Sarang burung walet - hasil air liur burung walet yang mengeras telah lama menjadi komoditas bernilai tinggi di Indonesia. Tidak hanya bernilai lokal, komoditas ini mampu menembus pasar kelas dunia karena dipercaya memiliki khasiat kesehatan seperti meningkatkan sistem pernapasan, menunda penuaan, hingga meningkatkan vitalitas tubuh.
Indonesia menjadi pengekspor terbesar sarang walet di dunia. Pada 2018, nilai ekspornya mencapai Rp 40 triliun, dan hingga 2022, volume ekspor tumbuh menjadi 1.502 ton—naik 14,23% dibanding tahun sebelumnya—dengan total nilai mencapai USD 590 juta (sekitar Rp 9.6 triliun) seperti dilansir dari Tradecorp Indonesia.
Dengan jumlah pajak dan devisa setara dengan ratusan triliun rupiah, sektor bisnis sarang burung walet menjadi salah satu andalan ekspor non-migas Indonesia. Perkembangan pesat ini menandakan bisnis sarang burung walet terus tumbuh dan menjanjikan.
Semenjak 2015, ekspor langsung ke China meningkat drastis, dari 14,7 ton menjadi 376,2 ton di 2024—naik 24 kali lipat. Saat ini, sekitar 50 perusahaan telah memperoleh izin ekspor, naik dari hanya 6 pada dekade lalu.
Pemerintah juga memperkuat ekosistem bisnis sarang burung walet, dengan Karantina pertanian serta Kemendag mendorong ekspor hingga menggelar Bird’s Nest Summit untuk memperluas jaringan perdagangan.
Dari Olahan hingga Produk Lifestyle
Tak hanya mengandalkan sarang mentah, banyak peluang besar muncul dari produk turunan sarang burung walet, diantaranya:
- Minuman kemasan berbahan sari walet, kopi walet, hingga bubur sarang walet.
- Kosmetik, terutama serum dan masker wajah yang memanfaatkan kolagen alami dari sarang.
- Suplemen dan farmasi, karena peningkatan tren kesehatan natural.
Khoirul Anwar dari Samarinda mulai usaha minuman sarang walet pada 2022. Produknya, “Samarinda Nest”, menggunakan metode semi‑konsentrat. Menurut Khoirul, konsumennya adalah ibu‑ibu dan kaum urban yang peduli “plus kolagen dan madu” sebagai selling point tambahannya.
Dia juga menggandeng Dinas Perindagkop UKM Kaltim untuk pengembangan produk, menandakan bahwa UMKM bisa sukses menggarap pasar modern lewat inovasi olahan lokal.
Selain Khoirul Anwar, ada juga Ading yang memulai usaha budidaya di Desa Kateng, Lombok Tengah, dan berhasil menjadikan desanya sebagai kampung walet hingga berhasil diekspor ke China, Singapura, Korea, Malaysia, bahkan Afghanistan.
Produksi tahunan mencapai 7,12 ton pada 2021. Ading kini mengintegrasikan kemitraan warga lokal dan mengembangkan produk olahan seperti kopi walet, bubur walet, dan minuman madu walet.
Kesuksesannya ibarat blueprint bagi pengembangan UMKM lain di bisnis sarang burung walet, lengkap dengan hilirisasi produk dan penguatan brand di pasar global.
Baca Juga: 11 Cara Memulai Usaha Ternak Burung Puyuh Skala Rumahan
Potensi Ekspor Sarang Burung Walet
Target utama pasar ekspor bisnis sarang burung walet adalah China, yang menyerap lebih dari 50% volume ekspor Indonesia. Nilai ekspor 2024 mencapai USD 551,5 juta—78% dari total nilai ekspor walet nasional.
Selain China, Hong Kong, Singapura, dan Malaysia juga menjadi pasar utama. Ekspor juga merambah Thailand, Vietnam, AS, Australia, Kanada, dan Prancis.
Proses ekspor dimulai dari:
- Sertifikasi Karantina dan uji kualitas.
- Registrasi ke General Administration of Customs China (GACC).
- Perizinan Kemendag dan Kemendagri.
- Kemasan dan labeling sesuai standar China seperti no-nitrat, kadar air rendah.
- Distribusi melalui jalur laut/udara dengan handling khusus.
- Klarifikasi bea cukai di negara tujuan.
Antara 2023–2024, nilai ekspor bisnis sarang burung walet global mencapai US$428 juta, menunjukkan potensi yang masih sangat besar. Namun, pelaku UMKM masih menghadapi kendala regulasi yang rumit dan mahal.
Gabung jadi Member ukmindonesia.id buat update terus info seputar UMKM dan peluang usaha!
Tips Mengembangkan Bisnis Sarang Burung Walet
Bagi Sahabat Wirausaha yang tertarik mengembangkan bisnis sarang burung walet, ada sejumlah tips yang bisa dilakukan antara lain:
- Pilih Lokasi Strategis dan Kondusif
Pastikan bangunan bersuhu 24–26 °C dengan kelembapan 80–95 %. Modal awal sederhana, mulai dari Rp 40–200 juta. - Gunakan Teknologi Pemanggil Burung
Pemutar suara walet efektif menarik burung, bahkan tanpa stok bibit. - Bangun Kemitraan Lokal
Model desa walet seperti di Lombok menunjukkan skema partner dan revenue-sharing yang efektif. - Tekankan Sertifikasi dan Standarisasi
Konsisten dalam proses karantina, kebersihan, dan pengemasan untuk akses pemasaran internasional. - Diversifikasi Produk Olahan
Coba minuman, kosmetik, suplemen, kopi, dan model eduwisata seperti Kampung Walet Lombok. - Aktif di Forum dan Komunitas
Ikuti konferensi seperti Bird’s Nest Summit agar akses pasar makin luas. - Perkuat Kanal Pemasaran Digital
Bangun brand di e-commerce, media sosial, dan pameran, termasuk ekspor langsung jika memungkinkan. - Bersiap Menghadapi Regulasi
Beberapa UMKM mengeluh tentang izin berat hingga karantina yang membebani—idealnya diatasi dengan advokasi bersama asosiasi dan pendampingan dari pemda.
Penutup
Bisnis sarang burung walet adalah peluang gemilang bagi Indonesia dengan nilai ekspor miliaran dolar per tahun dan pertumbuhan pesat di pasar internasional. Narasi dari Khoirul Anwar dan Lalu Ading membuktikan model bisnis sarang burung walet yang inovatif, inklusif, dan bernilai tambah.
Bagi pelaku UMKM, kuncinya adalah:
- Memastikan standar kualitas dan regulasi eksportir,
- Membangun produk turunan yang inovatif,
- Mengadopsi teknologi serta kemitraan berbasis komunitas.
Dengan modal awal yang relatif terjangkau dan dukungan institusi, bisnis sarang burung walet bisa jadi gerbang menuju bisnis agrikultur modern, berorientasi ekspor, dan berwawasan global.
Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.
Referensi: Tradecorp Indonesia, koranntb.com, suarakaltim.id, antaranews.com