Beberapa tahun terakhir, warga Indonesia yang bekerja sebagai karyawan kantoran (pekerja penuh) terbilang cukup tinggi, yakni 64% dari total seluruh masyarakat Indonesia. Persentase ini bahkan meningkat setiap tahunnya, yang menandakan bahwa orang Indonesia semakin produktif dari sisi ekonomi.

Namun, hal tak terduga seperti pandemi membuat banyak pekerja kantoran harus menanggung resiko pemotongan gaji, bahkan pemutusan hubungan kerja. Meskipun begitu, banyak pula yang berhasil bertahan di masa pandemi ini dengan berbisnis guna mencari penghasilan tambahan.

Baca Juga: Pesona dan Potensi Busana Muslim Indonesia

Salah satunya adalah I Made Edy Suma Arta, seorang karyawan kantoran berumur 29 tahun yang nyambi berbisnis kaos sablon berbahan premium. Di sela-sela waktu luangnya sepulang dari kantor, Edy masih harus mengurus bisnisnya yang kian hari semakin diminati banyak kalangan muda khususnya wanita.

Meskipun begitu, namun performa toko online di marketplace Edy mencapai rating 4,9 alias hampir sempurna! Lalu, apa rahasia Edy yang tetap bisa memanajemen toko onlinenya dengan baik meskipun sambilan sebagai karyawan? Simak kisahnya, ya!


Memulai Bisnis Karena Butuh Penghasilan Tambahan

Edy mengaku penghasilannya sebagai karyawan tetap kurang mencukupi kebutuhannya sehari-hari, sehingga Edy harus memutar otak agar bisa mendapatkan pekerjaan sampingan. Namun, kenyataannya tidak semudah yang dipikirkan Edy.

Baca Juga: Peluang Pasar Fashion Batik

“Awalnya ingin terlihat keren saja sih di usia muda punya usaha, setelah dijalani beberapa tahun ternyata semuanya tidak mudah pengen mundur sudah nanggung sudah sampai sejauh ini. Yang sangat melatar belakangi dulu sih, karena ingin mendapatkan penghasilan lebih dari gaji sebagai karyawan kak, sampai sekarang pun masih sebagai karyawan di suatu perusahaan dan tugas-tugas di Paperplane saya kerjakan sepulang kantor,” jelas Edy panjang lebar.

Edy memiliki tips bagaimana berbisnis tanpa meninggalkan pekerjaan dari kantor, yaitu dengan cara memanajemen waktu dengan semaksimal mungkin. “Tipsnya harus pinter-pinter bagi waktu kak, karena kita juga harus profesional untuk kerja di kantor. Paling untuk balas-balas chat customer yang di Paperplane bisa nyambi kerja lah..”

Selain itu, tips lainnya adalah mengurangi durasi nongkrong bersama teman-teman yang dirasa tidak memiliki frekuensi dan tujuan yang sama. Edy mengatakan bahwa sebaiknya perbanyak teman yang dapat mendukung pertumbuhan bisnis dan karir.


Sudah Mulai Berbisnis Selama 9 Tahun

Edy mengaku sudah mulai berbisnis sejak tahun 2013 bersama teman-temannya, namun akhirnya memutuskan untuk membuat brand sendiri dan menekuninya sejak 3 tahun terakhir.

Baca Juga: Karakteristik Kemasan Produk

Meskipun sudah lama berbisnis, Edy belum ada niat untuk keluar dari pekerjaannya sebagai kantoran. Edy menjelaskan bahwa kondisi bisnisnya saat ini dinilai masih belum cukup aman dan merasa masih bisa mengerjakannya di sela-sela kesibukannya.

Bahkan, Edy mengaku belum memiliki tim yang membantu mengoperasionalkan bisnisnya, sehingga semuanya masih serba dikerjakan sendiri. Jika dirasa butuh orang lain saat promosi/pembuatan konten, Edy lebih memilih untuk minta bantuan kepada keluarganya, alih-alih merekrut tim.

“Masih semuanya dikerjakan sendiri kak, kecuali foto modelnya pakai jasa adik. Kebetulan memanfaatkan hobi, hitung-hitung sambil menambah portofolio dia,”


Tidak Perang Harga dengan Kompetitor Lain

Meskipun Paperplane terbilang masih belum besar, namun Edy memilih untuk tidak bersaing harga dengan kompetitor bisnisnya. Hal ini karena Edy berani mengutamakan kualitas bahan baju agar lebih nyaman dipakai oleh customernya.

Atas dasar inilah akhirnya Edy berani memasang harga lebih mahal dibandingkan yang lain. Terbukti, hampir 99% customer Paperplane mengaku puas dan memberikan testimoni positif pada produk Edy.

Baca Juga: Tips Desain Kemasan untuk Menonjolkan Keunggulan Produk dan Citra Brand

“Kami menggunakan Cotton Combed 32s Premium. Toko terbaik di Bali. Sebenarnya jenis kain beda-beda di setiap toko walaupun sudah katun, tapi kami sudah membeli bahan baku di toko yang cukup terkenal di Bali,”


Fokus Berjualan Secara Online

Edy memiliki strategi tersendiri untuk memasarkan produk kaosnya di Paperplane. Karena disambi sebagai karyawan kantoran, Edy hanya fokus berjualan secara online sehingga tidak memakan banyak waktu dan tidak perlu menunggu di toko.

Jika bicara tentang pemasaran secara daring, Edy menggunakan empat platform sekaligus untuk memaksimalkan penjualannya, dalam hal ini yaitu Instagram, TikTok, WhatsApp, dan Facebook. Hal ini Edy lakukan juga untuk membangun brand agar audiens di media sosial dan calon customer tertarik untuk klik link menuju semua marketplace online.

“WA untuk maintenance customer dari marketplace biasanya saya save nomornya lalu jika ada promo atau event gede di online saya broadcast di WA,” jelasnya.

Baca Juga: Di Mana Cari Inspirasi Logo, Kemasan, dan Jargon?

Edy juga mengkombinasikan antara iklan berbayar dan konten pemasaran, sehingga keduanya dapat saling membantu menaikkan brand awareness Paperplane. Kunci keberhasilan Edy adalah memaksimalkan semua fitur yang ada sehingga tidak perlu effort yang terlalu besar dalam menjual produk.

“Kalau yang di online marketplace-nya tidak ada strategi khusus sih kak, cuma iklan berbayar sesuai budget saja karena sudah banyak fitur-fiturnya,” ujar Edy.

Demi menghemat biaya iklan, Edy menggunakan cara organik dalam meningkatkan jumlah audience-nya dengan rajin-rajin membuat konten di Instagram dan sosial media lainnya. Hingga saat ini, menurut Edy konten marketing merupakan cara terjangkau dan yang paling murah untuk menambah peminat, meskipun perlu ekstra tenaga dan waktu dalam proses pembuatannya.

Sebagai profil bisnis, Edy menggunakan alamat kantor dan alamat rumahnya. Hal ini untuk membangun kepercayaan dengan customer, juga sebagai alternatif solusi jika ada barang yang ingin dikembalikan (return) oleh customer.

“Untuk alamat toko online saat ini saya pakai alamat kantor tempat kerja, biar ongkir customer terjangkau. Lalu untuk menjaga kepercayaan customer saya buat mini store di rumah kampung sesuai KTP, biar ngurus surat-surat izinnya lebih mudah,” jelasnya.

Baca Juga: Mempersiapkan Kemasan (Packaging) Untuk Memenuhi Standar Ekspor

Alhasil, Paperplane memiliki dua alamat sekaligus, yaitu Jl. A. Yani utara No. 162 B, Denpasar Utara dan Br. Dinas Kesiut Tengah Kelod, Kesiut, Kerambitan, Tabanan.


Pintar Berstrategi dan Mengelola Uang Menjadi Kunci Sukses Bertahan

Saat memutuskan untuk mendirikan bisnis sendiri, Edy sudah mengumpulkan modal sekitar 8 juta rupiah, dengan alokasi untuk pembelian bahan kain, tag, packaging, stiker, dan biaya produksi. Karena di awal keuntungan tidak cukup banyak, Edy memilih untuk tidak menggunakan keuntungannya sementara waktu, karena akan diputar kembali sebagai modal.

Sebagai promosi pertama, Edy menyasar kalangan terdekatnya dahulu untuk ditawari produk baju paperplane hanya dengan modal chat via WhatsApp dan sosial media lainnya. Syukurnya, ada beberapa teman Edy yang berminat untuk membeli, namun tidak banyak jumlahnya.

Baca Juga: 10 Wirausaha Inovatif yang Ramah Lingkungan

Dari hari ke hari, usaha maksimal yang sudah dilakukan Edy dirasa cukup sulit, sehingga Edy bergabung ke komunitas marketplace Bukalapak untuk memperluas jaringan relasi. Sejak saat itu, cara berpikir dan pemasaran Edy juga mulai berubah.

Edy mulai membenahi toko online-nya, dan juga meningkatkan jumlah ulasan dan bintang di tokonya agar terlihat lebih baik. Terkadang, Edy berkolaborasi dengan platform edukasi online yang tertarik meliput bisnis Edy, sehingga secara tak langsung juga ikut mempromosikan produk yang dijual oleh Edy.


Mengambil Hati Pelanggan dengan Keunggulan Bisnis yang Ramah Lingkungan

Di zaman sekarang, makin banyak bertebaran bisnis yang menghasilkan limbah yang merusak lingkungan. Berdasarkan fenomena ini, Edy tampil beda dengan mengemas produknya dengan konsep eco-packaging guna membantu mengurangi penggunaan plastik.

Edy mengemas produk premium dengan kardus untuk paketnya, sedangkan untuk produk reguler menggunakan zipper bag. Dengan begitu, bisnis Edy memiliki nilai positif yang berbeda dengan kompetitor lainnya.

Baca Juga: Mengelola Bisnis Jadi Ramah Lingkungan Dengan Menggunakan Solar Panel

Di akhir wawancara, Edy berpesan kepada para pebisnis untuk tetap semangat dan konsisten dalam menjalankan bisnis. “Terus belajar hal-hal baru, jangan malu bertanya kepada pengusaha-pengusaha lain yang lebih pro dan berikan yang terbaik dulu, masalah cuan pasti bakalan mengikuti,” ujarnya.

Nah, itu tadi cerita inspirasi dari Edy, pebisnis baju yang masih menyambi kerja kantoran. Semoga menjadi penyemangat kamu yang ingin memulai bisnis namun belum berani resign dari kantor, ya! Bagi Sahabat Wirausaha yang tertarik dengan produknya atau ingin berkolaborasi bersama, bisa mengecek semua katalog Paperplane disini www.paperplaneclothes.com/online.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Referensi:

  1. https://databoks.katadata.co.id/
  2. Wawancara langsung dengan pemilik bisnis Paper plane