Sudahkah sahabat UKM menjalankan pemasaran dengan efektif? Mungkin teman-teman sendiri pun bingung apakah yang dilakukan selama ini sudah efektif atau belum.

Apa yang dimaksud dengan pemasaran efektif? Pemasaran efektif adalah pemasaran yang efektif menghasilkan penjualan (pendapatan). Karena pemasaran bukan hanya aktivitas berjualan, melainkan mencakup promosi, komunikasi ke konsumen, pengelolaan transaksi, sampai menangani keluhan konsumen untuk inovasi dan membangun loyalitas.

Baca Juga: Tips Menjaga Loyalitas Pelanggan


Aktivitas Promosi dan Branding

Aktivitas promosi dan branding ini bertujuan membuat orang sebanyak banyaknya tahu tentang produk kita. Aktivitas promosi ini meyakinkan orang untuk mencoba atau membeli. Promosi ini didukung juga oleh branding dari produk kita. Kita perlu pahami kegiatan dari branding untuk promosi ini.

Sebelumnya, bedakan dulu ya antara brand dan branding. Brand sendiri adalah merek, nama, istilah dari produk kita yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk kita agar dapat dibedakan dengan produk lainnya. Misalnya “Kripik Singkong”, tanpa brand konsumen akan kebingungan keripik singkong yang manakah?

Baca Juga: Printerous Pentingnya Branding dan Desain Kemasan untuk Bisnis F&B

Beda halnya jika “Kripik Singkong Yammy”, ketika mencari produk konsumen bisa lebih mudah cari dengan menyebut merek tersebut. Sedangkan, Branding sendiri adalah kegiatan komunikasi pemasaran yang dilakukan dengan tujuan membangun citra atau merek. Branding dari produk kita amat diperlukan agar membangun persepsi atau image positif pada merek atau produk. Branding ini pun ada beberapa jenis, diantaranya sebagai berikut.

1. Personal Branding

Saat ini, strategi ini mulai banyak dilakukan. Personal Branding ini mengedepankan kekuatan personal dibalik produk. Anda pernah dengar kan istilah “ bisnis adalah kepercayaan?”. Pada dasarnya orang akan cepat membeli ketika dia percaya kepada orang yang merekomendasikannya.

Oleh karena itu, dalam personal branding perlu membangun kepercayaan terhadap sosok personal yang akan dimunculkan. Biasanya personal branding menggunakan public figure. Tapi, sahabat UKM sebagai pemilik pun bisa loh membangun personal branding.

Jika kita ingin membangun personal branding, kita bisa mulai dengan membagikan konten-konten terkait bidang kita untuk memperlihatkan spesialisasi kita. Tunjukkan visi dan misi positif kita. Tonjolkan juga secara halus pencapaian yang telah diraih.

Baca Juga: Strategi Branding Mendapatkan Konsumen Loyal

Misalnya bisnis sahabat UKM adalah tas kulit, sahabat UKM bisa mulai menceritakan perjalanan memilih jenis kulit yang berkualitas, mencari penjahit yang amanah, komitmen dan pengerjaan rapi, perjalanan mencari model tas yang selalu trendi, sharing ketika dipercaya oleh sebuah instansi untuk membuat tas kulit hadiah seminar misalnya, dan beberapa konten menarik lainnya yang menunjukkan keseriusan anda dan spesialisasi anda yang membuat orang menjadi percaya dan terbangun persepsi bahwa kita memang serius menekuni usaha dan memang ahli di bidang tersebut. Personal branding memang perjalanan tidak cepat, karena ini akan membangun untuk masa depan.

2. Product Branding

Pencitraan untuk sebuah produk sehingga konsumen atau pelanggan terdorong untuk memilihnya dibandingkan produk milik pesaing. Jika kita ingin membeli Handphone, misalnya kita diberikan pilihan Samsung dan iphone. Kira-kira akan pilih yang mana?

Bagi kita yang menyukai produk yang tidak pasaran, tentunya akan memilih Apple karena strategi penjualan apple ini hanya mengeluarkan 1 produk baru setiap tahunnya. Sehingga kehadirannya menjadi suatu eksklusivitas dan ditunggu.

Namun jika kita mengedepankan kemudahan di pasar, Samsung menjadi pilihan. Samsung memiliki beberapa kelas dari kelas murah hingga mahal juga bisa diintegrasikan dengan perangkat lain karena produk Samsung bukan hanya di Handphone saja namun ada perangkat elektronik lainnya.

Baca Juga: Product Branding

3. Cultural Branding

Suatu usaha pemberian identitas, brand atau merek yang disesuaikan dengan reputasi suatu daerah atau negara tertentu. Misalnya : Jika mendengar Yogyakarta, makanan apa yang kita ingat? Mayoritas orang menjawab “bakpia dan gudeg”.

Ketika kita memiliki produk Gudeg dengan nama “Gudeg Mak Seger” misalnya, jangan heran pasti orang mengira bahwa kita adalah orang Yogyakarta, padahal sebenarnya suami yang orang Yogyakarta. Hal tersebut karena begitu lekatnya reputasi Gudeg sebagai identitas Yogyakarta.

4. Geographic Branding

Sebuah upaya pemberian identitas, brand, atau merek produk/jasa dengan gambaran sebuah nama lokasi sehingga masyarakat apabila mengingat lokasi juga mengingat brand tersebut. Misalnya : “Soto Pak Min Klaten”, mendengarnya saja kita sudah tahu baru asal muasal soto ini dari Klaten.

Baca Juga: Cultural Branding


Komunikasi Pelanggan

Aktivitas ini merupakan penyampaian informasi dari kita sebagai penjual kepada pelanggan dalam rangka menjaga hubungan dengan pelanggan. Misalnya kita memiliki usaha baju batik, lalu kita dihubungi oleh calon konsumen yang banyak bertanya terhadap produk kita.

Dari mulai harga, ukuran, warna, ketersediaan barang, dsb. Itu artinya calon konsumen sudah tertarik dengan produk kita. Layani dengan baik dan ramah, beri informasi selengkap dan jelasnya sampai konsumen benar-benar membeli. Saat ini tidak sedikit konsumen batal transaksi karena saat bertanya tidak dijawab dengan ramah misalnya, atau lama membalas.

Dalam komunikasi pelanggan pun perlu informasi yang jelas. Tidak sedikit keluhan didapat dari konsumen karena kita salah mengkomunikasikan produk kita. Misalnya Bu Dewi memesan produk masker buatan kita, satu bermodel tali hijab satu lagi bermodel tali biasa.

Diinfokan bahwa produk masker yang akan dibeli bu Dewi adalah berbahan kain yang tahan air, namun tidak diinfokan bahwa spesifikasi masker dengan model tali hijab bahannya tidak tahan air. Sehingga persepsi bu Dewi kedua model tersebut sama sama berbahan tahan air.

Baca Juga: Pentingnya Refleksi Visi dan Misi Perusahaan untuk Membangun Narasi dan Identitas Brand

Saat produk pesanan tiba, tentunya Bu Dewi mengeluhkan bahwa pesanan tidak sesuai. Miskomunikasi seperti ini banyak terjadi bukan? Segera kita perbaiki komunikasi kita dengan pelanggan ya! Baiknya lagi sebetulnya kita memiliki SOP terkait komunikasi dengan pelanggan ini.

Manfaat dari komunikasi pelanggan ini adalah menghindari kesalahpahaman, meningkatkan proses bisnis yang efektif, meningkatkan kualitas pelayanan, membangun suasana positif dan kondusif, dan kita pun dapat memahami kondisi pasar.


Pengelolaan Transaksi

Menurunkan risiko konsumen batal membeli karena sulit membayar dikarenakan tak ada kembalian, tak terima transfer bank, tidak bisa gesek kartu debit, dll. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan memberi kenyamanan dalam transaksi konsumen.

Kenyamanan ini sangat berpengaruh besar terhadap transaksi sukses atau gagal. Sebagai contoh, seorang konsumen yang akan membeli beras dari Toko Online Beras Pulen Wangi akan mentransfer uang atas transaksi pembeliannya. Lalu konsumen bertanya nomor rekening bank yang digunakan oleh Toko Online Beras Pulen.

Ternyata hanya ada satu nomor rekening yang mana rekening tersebut berbeda dengan Rekening Bank konsumen, lalu pembeli enggan membayar biaya administrasi untuk transfer antar bank sehingga transaksi tersebut dibatalkan. Jika hal tersebut terjadi pada sahabat UKM, apa yang akan dilakukan? Apa melepas begitu saja konsumen? Atau mencoba cari solusi dengan menyediakan berbagai macam rekening bank agar konsumen nyaman.


Inovasi Berbasis Masukan Konsumen

1. Mendengar dan mengolah komplain konsumen untuk inovasi

Jika kita ingin maju, maka kita harus memiliki sikap mental menerima feedback yang berupa saran dan kritik dari konsumen. Feedback ini dapat positif dapat juga negatif. Feedback positif menjadi semacam testimoni produk yang nantinya bisa jadi juga alat pemasaran kita.

Baca Juga: Printerous Pentingnya Branding dan Desain Kemasan untuk Bisnis F&B

Feedback positif dapat menjadi bahan monitoring produk jasa/layanan anda. Sedangkan Feedback negatif, yang biasanya adalah komplain dari konsumen, dapat menjadi bahan evaluasi dan perubahan. Jadikan keduanya acuan untuk berinovasi ya Sahabat UKM!

Misalnya, pengusaha konveksi memproduksi masker. Lalu, ternyata ukuran maskernya kecil, tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditawarkan. Saat menerima komplain, sebaiknya komplain tersebut didengarkan.

2. Memperkuat status hubungan konsumen menjadi pelanggan loyal

Penting untuk kita ketahui bersama beberapa tingkatan konsumen, yaitu:

  • Calon Pembeli : Orang-orang yang sesuai segmen sasaran (tingkat pendapatan, jenis kelamin, kelompok usia, suku, atau komunitas tertentu); yang tinggal di tempat –tempat yang sesuai target lokasi sasaran
  • Pembeli : Orang-orang yang sesuai segmen sasaran dan target sasaran maupun tidak, yang membeli produk/layanan kita.
  • Pelanggan : Pembeli yang puas dan membeli kembali produk/layanan kita secara berkala.
  • Penggemar/ Pelanggan Setia: Pelanggan yang mulai merekomendasikan produk/layanan kita kepada orang lain.
  • Pembela (Pelanggan Yang Rela Berjuang) : Penggemar militan yang rela berjuang untuk membeli produk/layanan, seperti mengantri lama, menunggu, dan bahkan secara sukarela memberi pembelaan jika ada pihak yang menjelek-jelekkan produk yang disukainya.

Kita perlu memperkuat status hubungan konsumen ke pelanggan loyal karena upaya untuk meyakinkan dan menggiring calon konsumen untuk menjadi pembeli saja itu energinya cukup besar. Namun, untuk pelanggan lebih mudah karena sudah mengetahui produk kita dan sudah menyukainya.

Yang terpenting adalah kita tetap menjaga konsistensi kualitas produk kita. Namun, bukan berarti tidak perlu mawas diri. Karena bisa jadi pelanggan pergi ketika mendapat penawaran menarik dari produk lainnya yang serupa.

Sehingga, kita sebaiknya berupaya agar pelanggan ini terus meningkat statusnya menjadi pelanggan setia bahkan menjadi pembela. Kita dapat membuat program loyalitas pelanggan, misalnya program poin, program cashback, program reward kemitraan, program brand ambassador, bonus ulang tahun dan lain sebagainya.

Baca Juga: Kemitraan, Strategi Bisnis UMKM Dalam Meningkatkan Omzet Penjualan

Sebagai contoh brand yang sudah mencapai tingkatan pembela adalah “ Fossil”. Brand tersebut hingga memiliki komunitas pecinta Fossil, secara sukarela komunitas tersebut dikelola hingga mengadakan gathering untuk komunitas tersebut. Kehadiran design baru dari setiap produknya ditunggu-tunggu.


Teman-teman, pemasaran memang perihal yang tidak pernah ada berhentinya. Hal-hal di atas adalah sebagian cara dari pemasaran agar menghasilkan penjualan yang berujung pendapatan usaha. Penting dilakukan untuk efektifitas secara praktis pemasaran. Namun untuk melancarkan perjalanan atau proses pemasaran efektif, sebaiknya pahami juga strategi dasarnya yaitu Manajemen Pemasaran melalui STP dan 4P.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.