Mau Ekspor Produk Pertanian Ke Jerman – Jerman merupakan negara terbesar di Uni Eropa yang sangat bergantung pada impor produk pertanian pangan. Layaknya Indonesia, negara ini dilimpahi lahan dan hasil pertanian yang besar, terutama dalam komoditas serealia, kentang, dan gandum. Tak heran, jika Jerman kemudian menjadi pusat perdagangan dan salah satu importir produk pertanian pangan terbesar di Eropa. Ditambah lagi, beberapa dekade belakangan, Jerman mengalihkan fokusnya pada tren pertanian berkelanjutan yang turut meningkatkan permintaan pelanggan akan produk pertanian pangan berkualitas.

Sayangnya, meski potensi ekspor produk pertanian dari Indonesia ke Jerman tergolong tinggi, kinerja ekspor ke negara tersebut masih rendah. Lebih dari separuh produk impor untuk pangan pertanian Jerman justru berasal dari Brasil, Turki, Cina, Amerika Serikat, dan Thailand. Hanya 15% dari ekspor pertanian pangan Indonesia yang ditujukan ke pasar Uni Eropa. Selain itu, pangsa pasar pertanian pangan Indonesia di Uni Eropa juga menurun selama beberapa dekade terakhir.

Diusut melalui penelitian yang terstruktur, hasil riset berupa technical paper dari Small Enterprise Promotion and Training Universitat Leipzig pada Januari 2023, menemukan bahwa masalah utamanya ada pada lemahnya kemampuan pelaku UKM pertanian pangan di Indonesia dalam merencanakan kegiatan ekspor mereka. Kurangnya perencanaan ini dipicu oleh minimnya pengetahuan pelaku UMKM tentang karakteristik produk yang potensial untuk diekspor ke negara tujuan, yaitu Jerman. Bagaimana cara mengatasi hal ini? Mari bedah hasil riset tersebut guna menemukan solusi dan tips tepat untuk masalah tersebut. 


Bagaimana Persepsi Produk Pertanian Pangan Indonesia di Jerman?

Situs resmi Universitas Leipzig, menyebutkan bahwa penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai beberapa pemilik toko dan restoran asal Indonesia di Jerman dan ITPC Hamburg. Isu utama yang dibahas adalah, bagaimana konsumen Jerman melihat produk pertanian pangan Indonesia? Pengetahuan akan persepsi masyarakat di negara tujuan ini penting untuk menentukan produk-produk apa saja yang punya potensi sebagai komoditas impor di sana. Ternyata, ditemukan 3 poin penting, yaitu : 

  1. Popularitas agri-pangan Indonesia rendah dibandingkan dengan negara-negara pemasok agri-pangan internasional lainnya. Meskipun produknya telah memasuki pasar Jerman, sebagian besar produk pangan pertanian Asia dalam rantai ritel Jerman tidak bersumber dari Indonesia, melainkan dari pesaing lain, terutama dari Thailand. Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa karakteristik produk pertanian pangan Indonesia yang diimpor harus dievaluasi, mengingat tren yang berlangsung saat ini di pasar Jerman.
  2. Temuan menarik berikutnya menunjukkan bahwa masakan Indonesia adalah pendorong permintaan produk pertanian pangan Indonesia. Meski popularitas masakan Indonesia tidak tinggi di Jerman, namun diprediksi popularitasnya akan meningkat dalam waktu dekat, mendorong permintaan impor pangan pertanian Indonesia. Oleh karena itu, perlu dievaluasi apakah produk pertanian pangan tersebut dapat dipromosikan sebagai bahan masakan Indonesia.
  3. Sebagian besar produk pertanian pangan Indonesia gagal dipasarkan karena masalah kepercayaan. Artinya, konsumen Jerman belum sepenuhnya percaya dengan asal-usul, kualitas, serta keaslian produk asal Indonesia. Namun, masalah ini dapat diatasi dengan ketertelusuran yang tercermin dari pemenuhan regulasi dan komunikasi pengemasan/pelabelan.

Baca Juga: Kisah Inspiratif Khairul Saleh, Petani Vanili yang Sukses Ekspor Hingga Benua Afrika


Produk Pertanian Pangan Seperti Apa Yang Dibutuhkan Pasar Jerman?

Ketiga poin di bagian sebelumnya menjelaskan penyebab lemahnya daya saing produk pangan Indonesia di Jerman. Untuk meningkatkannya, muncul 4 faktor produk yang harus diperhatikan, yaitu  tingkat konsumsi Jerman, kekuatan substitusi, kualitas & rasa, dan perspektif keberlanjutan.

Pertama, penting bagi kita untuk fokus pada produk dengan potensi konsumsi yang besar oleh konsumen Jerman. Ada beberapa produk pertanian pangan Indonesia yang populer dijual di pasar Jerman namun hanya untuk masyarakat Indonesia, seperti bumbu dan saus instan. Meski begitu, disarankan untuk mengeksplorasi produk pangan agribisnis yang sering dikonsumsi oleh konsumen Jerman, seperti coklat dan kopi, untuk ukuran dan peluang pasar yang lebih besar. 

Kedua, fokuslah pada produk yang tidak punya substitusi atau hampir tak tergantikan karakteristiknya di pasar internasional. Produk Indonesia jelas menghadapi persaingan besar dari negara Asia lainnya untuk distribusi di Jerman. Karenanya, disarankan untuk mengekspor produk yang punya keunggulan kompetitif dan punya nilai unik tersendiri. Misalnya, kopi spesialti memiliki spesifikasi yang unik, sehingga tidak mudah tergantikan oleh kopi biasa.

Ketiga, konsumen Jerman menuntut produk yang memiliki kualitas dan rasa yang unggul. Oleh karena itu, kontrol kualitas, proses produksi, dan bentuk produk penting untuk mengelola aspek-aspek tersebut. Pelaku UKM bertujuan ekspor dapat mengevaluasi, apakah produk agri-pangan Indonesia memiliki kualitas & rasa yang unggul dibandingkan pesaing.

Keempat, ingatlah bahwa produk yang berkelanjutan sangat diminati konsumen Jerman. Saat ini, kesadaran akan standar keberlanjutan, seperti sertifikat Organik dan Fairtrade, tumbuh secara signifikan untuk pertimbangan produk pangan pertanian dalam rantai ritel. Oleh karena itu, sebaiknya produk pertanian pangan Indonesia juga memiliki perspektif keberlanjutan dan berkualitas organik. 


Apa Saja Hambatan dalam Ekspor Produk Pertanian Pangan Ke Jerman?

Di samping membahas perspektif produk pertanian pangan Indonesia dan persaingannya di pasar Jerman, penelitian ini juga menganalisis beberapa hambatan utama dalam ekspor produk pangan kita. Beberapa diantaranya adalah kesulitan dalam hal ekspor langsung, daya tahan produk, dan hambatan tarif.

Pertama, pelaku ekspor Indonesia kesulitan dalam mengekspor langsung ke pelanggan akhir di Jerman dan justru lebih mudah mengekspor melalui perantara. Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa perlu mengevaluasi ketersediaan perantara di Jerman untuk produk pertanian pangan Indonesia.

Baca Juga: Negara Tujuan Ekspor Kayu Manis, Berikut Daftar Importirnya di Eropa!

Kedua, sulitnya mengekspor produk yang tidak tahan lama. Faktor daya tahan produk sangat penting dalam pemilihan produk yang akan diekspor. Alasannya adalah jarak geografis yang jauh antara Jerman-Indonesia dan sulitnya mengatur siklus penjualan untuk produk yang tidak tahan lama.

Terakhir, hambatan tarif yang berdampak pada akses pasar harus dipertimbangkan. Sahabat Wirausaha direkomendasikan melakukan pemeriksaan bea, kuota, dan aturan tarif lainnya dari peraturan pemerintah yang diterbitkan untuk produk yang diekspor. Dengan demikian, eksportir harus mengevaluasi hambatan tarif dari setiap produk pertanian pangan Indonesia di Jerman.


Bagaimana Menciptakan Keunggulan Produk Produk Pertanian Pangan di Jerman?

Partisipasi Indonesia di pasar produk pertanian pangan Jerman belum terlalu signifikan lantaran produk pertanian pangan kita belum unggul dalam sisi penawaran. Dari penelitian ini, ditemukan bahwa volume produksi merupakan faktor yang vital dalam menentukan potensi produk. 

Selain itu, penting untuk memahami permintaan konsumsi lokal dari produk ekspor potensial. Jika konsumsi dan apresiasi pasar dalam negeri sudah cukup untuk menutupi volume produksi yang besar, tidak perlu mengekspornya. Terakhir, popularitas internasional produk pertanian pangan Indonesia juga berperan penting. Jika produk tidak populer secara global, maka akan sulit untuk mempromosikan produk ke target pasar internasional tertentu.

Kita bisa melihat penerapan 3 faktor di atas, melalui studi kasus pada komoditas kopi dan gula kelapa Indonesia. Pertama, data menunjukkan bahwa negara kita memproduksi kedua hasil pangan ini dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan negara lain. Tak hanya itu, peluang ekspornya juga bagus karena produksi yang melimpah dan apresiasi yang tinggi di pasar internasional, termasuk Jerman. Kita hanya perlu mengevaluasi apakah kebutuhan ekspor produk ke Jerman lebih tinggi dari permintaan di Indonesia. Data yang ada pun menyiratkan keduanya memiliki popularitas internasional yang kuat. 


Bagaimana Memilih Cakupan Produk Pertanian Pangan yang Tepat di Jerman?

Hal terakhir yang ditemukan lewat penelitian ini, adalah bagaimana cakupan produk menentukan potensi ekspornya di Jerman. Salah satu hal penting yang harus dicermati adalah variasi produk yang diekspor. Contohnya, hanya ada varietas produk tertentu yang dapat diekspor ke Jerman untuk kopi (Arabika) dan gula kelapa (Cocos nucifera bukan Arenga pinnata). Dengan demikian, disarankan agar ragam produk pangan pertanian Indonesia yang akan diekspor perlu dianalisis secara cermat untuk menentukan spesies serta varian yang punya potensi jual besar di Jerman.

Faktor penentu lainnya adalah jenis pemrosesan, yaitu apakah produk tersebut dapat diekspor sebagai versi mentah atau olahan ke Jerman. Misalnya, biji kopi mentah lebih banyak diminati pada produk kopi, dan gula pasir lebih banyak diminati pada produk gula kelapa. Menimbang temuan ini, UKM agribisnis pangan Indonesia dapat menganalisis lebih detail tentang apa saja permintaan produk di pasar Jerman.

Jika kedua poin di atas sudah diketahui, kita bisa menggunakannya untuk menyesuaikan kode Harmonized System (HS) yang wajib diidentifikasi dalam produk ekspor. Kode HS menentukan semua peraturan terperinci yang diterapkan untuk produk ekspor, yang terdiri dari prosedur impor, kebutuhan produk, pajak, dan GSP.

Baca Juga: Mengintip Peluang Ekspor Bawang Merah Asal Indonesia, Begini Fakta dan Datanya! 


Tips Panduan Langkah-Langkah untuk Memilih Produk

Berdasarkan penemuan-penemuan di atas, berikut adalah panduan yang dapat digunakan oleh Sahabat Wirausaha untuk mengevaluasi dan memilih produk yang akan diekspor ke Jerman.

Langkah 1: Evaluasi persepsi konsumen Jerman terhadap produk tersebut

  • Bagaimana popularitas produk di Jerman?
  • Bagaimana hubungan produk dengan daya tarik kuliner Indonesia?
  • Bagaimana ketertelusuran produk sehingga dapat dipercaya?

Langkah 2: Evaluasi permintaan konsumen Jerman

  • Apakah produk tersebut sering dikonsumsi oleh konsumen Jerman (bukan Indonesia/Asia)?
  • Apakah produk memiliki sejumlah kecil substitusi dari produk pertanian pangan negara lain?
  • Apakah produk memiliki kualitas dan rasa yang unggul dibandingkan dengan produk lain yang sejenis?
  • Apakah produk dihasilkan dalam praktik keberlanjutan seperti praktik organik dan etis?

Langkah 3: Evaluasi akses pasar di Jerman

  • Bagaimana ketersediaan perantara untuk mengekspor produk?
  • Bagaimana keawetan produk untuk mengatasi jarak?
  • Bagaimana pengaturan hambatan perdagangan untuk produk (tarif, bea, kuota, subsidi, dll)?

Langkah 4: Evaluasi keunggulan produk dari produksi Indonesia

  • Apakah Indonesia menghasilkan volume produk terbesar di dunia?
  • Apakah produk tersebut memiliki permintaan yang tinggi untuk diekspor dibandingkan dengan pasar domestik?
  • Apakah produk memiliki popularitas tinggi di pasar internasional?

Langkah 5: Pilih cakupan produk

  • Jenis produk apa dari Indonesia yang bisa dipasarkan di pasar Jerman?
  • Jenis pengolahan apa dari Indonesia yang dapat dipasarkan di pasar Jerman?
  • Apa Kode HS untuk produk yang dipilih?

Untuk menjalankan langkah-langkah di atas dan mengumpulkan datanya, Sahabat Wirausaha harus memanfaatkan diaspora Indonesia dan ITPC Hamburg di Jerman.


Alat Kerja dalam Pemilihan Produk

Sahabat Wirausaha juga dapat menggunakan alat kerja di bawah ini untuk melakukan tips panduan diatas. Alat kerja pertama berbentuk tabel di bawah ini adalah untuk membandingkan dan memilih produk ekspor dari berbagai faktor penting yang sudah ditemukan sebelumnya.

Faktor-Faktor

Produk A

Produk B

Bobot

Nilai Produk A x Bobot

Nilai Produk B x Bobot

Popularitas di Jerman

Keterkaitan dengan Kuliner Indonesia

Ketertelusuran (Traceability)

Tingkat Konsumsi Oleh Penduduk Jerman

Tingkat Subtitusi

Rasa dan Kualitas

Perspektif Keberlanjutan (Sustainability)

Ketersediaan Perantara (Intermediaries)

Ketahanan (Durability)

Produksi dalam Negeri

Kebutuhan untuk Diekspor

Popularitas secara Internasional 

Tariffs (duties, quotas, dll.)

Faktor-faktor lainnya dapat ditambahkan disini

Total Score

Cara menggunakan tabel:

  1. Buat daftar produk yang akan dievaluasi. Jumlah produk bisa hanya dua produk atau lebih.
  2. Tinjau faktor evaluasi untuk produk. UKM dapat menghilangkan faktor yang direkomendasikan atau menambahkan lebih banyak faktor jika diperlukan.
  3. Beri skor untuk setiap faktor antara 1 sampai 5 dan untuk setiap produk dalam daftar. 1 adalah yang terendah dan 5 adalah yang tertinggi.
  4. Masukkan faktor bobot antara 1 sampai dengan 5 untuk setiap kriteria. 1 adalah yang paling tidak penting, dan 5 adalah yang paling penting. Perusahaan perlu menentukan sendiri faktor bobot berdasarkan estimasi mereka.
  5. Hitung skor kali bobot untuk setiap faktor dan produk.
  6. Hitung skor total untuk setiap produk.
  7. Pilih produk yang memiliki skor tinggi untuk diekspor ke Jerman.

Baca Juga: Berbagai Jenis Peluang Usaha Lewat Bisnis Online

Sahabat Wirausaha juga dapat menggunakan tabel di bawah ini yang membantu untuk memilih cakupan produk yang efektif untuk diekspor. Ini membandingkan ketersediaan pasokan perusahaan Indonesia dengan yang dibutuhkan di Jerman. Pada akhirnya, itu akan memberikan Kode HS untuk produk tersebut.

Faktor-Faktor

Ketersediaan Pasokan

Permintaan di Jerman

Cakupan Produk Dipilih

Jenis Produk

Jenis Pemrosesan

HS Code

Cara menggunakan alat:

  1. Cantumkan variasi produk yang diproduksi Indonesia pada kolom ‘Ketersediaan Pasokan’.

Misalnya, Indonesia menghasilkan kopi Arabika dan kopi Robusta.

  1. Cantumkan variasi produk yang didistribusikan di Jerman pada kolom 'Permintaan di Jerman'.

Misalnya, konsumen Jerman membeli kopi Arabika.

  1. Cantumkan jenis pemrosesan yang dipasok Indonesia di kolom 'Ketersediaan Pasokan'.

Misalnya, Indonesia memasok green bean dan roasted bean (keduanya non-decaffeinated).

  1. Cantumkan jenis pemrosesan yang diimpor Jerman di kolom 'Permintaan di Jerman'.

Misalnya, Jerman mengimpor kacang hijau (tanpa kafein dan tanpa kafein).

  1. Pilih variasi produk yang akan diekspor pada kolom ‘Cakupan Produk Dipilih’.

Dari contoh di atas, kita memilih kopi arabika.

  1. Pilih jenis pemrosesan yang akan diekspor di kolom ‘Cakupan Produk Dipilih'.

Dari contoh di atas, kita memilih green bean (non-decaffeinated).

  1. Mengidentifikasi Kode HS dari variasi produk dan jenis pemrosesan yang dipilih di kolom ‘Cakupan Produk Dipilih'. Dari contoh di atas, kita mengidentifikasi Kode HS adalah 090111.

Lewat penjelasan di atas, diharapkan Sahabat Wirausaha bisa menciptakan produk yang lebih unggul dalam kegiatan ekspor ke Jerman. Hal ini penting, karena memang sebagian besar kegiatan ekspor produk pertanian pangan Indonesia dilakukan oleh UKM. Jika sudah mampu mengetahui produk apa yang potensial untuk diekspor secara efektif, maka Sahabat Wirausaha tidak perlu untuk menunggu bola. Ingat, kesuksesan adalah kesiapan ditambah kesempatan. 

Banyak gagalnya ekspor produk pertanian pangan Indonesia adalah karena sudah mendapatkan importir atau pembeli namun produknya tidak sesuai. Jika kita sekarang sudah mempersiapkan produk potensial tersebut, maka kedepannya ekspor produk pertanian pangan Indonesia akan terus bisa diterima dengan baik jika kesempatan kerjasama dengan importir datang. 

Meskipun hasil riset ini direkomendasikan untuk memilih produk pertanian pangan yang diekspor ke Jerman, namun Sahabat Wirausaha juga dapat memanfaatkannya untuk target pasar lain, terutama di Uni Eropa, Amerika Serikat, Australia, Kanada, dan lain-lain.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Sahabat Wirausaha. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini.

Yuk, semangat untuk Go Global!

Referensi:

  1. Rinaldi & Dornberger (2023): Export Plan Development for Market Entry of Indonesian Agri-Food SMEs to Germany: Proposed Framework of Methods and Tools
  2. https://internasional.republika.co.id/berita/s08bmh383/evolusi-pertanian-gandum-di-jerman
  3. https://www.kompas.com/skola/read/2021/12/03/185558969/hasil-pertanian-negara-jerman