Teknik FOMO Marketing – Sahabat Wirausaha, pernahkah kalian ada di posisi seperti ini? Saat rekan-rekan kerja, teman-teman di kampus atau mungkin ibu-ibu arisan di grup WhatsApp membeli sebuah produk skincare yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial, lalu kalian merasa cemas dan tertinggal karena tak membeli produk serupa? Jika pernah dalam kondisi seperti itu, maka artinya kalian tengah mengalami FOMO alias Fear of Missing Out.

Situasi FOMO ini bahkan mampu melewati batas gender, usia dan latar belakang pendidikan sehingga membuat seseorang membeli sebuah produk hanya karena ‘ikut-ikutan’. Tanpa banyak yang tahu, kondisi FOMO rupanya dimanfaatkan oleh sejumlah pelaku bisnis dalam menggenjot penjualan produk mereka melalui strategi pemasaran FOMO. Bahkan konon katanya, strategi ini sangat bermanfaat bagi para pelaku UMKM. Apakah benar? Simak terus penjelasannya berikut ini.


Memahami Apa itu FOMO

Dilansir Majoo, FOMO atau yang seperti disebutkan sebelumnya yakni Fear of Missing Out adalah sebuah ketakutan saat tertingggal melakukan sesuatu. Mereka yang mengalami FOMO akan merasakan kegelisahan ketika ketinggalan suatu hal yang tengah menjadi tren. Istilah psikologi ini rupanya pertama kali digunakan oleh Dr. Andrew K. Prybylski di tahun 2013 silam. 

Mereka yang mengalami FOMO akan merasa orang lain lebih berbahagia saat mengetahui sesuatu tersebut, sehingga mereka takut tertinggal. Biasanya orang yang FOMO adalah mereka yang cenderung menghabiskan banyak waktu di media sosial daripada dunia nyata. Tak hanya itu saja Sahabat Wirausaha, orang-orang FOMO juga terbiasa menggunakan gadget sepanjang hari karena rasa ingin tahu pada kehidupan orang lain dan berita yang tengah dibicarakan sangatlah tinggi.

Melihat ciri-ciri mereka yang mengalami FOMO, tak heran kalau akhirnya kondisi ini lebih sering dialami generasi muda termasuk kalangan milenial. Dikutip dari Strategy Online seperti dilansir Opaper, diungkapkan bahwa lebih dari 60% milenial memilih untuk membeli, menyewa atau bahkan menggunakan suatu produk barang atau jasa hanya karena takut dibilang tidak update oleh rekan-rekannya. Sehingga tanpa sadar, mereka mengalami FOMO.

Tak hanya itu saja, Gen Z yang cenderung lebih muda dari milenial rupanya juga sering terjebak dalam situasi FOMO, lantaran sekitar 69% aktivitas remaja dipengaruhi oleh rasa cemas saat tertinggal sesuatu. Hanya saja, ternyata FOMO tak selamanya menjadi negatif, terutama di kalangan pebisnis dan pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Justru fenomena FOMO jika dipandang secara lebih serius bisa menjadi salah satu strategi marketing yang memberikan dampak positif pada bisnis.


7 Contoh Strategi FOMO Marketing dalam Bisnis, Layak Dicoba!

Seperti yang sudah Sahabat Wirausaha ketahui, FOMO pada dasarnya merupakan istilah psikologi. Untuk itu jika ingin memanfaatkan kondisi FOMO ini dalam hal marketing sebuah bisnis, penting bagi kalian melakukan riset yang cukup mendalam. Riset ini haruslah mencakup dampak-dampak psikologi calon konsumen dan pasar dalam lingkup sosial budaya yang lebih jelas.

Tak heran kalau akhirnya Dr. Chris Hodkinsons selaku profesor bisnis dari Universitas Queensland, berpendapat bahwa strategi marketing FOMO lebih dari sekadar melihat tren di pasar. Namun lebih lanjut, FOMO marketing harus bisa membuat sebuah bisnis memberikan pengalaman dan advokasi yang dibutuhkan oleh calon konsumen. Tak heran kalau penerapan strategi pemasaran yang satu ini berkaitan erat dengan tenggat waktu, nilai dan keunikan dalam sebuah brand.

Supaya Sahabat Wirausaha bisa langsung menerapkannya dalam bisnis yang tengah dijalankan, berikut tujuh contoh teknik jenius FOMO marketing yang layak dicoba:

1. Layanan Spesial untuk Pembeli Pertama

Dilansir dari Jurnal, contoh teknik pemasaran FOMO yang pertama ini memang bisa dibilang sangatlah klasik. Hanya saja sekalipun klasik, ini tetap saja efektif untuk memanfaatkan calon konsumen yang tengah FOMO. Di mana Sahabat Wirausaha sebagai pemilik bisnis bisa menawarkan item tambahan atau mungkin voucher bagi mereka pembeli pertama. Pembeli pertama ini sebetulnya bukanlah benar-benar orang pertama yang membeli, tapi bisa 10 hingga 100 orang yang membeli.

Dengan menerapkan sistem kuota pada sejumlah pembeli pertama, kalian bisa menggenjot omzet bisnis semaksimal mungkin lantaran calon konsumen tentu akan berlomba-lomba untuk menjadi kelompok pembeli pertama. Hal ini akhirnya membuat mereka yang FOMO akan langsung melakukan pembelian sesegera mungkin supaya mendapat item tambahan hingga voucher yang ditawarkan, lantaran jika sudah melebihi kuota rombongan pertama, layanan spesial itu tak akan didapatkan.

2. Tetapkan Diskon Terbatas

Tak perlu malu mengakui, banyak di antara kita yang tentu sangat menyukai diskon atau potongan harga. Konsep pemberian diskon ini rupanya juga masuk salah satu contoh FOMO marketing hanya saja dalam penerapannya, wajib diberi batasan waktu. Semakin terbatasnya diskon yang ditetapkan, maka pasar yang tak ingin ketinggalan memperoleh diskon bakal berbondong-bondong melakukan transaksi sesegera mungkin.

Misalnya saja, Sahabat Wirausaha yang berjualan online di Instagram, memberikan potongan diskon hingga 70% pada pukul 00.00 WIB hingga 00.30 WIB saja. Sudah pasti konsumen tak ingin ketinggalan event diskon terbatas itu sehingga mereka sampai rela bangun dini hari hanya untuk mendapatkan diskon besar, dari produk yang tengah diincar.

3. Infokan Ketersediaan Produk Real Time

Contoh berikutnya seperti dilansir Niagahoster adalah memberikan informasi ketersediaan produk secara real time. Teknik marketing yang satu ini pernah begitu booming di platform TikTok melalui fitur live di TikTok Shop. Contohnya, si penjual yang tengah berjualan secara live, memberikan informasi lewat kalimat, “Gamis ini tinggal warna biru dan pink saja,” atau “Laptop ini cuma tinggal tiga unit saja,”

Terdengar sangat sederhana? Memang. Tapi secara tidak sadar, pembeli itu memberikan tekanan kepada calon konsumen yang bisa mempengaruhi psikologi mereka untuk sesegera mungkin melakukan transaksi. Apalagi saat calon pembeli mengetahui jika ketersediaan produk semakin menipis, maka dia akan berpikir kalau produk itu sudah pasti sedang diburu banyak orang, sehingga ia mengalami FOMO.

4. Batasi Produk dan Jadikan Eksklusif

Pernahkah Sahabat Wirausaha melihat sebuah brand fashion terkenal mengumumkan jika mereka hanya memproduksi sebuah tas secara terbatas, seperti cuma 100 unit di seluruh dunia? Hal ini ternyata juga jadi bagian FOMO marketing. Produk yang dibuat secara terbatas akan jadi eksklusif sehingga banyak orang berbondong-bondong untuk memiliki, serta merasa ketinggalan update jika tak membelinya. 

Biasanya strategi marketing ini menggaet selebritis atau influencer media sosial, termasuk seorang desainer yang diajak bekerjasama oleh si pemilik bisnis untuk memproduksi sebuah barang. Sehingga karena produknya eksklusif dan dijual terbatas, harga jualnya akan lebih mahal tapi bukan jadi masalah bagi konsumen yang sudah FOMO.

5. Beri Tekanan Bahwa Produk Sangat Dibutuhkan

Pada dasarnya, kunci agar strategi FOMO marketing ini bisa berhasil adalah mampu memberikan dua efek pada calon konsumen. Efek pertama akan membuat calon pembeli berpikir jika mereka tak melakukan transaksi maka kesempatan memiliki produk itu akan hilang entah sampai kapan. Lalu efek kedua, jika tak segera melakukan pembelian maka produk itu akan tersedia dengan harga yang lebih mahal. 

Untuk itulah penting bagi Sahabat Wirausaha untuk menegaskan jika produk yang ditawarkan memang benar-benar dibutuhkan oleh banyak orang. Semakin tekanan itu berhasil diberikan, maka calon konsumen tak akan punya alasan menunda pembelian karena kecemasan-kecemasan di dalam pikirannya. Strategi ini banyak digunakan oleh penjual produk kesehatan di kala pandemi COVID-19 silam.

6. Lakukan Flash Sale

Jika Sahabat Wirausaha sering membuka marketplace, tentu sangat lazim dengan event flash sale. Dilansir dari Krona, flash sale adalah penjualan cepat yang biasanya memanfaatkan sebuah event di masyarakat. Misalnya saja penjualan di tanggal kembar seperti 05.05 di bulan Mei, 10.10 di bulan Oktober hingga 12.12 di bulan Desember. Biasanya dalam kegiatan flash sale, produk yang dijual akan memberikan potongan harga cukup besar dan terbatas, sehingga konsumen saling berebut.

7. Penawaran Gratis Ongkir Terbatas

Dan teknik FOMO marketing yang terakhir dan bisa dicoba adalah penawaran gratis ongkir alias ongkos kirim, tapi tetap dilakukan secara terbatas. Seperti yang sudah banyak diketahui, e-commerce saat ini adalah salah satu pilar perekonomian nasional yang dilakukan oleh segala lapisan masyarakat. Agar e-commerce bisa menghubungkan pembeli dan konsumen dari berbagai pelosok Tanah Air, diperlukan proses pengiriman produk lewat jasa logistik yang menerapkan biaya kirim.

Banyak calon konsumen batal melakukan transaksi hanya karena ongkos kirim yang terlalu tinggi. Nah, supaya konsumen saling berebut melakukan transaksi, penawaran gratis ongkir jelas akan diburu. Lakukan penawaran ini dalam waktu 12 jam saja di hari tertentu, atau dalam kurun waktu tiga hari saja, maka omzet penjualan yang didapat bakal jauh lebih besar lantaran banyak pembeli yang memanfaatkan supaya tak ketinggalan FOMO gratis ongkir.

Bagaimana? Sungguh menarik sekali bukan strategi FOMO marketing? Melihat contoh yang ditunjukkan, tak heran kalau strategi pemasaran yang satu ini bisa dibilang jenius dan ampuh meningkatkan penjualan, terutama jika Sahabat Wirausaha menjalankan toko online.

Jika Sahabat Wirausaha merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman lainnya. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini.