
Ilmi melakukan survei riset pasar dan mengumpulkan data serta saran dari pelanggan terkait hal apa saja yang harus dikembangkan kedepannya. Berdasarkan dari hasil riset yang telah dilakukan, Ilmi kemudian menambah varian rasa selain original, yaitu balado dan barbeque. Inovasi produk yang dikembangkan Ilmi berhasil diterima oleh konsumen dan menaikkan omzet SKawan Food.
Baca Juga: Membangun Diferensiasi Produk Pada Bisnis Kuliner
“Repeat order varian baru ini cukup banyak, sebanyak 7 reseller kami juga aktif untuk repeat order. Dulu harga TempeTime untuk konsumen Rp15,000,-, tetapi sekarang menjadi Rp20,000 karena adanya pengembangan kemasan premium dan variasi rasa. Kalau untuk omzet SKawan Food per bulan sekarang sekitar Rp10 juta sampai Rp13 juta. Kedepannya saya ingin menambah varian rasa TempeTime untuk menaikkan omzet dan memenuhi permintaan pasar,” jelas Ilmi.
Bagi beberapa orang mungkin khawatir terhadap MSG yang terkandung dalam satu bungkus keripik tempe, namun masalah ini tidak akan ditemukan dalam kandungan TempeTime. Tiada hentinya untuk berinovasi, Ilmi berhasil membuat TempeTime menjadi camilan sehat dengan 0mg kandungan natrium yang telah teruji di laboratorium bersertifikasi sehingga konsumen tidak perlu khawatir saat mengkonsumsi TempeTime.
Saat ini, tujuan dan mimpi Ilmi adalah ingin menjadikan produk TempeTime sebagai leader di tengah-tengah pasar camilan keripik tempe di Jabodetabek. Ilmi berpesan untuk Sahabat Wirausaha yang sedang mulai merintis bisnis bahwa ketika kita memutuskan untuk menjadi seorang wirausaha, kita harus mempunyai tujuan yang jelas dan besar sehingga tujuan tersebut tidak akan terkalahkan oleh sumber daya yang belum kita punya. Kita juga harus menjadikan tujuan tersebut sebagai motivasi untuk tetap bertahan dalam berbisnis.
“Prinsip saya dalam berbisnis itu satu. Jangan tunggu sampai semuanya sempurna, melainkan kita harus bisa mulai berjalan dengan sumber daya apa adanya yang kita miliki. Naik turun dalam berbisnis itu hal biasa, sesuatu yang besar pasti dimulai dari hal kecil. Yang terpenting, kita harus mempunyai niat kuat supaya produk kita dapat terus berkembang menjadi lebih baik lagi sesuai dengan keinginan konsumen. Yuk, bersama-sama kita bisa. Saatnya UMKM naik kelas!” ujar Ilmi.
Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.
Sumber: Wawancara dengan Ilmi Noor Rahmad, Founder dan CEO SKawan Food